Mohon tunggu...
Shafwan R
Shafwan R Mohon Tunggu... Marhaenis yang yakin, "Marhaen pasti menang!"

Secara rutin menulis esai dan analisis terhadap ketidakadilan sosial-ekonomi dan politik dari sudut pandang Rakyat, sekaligus menawarkan gagasan progresif serta solusi praktis bagi kaum Marhaen. Lewat penelusuran historis dan konstitusional, saya berusaha mendalami pemikiran para pendiri bangsa, termasuk Sukarno, Mohammad Hatta, dan Sutan Sjahrir, serta relevansi ideologi-ideologi kerakyatan ketiganya untuk tantangan masa kini, seperti tantangan geopolitik, ketidakadilan sosial, dan ketimpangan ekonomi. Saya berupaya konsisten menyintesiskan berbagai warisan pemikiran-pemikiran pendiri bangsa untuk memperkuat jiwa Marhaen dan mendorong terwujudnya Pancasila di bumi Nusantara, terutama keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money

Membongkar Barter sebagai Asal-Mula Uang: Mengapa Utang, Kredit, dan Kekuatan Sosial Menjadi Jantung Sistem Uang?

2 Juli 2025   11:18 Diperbarui: 2 Juli 2025   11:18 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by Unsplash.

Dalam diskursus mengenai asal-usul uang, terdapat argumentasi kuat yang menyatakan bahwa sejak kemunculan uang pertama kali, keberadaan kredit dan utang telah menjadi bayangan yang menyertainya. Pandangan ini menantang narasi sejarah uang konvensional yang sering mengedepankan model barter sebagai prekursor utama atas peran uang.

Seperti yang diisyaratkan oleh Friedrich Engels, yang merujuk pada "kerinduan akan masa lalu yang indah" ketika "uang dan riba" belum ada, kehadiran uang secara inheren membawa serta mekanisme "penagihan utang secara paksa," yang menciptakan "kekuatan sosial baru... di hadapan siapa seluruh masyarakat harus tunduk." Konsekuensinya menunjukkan bahwa uang, sejak awal kemunculannya, bukanlah sekadar alat tukar yang netral-esensi dan netral-konteks, melainkan juga menjadi instrumen yang membentuk dan menekan hubungan sosial.

Seturut dengan pandangan ini, beberapa teoretisi moneter modern berpendapat bahwa uang, pada dasarnya, tidak lain adalah sistem kredit dan utang sedari awal penciptaannya. Dalam kerangka pemahaman ini, uang dipandang sebagai seperangkat akun dan saldo yang secara fundamental merepresentasikan distribusi kekayaan dan kewajiban dalam suatu masyarakat. Apa yang kita lihat dalam bentuk pertukaran koin dan mata uang fisik, menurut teori ini, hanyalah sarana untuk melunasi rekening dan melakukan transfer antarsaldo yang berbeda --- yaitu, uang sebagai alat pembayaran.

Argumentasi di paragraf di atas, yang dikenal sebagai teori uang kredit (credit theory of money) atau chartalism, menempatkan utang dan kredit sebagai esensi dari eksistensi uang, bukan sebagai fitur sekunder darinya. Berbeda dengan pandangan teori komoditas uang (commodity theory of money) yang menekankan asal-usul uang dari barter komoditas bernilai intrinsik (seperti emas atau perak), teori uang kredit berpendapat bahwa uang awalnya muncul sebagai sistem pencatatan utang dan kewajiban.

Dalam banyak masyarakat kuno, seperti yang ditunjukkan oleh banyak penelitian antropologis, sistem kredit dan pembukuan telah ada jauh sebelum munculnya koin-koin uang berbentuk fisik. Dengan fakta inilah, kita dapat mengambil intisari bahwa uang bukan semata-mata komoditas yang nilainya ada secara intrinsik, melainkan lebih pada sebuah tanda atau catatan tentang apa yang orang lain "utangi" kepada kita, atau kewajiban yang diakui dalam suatu komunitas atau di bawah otoritas tertentu. Pandangan inilah yang membongkar mitos bahwa uang secara eksklusif berawal dari kebutuhan untuk menyederhanakan sistem barter, dan justru menempatkan hubungan sosial yang kompleks --- termasuk utang dan kepercayaan antarmanusia --- sebagai fondasi esensial dari sistem moneter modern.

Teori Kredit Uang: Menantang Narasi Klasik tentang Asal-Usul Moneter

Gagasan bahwa uang pada dasarnya adalah sebuah sistem kredit dan utang, yang secara umum dikenal sebagai teori uang kredit (credit theory of money), paling komprehensif dikemukakan oleh ahli ekonomi asal Inggris awal abad ke-20, Alfred Mitchell Innes. Pandangan Alfred bahkan telah memperoleh dukungan signifikan dari berbagai bukti-bukti antropologis modern, seperti yang diuraikan oleh David Graeber dalam bukunya yang berpengaruh, Debt: The First 5,000 Years.

Menurut Alfred dan Graeber, konsepsi modern kita tentang konsep uang --- yang sering diajarkan dalam buku-buku teks akademik di berbagai tingkatan pendidikan --- secara fundamental didasarkan pada sebuah mitos: "mitos barter," sebagaimana digambarkan oleh Graeber. Mitos ini telah menyebar luas ke dalam imajinasi dan kesadaran manusia populer sebagai akibat dari karya-karya ahli ekonomi-politik klasik, seperti Adam Smith dan David Ricardo, serta teori-teori empiris dari Inggris yang mendahului mereka, seperti John Locke, bahkan jika ditarik lebih jauh hingga filsuf Yunani kuno, Aristoteles.

Bagi para ahli ekonomi klasik tersebut, uang terutama dianggap sebagai alat tukar sejak dari awal --- satu komoditas tunggal yang menjadi diterima secara universal untuk memfasilitasi perdagangan dan transaksi pertukaran. Kisah ini menyatakan bahwa sebelum adanya uang, satu-satunya cara berdagang adalah melalui barter langsung, yang menimbulkan masalah signifikan seperti kebutuhan akan kebetulan kebutuhan ganda (double coincidence of wants) dan kesulitan membawa barang dagangan.

Pokok-Pokok Teori:
Kesatu: uang adalah simbol kepercayaan atas utang, yakni IOU (I Owe You) atau catatan bahwa seseorang berutang kepada orang lain.
Kedua: dalam sejarah masyarakat pra-moneter dan masyarakat tradisional, transaksi lebih banyak dilakukan berdasarkan sistem sosial dan catatan kewajiban, bukan dengan pertukaran secara langsung atau uang fisik.
Ketiga: bahkan sebelum munculnya koin logam, negara dan lembaga keagamaan sudah mencatat utang dan membukukan kredit, sering kali berbasis pada standar nilai tertentu (misalnya, gandum atau ternak).

Bukti Antropologis:
David Graeber dan antropolog seperti Caroline Humphrey menunjukkan bahwa tidak ada bukti empiris tentang eksistensi ekonomi barter murni dalam komunitas awal.
"Tidak ada contoh ekonomi barter murni yang pernah diamati secara etnografis, apalagi yang berkembang menjadi sistem moneter."
Masyarakat asli justru mencatat utang, mempercayai sistem sosial timbal balik, dan menggunakan mekanisme sosial informal, bukan tukar-menukar langsung.

Oleh karena ada itulah, uang "ditemukan", atau setidak-tidaknya, "diciptakan" untuk mengatasi hambatan dalam transaksi dengan barter. Hal ini berdampak pada perluasan variasi barang yang dapat ditukar, dan jarak di mana barang-barang itu dapat diperdagangkan menjadi diperluas pula. Dalam pandangan ini, penggunaan komoditas tertentu, seperti emas, sebagai uang didasarkan pada karakteristik intrinsiknya, seperti kepadatan nilai yang tinggi.

Namun demikian, Graeber secara kritis mencatat, dengan mengutip antropolog Cambridge, Caroline Humphrey, bahwa masalah mendasar dari narasi ini adalah: "Tidak ada contoh ekonomi barter, murni dan sederhana, yang pernah dijelaskan, apalagi kemunculan uang dari sistem itu; semua etnografi yang tersedia menunjukkan bahwa hal seperti itu tidak pernah ada." Pernyataan ini menjadi fondasi bagi argumentasi teori uang kredit, yang menunjukkan bahwa utang dan kredit, bukanlah barter, adalah bentuk awal dari transaksi ekonomi. Masyarakat sering kali beroperasi berdasarkan sistem kredit sosial dan kewajiban timbal-balik yang dicatat, sebelum uang fisik muncul.

Penting untuk dicatat bahwa narasi antropologis yang membongkar "mitos barter" ini didasarkan pada pencarian ekonomi barter dalam konteks internal komunitas. Namun, seperti yang dicatat oleh Engels (dan tentunya Karl Marx), perkembangan pertukaran komoditas melalui barter awalnya tidak terjadi secara internal dalam komunitas. Namun, transaksi barter sering kali dimulai secara eksternal, di tepi atau perbatasan di mana suku-suku yang berbeda berinteraksi untuk menukar surplus produk masing-masing.

"Menurut teori kredit uang: Kisah tentang barter sebagai awal dari sistem ekonomi adalah mitos ideologis, yang dimunculkan oleh para ekonom klasik untuk mendukung asumsi pasar bebas dan rasionalitas ekonomi individual. Narasi ini bertujuan untuk mengaburkan fakta bahwa ekonomi selalu bersifat sosial dan politik, bahkan sebelum munculnya negara dan sistem pasar formal yang modern. Uang tidak 'diciptakan' secara netral, melainkan dibentuk oleh kekuasaan: oleh negara, oleh otoritas agama, atau oleh institusi sosial tertentu yang bisa menetapkan standar dan mengklaim hak untuk mencatat utang."

Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika "tidak ada contoh ekonomi barter" murni yang dapat ditemukan secara historis dalam arti internal masyarakat, karena pertukaran komoditas dan uang muncul sebagai respons terhadap kebutuhan yang lebih kompleks yang melampaui barter sederhana dalam komunitas mandiri, seperti perdagangan jarak jauh dan pembentukan masyarakat kelas dengan spesialisasi yang lebih besar.

Komoditas dan pertukaran berkembang ketika masyarakat mengalami diferensiasi produksi dan spesialisasi, serta ketika kelompok yang berbeda berinteraksi secara ekonomi dan sosial. Dari sini kemudian tumbuh kebutuhan akan standar nilai yang bisa digunakan lintas komunitas: awal mula dari bentuk awal uang.

Dengan demikian, teori kredit uang tidak menafikan pertukaran atau barter, tetapi menolak bahwa barter adalah fondasi utama dari kemunculan uang. Uang muncul bukan sebagai alat tukar netral, tetapi sebagai representasi hubungan sosial dan kekuasaan --- terutama dalam bentuk utang.

Uang sebagai Unit Akun: Mengungkap Esensi Uang di Luar Bentuk Fisiknya

Bagi para pendukung teori uang kredit atau utang, yang berbeda secara fundamental dari pandangan ahli ekonomi klasik dan teori uang komoditas mereka, peran utama uang bukanlah sebagai alat tukar, melainkan sebagai unit akun[1]. Di era kapitalisme modern dengan sistem kreditnya yang sangat berkembang, perbankan fractional reserve, dan transfer elektronik, gagasan bahwa uang melampaui sekadar koin dan uang tunai yang beredar mungkin tampak jelas.

Perspektif ekonomi klasik semakin ditantang oleh pendekatan yang lebih kontemporer, yakni teori kredit uang (credit theory of money) yang menekankan bahwa esensi uang bukanlah benda, tetapi hubungan sosial yang memengaruhi dan dipengaruhinya --- khususnya dalam bentuk unit akun (unit of account) yang mencatat utang dan klaim dalam sistem ekonomi.

Akan tetapi, pada masa teoretisi ekonomi klasik seperti Adam Smith dan David Ricardo, gagasan semacam itu belumlah lazim adanya. Bahkan hingga hari ini, pascakrisis perbankan 2008 dan berlanjutnya gelembung kredit serta quantitative easing, masih ada pihak yang menyerukan kembalinya standar emas, yang menunjukkan bahwa pemahaman esensial tentang uang masih diperdebatkan.

Menurut teori ini:
Uang muncul bukan dari kebutuhan untuk menukar barang, tetapi dari kebutuhan untuk mencatat dan menyelesaikan kewajiban antaranggota masyarakat. Artinya, peran utama uang adalah sebagai perangkat informasi, bukan sekadar alat transaksi. Hal ini dapat dikaitkan dengan munculnya sistem perbankan modern, di mana sebagian besar uang tidak berbentuk fisik, tetapi hanya entri digital di dalam akun-akun bank --- yang tetap diakui sebagai representasi nilai dan alat pembayaran.

David Graeber, dalam bukunya Debt: The First 5,000 Years, secara tegas mendukung pandangan ini, menekankan bahwa "Kita tidak memulai dengan barter, menemukan uang, dan kemudian akhirnya mengembangkan sistem kredit. Itu terjadi justru sebaliknya. Apa yang sekarang kita sebut uang virtual datang lebih dulu. Koin datang jauh kemudian, dan penggunaannya menyebar secara tidak merata, tidak pernah sepenuhnya menggantikan sistem kredit." Ini berarti bahwa sistem pencatatan utang dan kewajiban komunal (uang virtual atau unit akun) mendahului munculnya uang fisik seperti koin.

Alih-alih "Barter Uang (koin) Kredit"
Graeber mengusulkan skema kronologis yang berlawanan:
"Kredit (unit akun) Koin Uang Kertas dan Elektronik"

Felix Martin dalam bukunya Money: The Unauthorised Biography menyoroti dua contoh untuk memperkuat argumentasi ini. Salah satu contoh paling menonjol adalah kasus orang-orang Yap, sebuah pulau terpencil di Kepulauan Pasifik.

Antropolog Amerika William Furness, yang mengunjungi Yap pada tahun 1903, menemukan bahwa ekonomi di pulau itu tidak didasarkan pada barter atau mata uang fisik sebagai alat tukar. Berbeda jauh dengan itu, Yap memiliki sistem moneter yang sangat berkembang yang melibatkan roda batu besar yang disebut "fei", berukuran hingga dua belas kaki, yang digunakan untuk merepresentasikan dan memperhitungkan berbagai jumlah kekayaan yang dimiliki oleh individu dalam komunitas.

Martin secara khusus mengamati bahwa pengangkutan fisik fei dari satu rumah ke rumah lain sangat jarang terjadi. Banyak transaksi terjadi, tetapi utang yang timbul biasanya hanya saling mengimbangi, dengan saldo terutang dibawa ke depan untuk pertukaran di masa depan.

Bahkan ketika saldo terbuka memerlukan penyelesaian, fei tidak biasa ditukarkan secara fisik. Martin menyimpulkan di sini bahwa "Uang Yap bukanlah fei, melainkan sistem akun kredit dan clearing yang mendasarinya yang mereka bantu untuk lacak. Fei hanyalah token di mana akun-akun ini disimpan."

Studi kasus Yap ini menjadi bukti kuat bahwa uang dapat berfungsi secara efektif sebagai unit akun dan sistem pencatatan utang-piutang tanpa perlu pergerakan fisik komoditas atau koin. Fakta demikian menegaskan bahwa esensi uang terletak pada kapasitasnya untuk merepresentasikan nilai dan kewajiban dalam sistem sosial.

Bukti Sejarah: "Exchequer Tallies" dan Keterbatasan Arkeologi dalam Studi Moneter

Untuk memperkuat argumentasi tentang asal-muasal uang sebagai sistem kredit, Felix Martin dalam Money: The Unauthorised Biography memberikan contoh historis yang menarik dari "Exchequer tallies" di Inggris. Maksudnya adalah tongkat kayu yang digunakan antara abad ke-12 dan ke-18 untuk mencatat pembayaran yang dilakukan kepada dan oleh negara.

Exchequer tallies adalah tongkat kayu yang digunakan antara abad ke-12 dan 18 di Inggris untuk mencatat transaksi antara warga dan negara (kerajaan). Ketika seseorang membayar pajak atau menerima pembayaran dari kerajaan, nilai transaksi dicatat dengan takikan di tongkat tersebut.

Tongkat ini akan dibelah menjadi dua, dengan satu bagian disimpan oleh kreditur dan bagian lainnya oleh debitur, serta berfungsi sebagai tanda terima pembayaran. Yang terpenting dari fakta itu, bagian yang dipegang oleh kreditur dapat digunakan sebagai alat pembayaran --- semacam bentuk keamanan finansial --- yang dapat ditukarkan dengan individu lain untuk melunasi utang yang tidak terkait. Fenomena masa lalu tersebut menunjukkan bagaimana suatu bentuk catatan utang, bukan komoditas fisik, dapat beredar sebagai medium pertukaran.

Fungsi exchequer tallies adalah dibelah menjadi dua bagian memanjang: Satu bagian tongkar dipegang oleh negara (debitur); Satu bagian lagi oleh kreditur (warga atau pejabat yang berhak menerima uang).

Karena bentuk takikan dan belahan itu unik dan cocok satu sama lain, tongkat ini menjadi semacam bukti autentik atas utang yang dapat diverifikasi.

Penggunaan Exchequer tallies akhirnya dihapuskan di Inggris pada tahun 1834, dengan digantikan oleh sistem uang kertas yang dikeluarkan oleh Bank of England. Sisa tallies yang ada kemudian dibakar dan dihancurkan, sehiingga tinggal menyisakan sedikit bukti fisik keberadaan mereka.

Untuk alasan inilah, Martin mencatat --- dan David Graeber juga berhipotesis --- bahwa bukti fisik untuk berbagai jenis sistem moneter sepanjang sejarah, terutama sistem kredit yang melibatkan catatan tertulis pada bahan yang mudah rusak, mungkin telah hilang selamanya. Akibatnya, para arkeolog dan sejarawan kerap kali hanya menemukan mata uang keras yang berupa koin logam, yang lebih tahan lama.

Hal ini telah menyebabkan bias dalam pemahaman kita tentang sejarah uang, di mana konsep uang yang menekankan komoditas berwujud, seperti logam mulia, menjadi dominan, meskipun sistem kredit mungkin jauh lebih luas dan mendahului uang komoditas di banyak peradaban.

Sebagai intisari pembahasan dan akhiran, pandangan bahwa uang pada dasarnya adalah sistem kredit dan utang menawarkan perspektif yang fundamental berbeda mengenai asal-usul dan fungsi uang. Ini secara langsung menantang narasi konvensional tentang barter sebagai titik awal evolusi moneter. Sebaliknya, teori ini menyarankan bahwa interaksi sosial, kepercayaan, dan pencatatan utang-piutang telah menjadi fondasi sistem moneter jauh sebelum koin fisik muncul.

Pemahaman ini membantu kita melihat uang bukan hanya sebagai objek komoditas dengan nilai intrinsik, melainkan sebagai sebuah konstruksi sosial yang kompleks, yang terus berkembang seiring dengan sejarah perkembangan masyarakat itu sendiri, dengan tetap merefleksikan hubungan sosial dan kekuasaan di dalamnya.

Catatan:

[1] Kumpulan catatan transaksi keuangan atau daftar transaksi keuangan yang tersusun dalam buku besar dan yang bertalian dengan jenis harta dan kewajiban tertentu yang dimiliki atau ditanggung gugat oleh orang atau perusahaan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun