Sabtu, 11 Maret 2017. Matahari vertikal di atas Pulau Yamdena. Tujuh perahu bergerak ke laut dipandu pria-pria berkaos biru muda. Mesin perahu berdentum di Pantai Lermatang, khalayak berbagi senyum. Tak lama, Suprayoga Hadi, Dirjen Pengembangan Daerah Tertentu (PDTU), Kementerian Desa PDTT menarik bentangan rumput laut kecokelatan dan mengangkatnya. Senyumnya mengembang. Sekda Maluku Tenggara Barat (MTB) Piterson Rangkoratat turut memegang tali diikuti Syaifuddin dari SKK Migas, Puri Minari dari Inpex Masela Ltd, Komandan Lanal Saumlaki, Wirawan serta Kades Jantje Rangkoly.
Di perahu lain, Yongky Souissa, Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Kelurahan (BPMDK) serta Camat Tanimbar Selatan tak tinggal diam, mereka ikut mengangkat rumputlaut. Di pantai dan di dermaga, seratusan warga menjadi saksi prosesi panen perdana hasil budidaya anggota Kelompok Wermas dan Rumyaar. Menjadi saksi peresmian Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) bernama Ngurmase.Dirjen PDTT mendapuk Kades Jantje Rangkoly untuk menggunting pita peresmian.Bumdes yang disebut sebagai yang pertama di MTB.
Fasilitasi bersama
“Ada 66 orang anggota akan memperoleh tidak kurang 5 ton rumput laut basah. Hasil panen ini dapat jadi target pengelolaan Bumdes ke depan.” kata Abdi Suhufan dari DFW Indonesia, organisasi fasilitator pendampingan. Menurut Abdi, budidaya ini tergolong istimewa, selain mendatangkan bibit dari Maluku Tenggara, panen kali ini menjadi penting sebab harga rumput laut di MTB mulai membaik, dari harga 5 ribuan naik ke harga 7-8ribu perkilo.
Program Seaweed Cultivation adalah bagian skema Social Investment Inpex Masela Ltd sejak Juni 2016. DFW hadir melanjutkan program sebelumnya, selain mendukung budidaya rumput laut, Inpex juga memberi dukungan untuk bidang pendidikan, pertanian, hingga promosi khazanah kebudayaan MTB. “Fasilitasi berlangsung sejak Juni 2016. Butuh waktu adaptasi dan persiapan sosial yang intens terutama membaca potensi sumber daya alam dan peta-peta sosial sebelum bicara teknis budidaya dan penyiapan Bumdes,” ungkap Abdi.
“Tahun 2016, kami menggandeng DFW, sebagai partner kami di lapangan untuk melaksanakan program pelatihan dan budidaya rumput laut,di Kabupaten MTB khususnya di Desa Lermatang dan Latdalam,” kata Puri Minari dari PT Inpex Masela Ltd saat memberi sambutan. Puri menambahkan, untuk terciptanya sinergi dengan Instansi Pemerintah, kegiatan ini juga dilakukan bersama-sama, bersinergi dengan Pemda MTB, melalui keterlibatan SKPD terkait, Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Kementerian Desa Tertinggal.
Sementara itu, Syaifuddin dari SKK Migas menyatakan bahwa perusahaan minyak terutama yang beroperasi di lepas pantai atau pesisir harus turut membantu melakukan program social investment yang dikerjasamakan dengan DKP. mensinergikan dengan Pemda, sehingga program pilot ini bisa dilaksanakan di seluruh Indonesia.
“Harapan kami, semoga kegiatan social investment bisa memberikan manfaat bagi masyarakat terutama di MTB dan Lermatang,” harapnya. Apa yang disampaikan Syaifuddin ini adalah isyarat tentang perlunya memberikan ruang bagi masyarakat Maluku Tenggara Barat untuk menjadi bagian atau penerima manfaat ke depan dalam proses operasi Blok Gas Abadi yang letaknya di antara wilayah MTB dan Australia serta akan dikelola oleh PT. Inpex Masela.
Senada dengan itu, dalam sambutannya, Dirjen PDTU menyebut bahwa khusus untuk daerah-daerah perbatasan, peranan Kemendesa sangat penting untuk mendorong potensi pembangunan di daerah-daerah kecil, pesisir dan terluar, termasuk Maluku Tenggara Barat.
“Kita selama ini memang berorientasi ke pedalaman, melupakan pesisir dan pantai. Kehadiran kami (di Lermatang) mewakili Kementerian untuk menunjukkan atensi ke Pulau Pulau Kecil Terluar juga sangat tinggi,” kata Suprayoga yang mengaku terkesan sebab disambut tiga lapis prosesi adat khas Tanimbar, ada penerimaan dan sumpah adat oleh tetua desa, tarian serta nyanyian kelompok perempuan.