Mungkin kusalah, tapi kukira aku pernah mendengar langsung dari ceramah Ustadz Abdul Somad, bahwa Nabi Muhammad pernah bersabda, "seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, tidak boleh menzalimi atau membiarkannya terzalimi. Siapa yang membantu saudaranya, Allah akan menolongnya. Siapa yang meringankan beban orang lain, Allah akan meringankan bebannya di Hari Kiamat."
Ramadan telah mengajarkan kita bahwa keimanan seorang Muslim bukan hanya tentang hubungan vertikal kita dengan Tuhan, tetapi juga tentang bagaimana kita bersikap terhadap sesama. Semakin seseorang merasakan empati, semakin besar dorongannya untuk membantu dan berbagi.
Di jalan-jalan, kulihat banyak dari kita yang berbagi satu sama lain di bulan Ramadan. Ada mahasiswa-mahasiswa yang membagikan takjil gratis, ada rumah-rumah makan yang memberikan diskon Ramadan untuk berbuka puasa, dan ada juga yang lebih giat untuk berbagi kepada mereka yang menderita dan terpinggirkan.
Bahkan, di tengah Ramadan pun, selalu ada yang menyimpan rasa peduli terhadap nasib bangsa kita. Suatu ketika kusaksikan di jalan-jalan ibu kota, masih banyak massa yang menggelar aksi demonstrasi untuk membela rakyat miskin kota, membela mereka yang termarginalkan, dan membela kebenaran. Kepedulian dan solidaritas di bulan Ramadan memang keberkahan yang tiada tanding.
Solidaritas dan Kebersamaan dalam Ramadan
Mungkin beberapa orang mengatakan bahwa puasa hanya mengajarkan pengendalian diri. Aku tidak sepakat bahwa puasa hanya tentang itu saja. Seperti yang kusampaikan sebelumnya, puasa wajib dan sunnah, bagiku adalah ajang untuk kita menumbuhkan rasa solidaritas sosial di setiap jiwa manusia.
Bukan tanpa alasan, Islam menekankan "kebersamaan dalam Ramadan". Puasa dan ibadah lain selama Ramadan, seperti tarawih, sedekah, hingga zakat fitrah bukan hanya untuk kita secara personal. Ibadah-ibadah tersebut juga untuk kita dapat mempererat ukhuwah islamiyah.
Kala Bu Siti tarawih bersama dengan Bu Kemi, kala Aya tarawih bersama dengan Yuni, kala Pramono menjaga mushola bersama Hendi. Ramadan memang mempererat rasa persaudaraan Muslim.
Dengan berbagi waktu bersama sesama, kita membangun rasa syukur dan mempererat ikatan sosial di antara Muslim.
Jihad Melawan Ego: Berbagi Sebagai Bentuk Ketulusan
Salah satu pelajaran terbesar dari Ramadan adalah jihad melawan ego. Jihad melawan ego menegaskan bahwa, berbagi bukanlah sekadar menunjukkan "tindakan kebaikan" saja.
Berbagi juga merupakan bentuk perjuangan pribadi dari kita sebagai rakyat Indonesia dan umat Islam untuk sama-sama melawan keserakahan, rasa individualitas, dan kecenderungan untuk selalu mengutamakan diri sendiri. Hanya mereka yang memiliki ketenangan batin karena berpuasa dengan taatlah, yang bisa berbagi dengan tulus tanpa merasakan kehilangan, atau bahkan tanpa perlu mengingat kita pernah melakukannya.