Dalam rangka menggali dan memahami ajaran Islam secara mendalam dan menyeluruh, Muhammadiyah menggunakan tiga pendekatan utama: bayani, burhani, dan 'irfani. Ketiga pendekatan ini berfungsi melengkapi satu sama lain sehingga pemahaman terhadap ajaran agama tidak hanya terfokus pada aspek literal, tetapi juga mencakup aspek rasional dan spiritual. Pendekatan ini memungkinkan umat Islam untuk mengatasi berbagai persoalan kontemporer secara komprehensif dan relevan dengan perkembangan zaman.
a) Pendekatan Bayani (Teksual)
Pendekatan bayani adalah metode memahami ajaran Islam dengan berpedoman langsung pada teks Al-Qur'an dan As-Sunnah. Dalam pendekatan ini, kaidah bahasa, tata bahasa, dan konteks kebahasaan sangat penting untuk menggali makna yang terkandung dalam nash (teks). Bayani menekankan pentingnya memahami teks secara harfiah dan literal, tetapi tetap harus mempertimbangkan konteks dan makna bahasa Arab sebagai bahasa pewahyuan.
Pendekatan bayani menjadi dasar utama dalam memahami ajaran Islam, terutama dalam aspek ibadah mahdlah dan aqidah yang bersifat tetap dan tidak dapat diubah. Melalui pendekatan ini, umat Islam mampu memahami hukum-hukum dasar dalam Islam serta berbagai prinsip dasar yang tertuang dalam Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah . Muhammadiyah menggunakan pendekatan ini dalam menetapkan hukum yang terkait dengan ritual dan keyakinan, sehingga esensi ajaran tetap terjaga keasliannya.
b) Pendekatan Burhani (Rasional)
Pendekatan burhani menggunakan rasio, argumen logis, penelitian ilmiah, ilmu pengetahuan, dan pengalaman empiris untuk memahami ajaran agama. Pendekatan ini menjadi penting dalam merespons persoalan-persoalan baru yang belum diatur secara eksplisit dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah. Muhammadiyah memandang bahwa Islam adalah agama yang tidak menolak akal, bahkan mendorong penggunaan akal untuk merenungi dan memahami kebesaran Allah serta untuk menyelesaikan masalah kehidupan.
Pendekatan burhani juga memungkinkan integrasi antara ilmu pengetahuan modern dengan ajaran Islam, sehingga Islam dapat menjawab tantangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Muhammadiyah mengaplikasikan pendekatan ini dalam isu-isu kontemporer yang memerlukan penalaran rasional, seperti dalam Teologi Lingkungan, Fiqih Kebencanaan, Fiqih Kesejahteraan Sosial, dan Fiqih Tata Kelola. Dengan burhani, Islam Berkemajuan dapat merespons dinamika sosial yang membutuhkan analisis logis dan pendekatan ilmiah.
c) Pendekatan 'Irfani (Spiritual)
Pendekatan 'irfani adalah pendekatan yang berfokus pada aspek kedalaman spiritual, intuisi, dan kepekaan nurani. Dalam tradisi Islam, pendekatan ini mengedepankan pengalaman batin dan perasaan ruhani yang disebut dzauq (rasa), bashirah (mata batin), wijdan (gerak batin), dan sirr (rahasia batin). Pendekatan ini tidak hanya bergantung pada teks dan rasio, tetapi juga pada kekayaan spiritual yang membawa kedalaman makna dan hikmah dalam memahami ajaran agama.
Muhammadiyah memandang bahwa pendekatan 'irfani penting dalam membentuk kepribadian yang memiliki kedalaman spiritual dan integritas moral. Melalui pendekatan ini, seseorang tidak hanya memahami ajaran agama secara rasional, tetapi juga menghayati ajaran tersebut dengan hati yang khusyuk dan ikhlas.Â
Pendekatan ini terlihat dalam ajaran akhlak Islami yang diajarkan oleh Muhammadiyah, di mana nilai-nilai seperti khusyuk dalam ibadah, kepedulian sosial, dan kearifan (hikmah) sangat ditekankan. Dengan 'irfani, ajaran Islam dipahami secara lebih mendalam, sehingga menghasilkan sikap hati-hati dalam menghindari hal-hal yang meragukan (syubhat) ataupun hal-hal yang jelas dilarang (haram).
Integrasi Tiga Pendekatan dalam Pemikiran Muhammadiyah
Muhammadiyah menggunakan ketiga pendekatan---bayani, burhani, dan 'irfani---secara bersamaan dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam. Pendekatan ini memungkinkan pemahaman Islam yang utuh, komprehensif, dan seimbang antara dimensi tekstual, rasional, dan spiritual. Penggunaan tiga pendekatan ini menjadikan ajaran Islam mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman, tanpa kehilangan nilai-nilai dasarnya.
Muhammadiyah telah menerapkan ketiga pendekatan ini dalam berbagai dokumen pemikiran, seperti:
- Teologi Lingkungan: Mengintegrasikan pemahaman tekstual, rasional, dan spiritual dalam memelihara lingkungan sebagai bagian dari amanah yang diberikan oleh Allah .
- Fiqih Kebencanaan:Â Menggunakan ilmu pengetahuan untuk mengelola dan memitigasi bencana, sambil memaknai musibah dari perspektif agama dan spiritualitas.
- Fiqih Kesejahteraan Sosial: Berfokus pada pemenuhan hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
- Fiqih Tata Kelola: Mengedepankan prinsip-prinsip tata kelola yang baik sesuai dengan ajaran Islam dengan pendekatan burhani dalam analisis dan penataan struktural.
- Fiqih Zakat Kontemporer:Â Mengembangkan pandangan tentang zakat yang sesuai dengan kondisi ekonomi modern dan teknologi keuangan.
- Fiqih Air: Berfokus pada pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan dan adil, sesuai dengan prinsip kemaslahatan bagi seluruh makhluk hidup.
- Fiqih Difabel: Memperhatikan keadilan dan kepedulian terhadap kaum difabel dalam berbagai aspek kehidupan.
- Risalah Akhlak Islami:Â Menekankan pada pengembangan akhlak mulia dengan menggabungkan pendekatan teks, rasio, dan spiritual.
- Tafsir Al-Tanwir: Menyajikan penafsiran Al-Qur'an yang memadukan ketiga pendekatan untuk memahami pesan-pesan ilahi secara kontekstual dan relevan.
Referensi
PP Muhammadiyah. Risalah Islam Berkemajuan (Keputusan Muktamar Ke-48 Muhammadiyah Tahun 2022). Yogyakarta: PT Gramasurya Yogyakarta, 2023.