Mohon tunggu...
Daffa Amru Rahmanta
Daffa Amru Rahmanta Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UAD

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UAD

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Communication as the Energy for Adaptive Society | Communication Challenges in Post Pandemic | Jogjakarta Communication Conference 2021

23 Maret 2021   21:12 Diperbarui: 24 Maret 2021   08:31 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jogjakarta Communication Conference atau disingkat JCC kembali diselenggarakan pada tahun 2021, JCC merupakan sebuah konferensi yang membahas mengenai disiplin keilmuan komunikasi dengan mengundang para narasumber yang berpengalaman di bidang komunikasi untuk memberikan materi kepada para akademisi. Ini merupakan kali ketiga JCC diselenggarakan, JCC sendiri diselenggarakan oleh kerjasama antara Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (ASPIKOM) dan Asosiasi Pendidikan Ilmu Komunikasi Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah (APIK PTMA). Pada tahun 2021 ini JCC diselenggarakan secara virtual synchronous dikarenakan pandemi COVID-19 yang ancaman penularannya masih tinggi. 3rd JCC mempunyai tema bahasan yakni “Communication Challenges in Post Pandemic". Pemateri 3rd JCC kali ini adalah para ahli yang berasal dari berbagai universitas di berbagai negara, yakni Prof. Xi Zhuang, Ph.D. dari Nanjing Normal University, China; Prof.Dr.phil. Hermin Indah Wahyuni, M.Si. dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Indonesia; Taufiqur Rahman, Ph.D. dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesia; Dr. GM Naidoo dari University of Zululand, Afrika Selatan dan Chi Wang, Ph.D. dari Matej Bel University in Banská Bystrica, Slovakia. 3rd JCC sendiri diselenggarakan dalam dua hari. Hari pertama di moderatori oleh Mufid Salim,S.I.Kom,M.B.A dari Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Indonesia dengan lima pemateri yang telah disebutkan diatas. Sementara hari kedua di moderatori oleh Fajar Junaedi, M.Si. dengan pemateri Dr. Andy Fuller dari Utrecht Univesity, Belanda.

Di hari pertama dan kedua para pemateri membahas topik bahasan mereka masing-masing, salah satu topik yang dibahas di hari pertama adalah “Communication as the Energy for Adaptive Society” yang disampaikan oleh Prof.Dr.phil. Hermin Indah Wahyuni, M.Si.  dari Universitas Gadjah Mada. Pada pembahasan tersebut disampaikan bahwa masyarakat telah mengalami perubahan serta adaptasi terhadap situasi baru. Situasi baru tersebut tercipta karena adanya pandemi COVID-19 yang menuntut  masyarakat untuk beradapatasi. Selain masyarakat yang berubah lalu beradaptasi ada hal lain yang berubah yakni sistem sosial yang ada, namun proses perubahan sistem sosial tersebut memerlukan proses komunikasi yang transformatif dan adaptif. Perubahan sistem sosial perlu didorong oleh komunikasi,karena komunikasi merupakan penghubung antara manusia yang ada pada sistem sosial. Selain itu komunikasi merupakan “supir kendali” dalam perubahan sistem sosial.

Namun komunikasi sendiri dapat menjadi bumerang bagi masyarakat itu sendiri, hal ini disebut dengan Pandemonic yang dimana arus komunikasi dan informasi tersebar dimana-mana serta tidak terkontrol, hal ini tentu dapat menyebabkan biasnya informasi yang dapat mengakibatkan kekacauan persepsi pada masyarakat umum. Persebaran informasi yang tidak terkendali ini tentunya juga disebabkan oleh kemajuan pesat teknologi internet yang digunakan oleh masyarakat umum. Karena dengan internet semua orang dapat menyebarkan informasi dengan bebas yang dimana informasi tersebut bisa saja memiliki pengaruh bagi banyak orang. Seharusnya persebaran informasi yang bebas tersebut dapat dibatasi dengan peran media, namun pada faktanya media baru yakni media sosial lebih mendominasi serta lebih banyak digunakan oleh masyarakat, padahal di dalam media sosial terdapat banyak informasi yang kurang atau bahkan tidak akurat. Contoh Pandemonic yang berkembang pada masa pandemi COVID-19 ini adalah informasi mengenai  gerakan anti vaksinasi yang dimana hal tersebut banyak tersebar di media sosial.

Sehingga media baru yang didominasi oleh media sosial ini masih menyisahkan sebuah pekerjaan rumah yakni bagaimana agar media baru bukan saja sebagai media yang digunakan untuk menyerbarluaskan informasi yang bias namun dapat menjadi “media yang sukses” untuk mendorong perubahan sistem sosial yang lebih baik pada masyarakat. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan kesadaran bagi semua orang dan juga regulasi yang terstruktur untuk mengatur media baru.

Selain hal tersebut, Prof.Dr.phil. Hermin Indah Wahyuni, M.Si. juga membahas mengenai beberapa isu komunikasi. Yang pertama adalah perubahan komunikasi yang terjadi pada masa pandemi ini. Yakni pada kualitas komunikasi interpersonal dan hubungan sosial. Hal tersebut (penurunan kualitas komunikasi) terjadi karena pada masa pandemi ini semua orang harus memakai masker, yang dimana hal tersebut berdampak pada kualitas komunikasi antar orang karena masker yang kita pakai menutup ekspresi wajah dan juga meredam suara yang kita utarakan. Masalah lain adalah terdapatnya kecurigaan antara satu orang dengan orang yang lain mengenai penyebaran virus ketika mereka berinteraksi. Kemudian yang selanjutnya adalah penggunaan teknologi yang lebih marak digunakan pada masa pandemi ini sehingga berdampak pada hubungan sosial atau komunikasi interpersonal.

Yang kedua, dibahas juga mengenai perpindahan komunikasi langsung ke komunikasi menggunakan media digital. Komunikasi media digital menggunakan internet sebagai penunjangnya. Sehingga pengguna internet pada masa pandemi ini mengalami peningkatan yang sangat pesat, namun masih terdapat kesenjangan digital yang terjadi diakibatkan tidak semua orang dapat mengakses internet yang baik. Hal ini tentu berdampak pada hubungan serta komunikasi antara orang-orang.

Yang ketiga adalah pembahasan mengenai komunikasi krisis dan komunikasi strategi. Karena pada masa pandemi ini komunikasi mengenai informasi pandemi merupakan hal yang sangat berisiko sehingga perlu dikomunikasikan melalui strategi yang tepat agar tidak terjadi miskomunikasi yang dapat menyebabkan masyarakat bingung dan resah.

Yang terakhir adalah mengenai isu komunikasi publik, dengan contoh case pada saat pemerintah menangani masalah pandemi COVID-19. Banyak pejabat yang menyampaikan pernyataan mengenai pandemi tanpa database yang kuat serta pendapat satu pejabat dengan pejabat lain yang berbeda sehingga banyak masyarakat yang tidak mengerti apa yang sedang mereka hadapi. Tentu kedepannya hal seperti itu diharapkan tidak akan terulang kembali.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun