Sesampainya di rumah, ada beberapa tamu yang datang. Aku yang baru saja sampai rumah langsung bergegas ke kamar dan mengganti pakaian lalu ke ruang tamu. Ternyata tamu yang datang adalah keluarga seseorang yang akan dijodohkan denganku. Laki-laki itu bernama Raka, dia tinggi, tampan dengan kulit putih dan berusia 2 tahun lebih tua dariku. Setelah keluarga Raka pulang aku langsung berlari ke kamar sambi menangis. Aku gamau dijodohin, aku belum mau nikah, aku mau kuliah, aku pengen jadi guru. Orang tuaku yang mendengar itu berkata
Kamu itu perempuan Nay, ga harus bekerja.
Tapi Nay pengen jadi guru, Nay pengen kerja buat nyari uang
Buat apa kamu kerja, Raka sudah mampu membiayai hidup kamu. Dia mapan, bertanggung jawab, sudah lebih dari cukup jadi kamu ga usah susah
Aku yang sudah ga bisa mengelak lagi akhirnya menuruti permintaan orang tuaku untuk menikah setelah lulus sekolah.
Sebulan berlalu, ujian nasional yang cukup sulit bisa ku lewati. Â Hingga hari pernikahanku dengan Raka tiba. Rasa senang sekaligus kecewa bercampur. Saat ini aku masih berusia 18 tahun dan harus menikah dengan lelaki yang berusia 4 tahun di atasku.
Setelah beberapa bulan menikah dan semua berjalan dengan baik, aku mulai memberanikan diri menceritakan hal yang aku ingin kepada Raka. Tidak disangka Raka memberiku kesempatan untukku melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Aku senang sekali meskipun pada awalnya aku takut memberitahukan keinginanku itu kepada Raka.
Singkat cerita 3,5 tahun berlalu, aku berhasil menempuh kuliah secara cepat karena usaha dan kerja kerasku. Ada dua berita menggembirakan menemuiku. Disaat mendekati hari kelulusanku mendapat gelar sarjana aku juga mendapat kabar kalau aku hamil. Senang sekali rasanya Tuhan memberikan suami yang begitu menyayangiku. Hingga pada akhirnya aku bisa mewujudkan cita-citaku setelah gelar Sarjana Cumlaudku ku terima. Selain bisa mewujudkan cita-citaku menjadi seorang guru, di waktu yang sama, aku juga sangat senang bisa menjadi seorang ibu untuk anakku.