Mohon tunggu...
Dafin Delian
Dafin Delian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis Lepas

Hanya orang yang ingin belajar untuk disebarkan kembali. Menyukai topik tentang lingkup budaya Asia Timur.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mono no Aware: Bagaimana Sebuah Rasa Kagum dan Sedih Itu Muncul Bersamaan

7 September 2021   16:57 Diperbarui: 8 September 2021   10:06 1568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ada berbagai macam hal di dunia ini, setiap kali melihat, mendengar sesuatu, tubuhmu bergetar (merasakan sensasi), mengerti pikiran/perasaan suatu hal, mengerti pikiran/perasaan suatu benda, (dari hal tersebut) dapat mengerti mono no aware.”

Secara sederhana, jika diri kita merasakan sesuatu dengan mendalam sampai pada titik kita memahaminya, maka itu bisa disebut sebagai mono no aware. Tidak peduli apakah itu perasaan senang ataupun sedih.

Mono no aware ini sifatnya subjektif tergantung siapa yang memahaminya. Bisa saja kalian yakin bahwa itu adalah mono no aware, tapi teman kalian tidak menganggap itu sebagai mono no aware. Jadi tergantung siapa yang memahaminya dan sedalam apa memahaminya.

Setelah penjelasan pertama yang datang dari Motoori Norinaga, kemudian untuk penjelasan yang kedua adalah pengertian mono no aware yang sudah banyak tersebar di internet ataupun jurnal-jurnal ilmiah yaitu 'the pathos of thingsatau kalau boleh diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi 'kesedihan benda-benda.'

Pengertian tersebut berasal dari susunan dua kanjinya yaitu 「物」mono dan 「哀れ」aware. Kata mono sendiri berarti 'benda' atau yang dimaksud adalah segala sesuatu yang memiliki wujud. Kemudian kata aware memiliki arti 'kesedihan dan duka.' 

Dari kedua kata tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa mono no aware adalah konsep yang merujuk kepada kesedihan terhadap benda-benda. 


Namun, kesedihan yang dirasakan ini bukan hanya sekedar menangis tetapi perasaan mendalam seseorang dari tindakan menyadari bahwa segala sesuatu yang membuat kesedihan itu sifatnya adalah sementara. Lebih jauh, kita perlu masuk ke dalam pembahasan mengenai 'yang bersifat sementara ini.' 

Langsung saja ke contohnya, pertama saya akan mengenalkan soal pohon sakura. Pohon sakura apabila bunganya mekar akan menghasilkan pemandangan yang indah bukan? 

Keindahan bunga sakura ini tidak bertahan lama, hanya sekitar seminggu setelah ia mekar, bunga itu akan berguguran dan sayangnya harus menunggu dalam waktu yang sangat lama untuk bunga itu kembali mekar. 

Nah, kita menyadari bahwa keindahan bunga sakura itu tidak bertahan selamanya dan kita memahami hal tersebut, hati kita tiba-tiba bersedih. Hal itulah yang dinamakan, mono no aware

Karena keindahan yang bersifat sementara itulah, kita akhirnya benar-benar mengapresiasinya dan tidak ingin kehilangan momen tersebut. Maka tidak heran orang Jepang sangat antusias untuk hanami (kegiatan bersantai menikmati bunga Sakura).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun