Mohon tunggu...
Muhammad Daffa Yofandy
Muhammad Daffa Yofandy Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa Unika Soegijapranata

Menulis untuk tugas.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pencegahan Covid-19

5 Januari 2021   12:35 Diperbarui: 5 Januari 2021   12:37 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia. Virus ini bisa menyerang siapa saja, seperti lansia (golongan usia lanjut), orang dewasa, anak-anak, dan bayi, termasuk ibu hamil dan ibu menyusui.

Gejala awal infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyerupai gejala flu, yaitu demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah itu, gejala dapat hilang dan sembuh atau malah memberat. Penderita dengan gejala yang berat bisa mengalami demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas, dan nyeri dada. Gejala-gejala tersebut muncul ketika tubuh bereaksi melawan virus Corona.

Secara umum, ada 3 gejala umum yang bisa menandakan seseorang terinfeksi virus Corona, yaitu:

*Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius)

*Batuk kering

*Sesak napas


Ada beberapa gejala lain yang juga bisa muncul pada infeksi virus Corona meskipun lebih jarang, yaitu:

*Diare

*Sakit kepala

*Konjungtivitis

*Hilangnya kemampuan mengecap rasa

*Hilangnya kemampuan untuk mencium bau (anosmia)

*Ruam di kulit

Gejala-gejala COVID-19 ini umumnya muncul dalam waktu 2 hari sampai 2 minggu setelah penderita terpapar virus Corona. Sebagian pasien yang terinfeksi virus Corona bisa mengalami penurunan oksigen tanpa adanya gejala apapun. Kondisi ini disebut happy hypoxia.

Guna memastikan apakah gejala-gejala tersebut merupakan gejala dari virus Corona, diperlukan rapid test atau PCR.

Pada tanggal 28 Januari 2020, Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan Budi Sylvana menerangkan soal penerbitan pedoman kesiapsiagaan khusus menghadapi virus baru korona. Pedoman ini dibuat mengadopsi apa yang dibuat oleh Organisasi Kesehatan WHO. Inilah yang dijadikan acuan petugas kesehatan untuk penganganan jika terjadi penularan.

"Pedoman menjelaskan surveilans dan respons, manajemen klinis, pengendalian infeksi, pengelolaan spesimen dan konfirmasi laboratorium, komunikasi risiko, dan pemberdayaan warga," ujar Budi (Kompas, 29/1/2020)

Upaya preventif yang dilakukan adalah dengan pengawasan ketat di jalur masuk ke Indonesia dari negara lain meliputi bandara, pelabuhan dan pos lintas batas darat. Deteksi dini sebagai bentuk pengawasan dilakukan terutama untuk 19 area yang memiliki akses langsung ke China, yakni Jakarta, Padang, Tarakan, Bandung, Jambi, Palembang, Denpasar, Surabaya, Batam dan Manado.

Sementara itu, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Anung Sugihantono menjelaskan bahwa terapi spesifik antivirus korona baru belum ada. Namun, untuk mencegah komplikasi maka terapi diberikan menyesuaikan gejala yang muncul. Berkaitan dengan petugas medis, Anung menjelaskan pentingnya memakai pelindung lengkap saat penananganan pasien terduga dan terinfeksi virus.

Meskipun belum ada kasus positif Korona di Indonesia, pada tanggal 30 Januari 2020 Presiden Jokowi menginstruksikan agar segera dibuat prosedur evakuasi WNI yang berada di Provinsi Hubei, China. Perintah itu disampaikan Presiden setelah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama, serta Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo di ruang tunggu Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Pemerintah Indonesia meningkatkan kesiagaan mencegah penyebaran virus korona dengan menutup sementara penerbangan dari dan ke daratan China mulai 5 Februari 2020. Keputusan ini diambil dalam rapat terbatas yang dipimpin oleh Presiden Jokowi. Selain itu, Pemerintah juga menghentikan sementara pemberian visa kunjungan dan visa on arrival untuk warga negara China.

Masa observasi ini berakhir pada tanggal 15 Februari 2020. Dari hasil observasi, semua WNI dinyatakan sehat dan tidak ada seorang pun yang terjangkir virus korona. Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto memastikan pemeriksaan dilakukan dengan lengkap. "Kami lengkapi dengan sertifikat kesehatan, mulai dari hasil pemeriksaan hingga pemantauan selama observasi," ujar Terawan (Kompas, 16/2/2020).

Respons masyarakat terhadap wabah virus COVID-19 masih cenderung negatif. Namun begitu hal ini bisa mengarahkan perilaku seseorang untuk bertindak positif dalam mencegah penularannya.

Hal ini ditegaskan Rizky Ika Syafitri, UNICEF Communications Development Specialist pada Diskusi Media (Dismed) Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) yang digelar melalui virtual dari media center Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) pekan lalu.

Rizky mengungkapkan respon publik tersebut beradasarkan survei yang digelar AC Nielsen guna menggali sikap masyarakat terkait praktik pencegahan virus corona pada kehidupan sehari-hari. Survei yang dilakukan atas kerjasama dengan UNICEF ini dilakukan di enam kota besar di Indonesia dengan 2.000 responden.

Hasil survei menunjukkan, 69,6% responden di enam kota tersebut mengaitkan virus corona dengan aspek negatif seperti, berbahaya, menular, darurat, mematikan, menakutkan, khawatir, wabah, pandemi, dan penyakit.

Untuk mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya perubahan perilaku ini, lanjutnya, penting juga untuk mengetahui media penyalurannya yang tepat. Sumber informasi yang paling dipercayai masyarakat mengenai virus corona ini adalah media massa televisi, kemudian diikuti oleh koran, radio, media sosial, WhatsApp Group, pemberitaan media online, dan situs internet.

 Masyarakat harus terus diingatkan soal kampanye memakai masker, menjaga jarak aman, dan mencuci tangan (3M). Ini dikatakan Rizky merupakan satu paket protokol kesehatan yang sangat diperlukan oleh masyarakat untuk mencegah penularan virus corona. Imbauan ini perlu dipatuhi dan dijalankan secara disiplin, mengingat langkah ini adalah rekomendasi dari para ahli dan dokter.

Kabar baik datang dari vaksin Covid-19 dari Sinovac Bontech Ltd, Coronavac. Vaksin disebut terbukti efektif dalam uji coba tahap akhir di Brasil. Mengutip Reuters yang melansir Wall Street Journal Selasa (22/12/2020), Institut Butantan di negara bagian Sao Paulo yang menyelenggarakan uji coba tahap akhir melaporkan kemanjuran suntikan. Selain Brasil vaksin ini juga tengah diuji di Turki dan RI.

Dengan demikian, Menurut pandangan dan opini saya masyarakat harus lebih peka dan peduli terhadap bahaya virus Covid-19. Dengan mengikuti semua kebijakan dan protokol kesehatan, masyarakat sangat berperan penting dalam mengurangi jumlah positif covid-19 setiap harinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun