Mohon tunggu...
Dahlan Khatami
Dahlan Khatami Mohon Tunggu... Lainnya - blablablabla

Hanya menulis yang terlintas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Saat Si Miskin Terbakar Berharap Agar Terusir dari Tempat Tinggalnya

21 Mei 2022   14:22 Diperbarui: 27 Mei 2022   14:00 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Malam hangat penuh keceriaan lebaran menjadi duka lara dengan terpana. Menjalar dan berkobarnya api dari satu rumah membuat rumah-rumah lain menyala-nyala. Penuh keterkejutan, kepanikan, kesedihan dan ketakutan pada semua orang yang ada di dalam dan di sekitar pemukiman padat. Kehangatan lebaran digantikan oleh api yang menghanguskan semua yang disentuh olehnya. Demi menyelematkan surat-suratberharga hampir diri sendiri tidak terselamatkan. Meski begitu nyawa lebih berharga dari pada surat-surat berharga bahkan barang-barang pribadi yang bisa terbeli kembali. Semua teriakan penuh histeria mengisi malam yang tidak hanya diterangi oleh bulan dan lampu-lampu yang menerangi namun juga oleh api yang mengerikan. Orang-orang berlarian penuh ketakutan menuju keluar dari pemukiman padat dengan membuka jalan melalui membobol tembok. Yang  menghantarkan mereka pada tanah lapang luas yang dijadikan lahan parkir tempat futsal. Semua berkumpul di sana dengan ketakutan, kesedihan dan kehilangan yang dialami. 

Semua berlomba-lomba menyiram air kepada api agar dirinya pergi tidak menakuti siapa pun di pemukiman padat. Mobil merah datang dengan gagah untuk menyemburkan air melalui selang besarnya. Butuh waktu untuk mengusir api yang melahap semua yang ada di sana. Setelah padam yang terdengan isak tangis air mata yang bercucuran. Kerangka-kerangka bangunan penuh kehitaman yang menggambarkan di sana pernah ada tempat tinggal. Alangkah tertusuknya saat kembali dari kampung halam melihat pemukiman padat tempatnya beristirahat di sela-sela mengais rezeki. Kini terbakar hangus hanya menyisakan kerangka bangunan bahkan rata dengan puing-puing. Kaum urban dengan barang-barang tersisa yang dibawa saat pulang ke kampung halamannya berpindah ke tempat lain. Tempat yang belum tentu menyediakan sedikit ruang di tengah makin sempitnya ibu kota dari orang-orang yang mengundi nasib. 

Bagi orang-orang yang sudah dari generasi demi generasi menempati pemukiman padat. Baginya tempat tersebut sudah menyatu dengan diri mereka sudah ada ikatan yang melekat begitu dalam. Hingga mereka bertahan di antara kerangka-keranka dari bangungan yang tersisa dan di atas puing-puing kehancuran. Surat-surat berharga dan  barang-barang pribadi lenyap tanpa tersisa. Alarm solidaritas kemanusiaan berbunyi memberikan bantuan. Barang-barang pribadi seperti pakaian dan kebutuhakan pokok. Demi membangun tempat tinggal rela berhutang pada koperasi, bank dan bos tempat bekerja. Dengan batu dan pasir membangun tempat bernaung untuk beristirahat dan berkumpul. 

Semangat hidup yang tersungkur tiarap di hadapan kenyataan. Trauma menghantui kejadian saat semua termakan oleh api dengan rapih. Namun bumi terus berputar dan kehidupan terus berjalan dengan semua yang terjadi di dalamnya. Satu ingatan yang terlintas saat semua telah terjadi. Ingatan akan sebuah pengembang yang mengaku memiliki tanah seribu meter di pemukiman padat bekas terbakar saat tiga bulan yang lalu. Padahal tanah pemukiman padat belum ada surat izin mendirikan bangunan yang dimiliki oleh para warga. Namun pihak pengembang klaim memiliki sertifikat tanah yang telah dikantongi. Bahkan sempat melakukan pengukuran tanah untuk membangun perumahan mewah. Memang pemukiman padat terkepung oleh perumahan mewah di sekitarnya.  Terpojokkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun