Dunia intelijen Inggris selalu dihiasi oleh kisah-kisah yang seolah datang dari novel bertemakan  mata-mata, mulai dari agen yang menyamar sebagai wanita hingga metode komunikasi rahasia yang tak terduga.Â
Namun demikian, di balik glamornya fiksi seperti James Bond, realitas kerja intelijen Inggris ternyata jauh lebih kompleks. Sering kali absurd dan penuh intrik yang tak selalu berakhir dengan kemenangan.Â
Awal Mula MI6: Fiksi yang Menjadi Realitas
Dibentuk pada tahun 1909, Secret Intelligence Service (SIS) atau yang lebih dikenal sebagai MI6 (Military Intelligence, Section 6), lahir dari ketakutan Edwardian akan spionase Jerman.Â
Obsesi terhadap dunia mata-mata saat itu juga dipicu oleh novel-novel populer seperti Spies of the Kaiser, yang menggambarkan Inggris sebagai target infiltrasi rahasia Jerman. Dalam responsnya, pemerintah Inggris kemudian langsung membentuk badan intelijen untuk menghadapi ancaman ini.
Mansfield Cumming, pemimpin pertama MI6 yang dikenal sebagai "C", menciptakan banyak tradisi di bidang ini, yang bertahan hingga kini, termasuk penggunaan nama sandi dan teknologi inovatif.Â
Dalam insiden yang menjadi legenda, Cumming pernah mengalami kecelakaan mobil di Prancis dan harus mengamputasi kakinya sendiri dengan pisau untuk menyelamatkan diri. Sosoknya pun dijadikan inspirasi untuk karakter fiksi "M" dalam kisah James Bond.
Perang Dunia II: Masa Keemasan dan Tragedi Intelijen
Perang Dunia II membawa MI6 ke puncak kejayaannya. Anggaran badan ini melonjak drastis, dan jumlah personel meningkat hampir sepuluh kali lipat.Â
Agen-agen MI6 segera terlibat dalam berbagai operasi spionase yang penuh teka-teki, mulai dari penyusupan ke wilayah Nazi hingga menyebarkan disinformasi (hoaks) yang sangat memengaruhi jalannya peperangan.