Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Sarjana Hukum di UPN Veteran Jakarta || Nasionalis-marhaenis || Adil sejak dalam pikiran..

"Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya," ungkap Pramoedya A. Toer dalam Tetralogi Buru.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Membangkitkan Spirit Kemerdekaan Negara "Dunia Ketiga": Solidaritas Asia-Afrika untuk Transformasi Dunia Modern

10 Maret 2025   08:00 Diperbarui: 4 Maret 2025   15:14 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sidang KAA di Bandung terlihat perwakilan Indonesia, India, dan Guinea (Sumber: taliawhyte.com)

Indonesia, yang selama lebih dari 350 tahun berada di bawah penjajahan Hindia Belanda dan tiga setengah tahun dijajah oleh pemerintahan Jepang, tiba-tiba memproklamasikan diri sebagai negara merdeka. Sejak dari Proklamasi 17 Agustus 1945, Indonesia telah memulai era dekolonisasinya yang kemudian diikuti oleh banyak negara-negara Asia, Afrika, dan Jazirah Arab.

Van Reybrouck juga menekankan bahwasanya kemerdekaan Indonesia bukan hanya sekadar peristiwa yang memiliki pengaruh di tingkat lokal ataupun di kawasan, melainkan juga kemerdekaan Indonesia ini memiliki dampak yang sangat luas. Perjuangan kemerdekaan Indonesia pun dapat dikatakan tidak hanya mengakhiri kekuasaan kolonial di tanah airnya, tetapi juga memulai gelombang dekolonisasi yang cepat dan menyeluruh di seluruh belahan dunia.

Oleh karena itu, Proklamasi Indonesia telah menjadi inspirasi bagi banyak negara untuk mengakhiri penjajahan dan segera mempengaruhi bangsa-bangsa lainnua untuk mengambil langkah berani menuju kemerdekaannya masing-masing.

Singkatnya, Revolusi Indonesia, menurut Van Reybrouck, merupakan revolusi yang dikelola dan diperjuangkan langsung oleh para pemuda, di mana dapat terlihat dari banyaknya pemuda berusia antara 15 hingga 25 tahun yang turut mengorbankan hidup mereka (mati menjadi syuhada bangsa) demi kemerdekaan negara ini.

Bandung 1955: Momen Historis bagi Dunia Ketiga

Salah satu momen paling penting dalam sejarah Indonesia yang pernah tercatat lainnya, menurut Van Reybrouck, adalah Konferensi Asia-Afrika. Konferensi yang berlangsung di Bandung pada tahun 1955 ini merupakan pertemuan pertama dari negara-negara bekas jajahan yang baru merdeka tanpa kehadiran negara-negara jajahan (kulit putih).

Perwakilan-perwakilan bangsa-bangsa yang terdiri lebih dari 1,5 miliar orang, yang di antaranya mewakili sebagian besar populasi dunia saat itu, hadir di Bandung untuk membahas isu-isu kemerdekaan, kesetaraan, dan perwujudan solidaritas di antara negara-negara yang baru merdeka.

Van Reybrouck pun menggambarkan betapa pengaruh dari Konferensi Bandung telah menjadi momen yang menentukan dalam pembangunan kesadaran global, di mana negara-negara Asia dan Afrika yang baru merdeka mulai menggalang persatuannya untuk membentuk solidaritas dan membangun peran mereka secara mandiri di dalam politik internasional.

Konferensi ini, meski tidak menghasilkan perjanjian yang "besar", mencerminkan kebangkitan yang nyata dari negara-negara Dunia Ketiga di mana negara Dunia Ketiga mulai memperjuangkan hak mereka di panggung internasional.

Dalam pengamatan Richard Wright---seorang advokat hak-hak Afrika-Amerika terkemuka yang menjadi peserta konferensi---Konferensi Asia-Afrika di Bandung adalah "momentum yang menentukan bagi 65% umat manusia." Itu berarti Konferensi Bandung adalah momen di mana negara-negara baru merdeka mulai membangun identitas dan mempengaruhi dinamika politik global.

Revolusi Indonesia dan Pengaruhnya pada Dunia Modern

Revolusi Indonesia dalam hal ini bukan hanya mempengaruhi negara-negara yang baru merdeka di Asia dan Afrika, tetapi juga memberikan dampak besar terhadap pertumbuhan gerakan sosial dan politik di luar kawasan tersebut. Salah satunya adalah gerakan hak-hak sipil di Amerika Serikat dan unifikasi benua biru (bangsa Eropa) yang, baik secara langsung maupun tidak langsung, dipengaruhi oleh semangat yang dibawa oleh Revolusi Indonesia dan Konferensi Bandung.

Indonesia, dengan keberhasilan perjuangan kemerdekaannya, memberikan contoh kepada dunia tentang bagaimana negara yang dahulu dijajah bisa bangkit dan menciptakan jalannya sendiri. Selain itu, Van Reybrouck juga menyoroti bagaimana peranan Indonesia dalam membangun gerakan internasional untuk upaya dekolonisasi dan solidaritas bangsa Selatan-Selatan selalu menjadi inspirasi bagi banyak negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun