Mohon tunggu...
Nur Terbit
Nur Terbit Mohon Tunggu... Jurnalis - Pers, Lawyer, Author, Blogger

Penulis buku Wartawan Bangkotan (YPTD), Lika-Liku Kisah Wartawan (PWI Pusat), Mati Ketawa Ala Netizen (YPTD), Editor Harian Terbit (1984-2014), Owner www.nurterbit.com, Twitter @Nurterbit, @IniWisataKulin1, FB - IG : @Nur Terbit, @Wartawan Bangkotan, @IniWisataKuliner Email: nurdaeng@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Cerita Toleransi, Cerita Kita Juga Koq Sehari-hari

31 Maret 2024   23:52 Diperbarui: 1 April 2024   00:37 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salat Tarawih pada Ramadan 2023 lalu di Makassar (foto : dok Nur Terbit) 

Cerita Toleransi, Cerita Kita Juga Koq Sehari-hari - Oleh : Nur Terbit

Pada Minggu 31 Maret 2024 bertepatan dengan puasa di hari ke-21, Ramadan Bercerita 2024 Kompasiana kali ini mencoba membahas "Cerita Toleransi".

Menurut Kamus Besar Bahasa. Indonesia (KBBI), toleransi adalah sifat atau sikap toleran. Kata "toleran" bermakna; "bersifat atau bersikap menenggang".

Sementara pengertian "toleransi" dalam Islam berasal dari bahasa 

Latin, "tolerare" yang berarti menahan diri, bersikap sabar, menghargai orang lain, berpendapat lain, berhati lapang dan tenggang. 


Dalam kehidupan sehari-hari, kita semua tentu sama mengetahui bahwa istilah "toleransi" ini sering nkita dengar. Kebalikan dari istilah "intoleran" yang biasa dialamatkan kepada kelompok tertentu. 

Baca juga: Cerita Reuni

Sementara yang namanya "toleranai", sudah seringkali diperbincangkan. Baik itu dalam percakapan sehari-hari, dalam ceramah para tokoh agama, seminar, diskusi dan lain-lain. 

Yang pasti toleransi selama ini lebih banyak dikaitkan dengan hubungan antar pemeluk agama, khususnya di Indoensia yang dikenal sebagai negara yang sangat menjunjung tinggi toleransi beragama. 

Seperti yang Bang Nur sebutkan di awal tulisan ini, toleransi beragama merupakan sikap saling menghormati, saling menghargai setiap keyakinan orang, tidak memaksakan kehendak, serta tidak mencela ataupun menghina agama lain dengan alasan apapun.

Sudah banyak kasus bisa kita temui selama ini. Sejumlah orang terpaksa harus mempertanggung jawabkan di depan hukum terkait perkataannya, postingannya di media sosial, dan konten dari platfom lainnya. 

Pihak Kepolisian, nampaknya harus sabar menangani sejumlah kasus terkait toleransi beragama. Terutama yang sudah menjurus ke tindak pidana pencemaran atau lebih populer sering disebut kasus penistaan agama. 


*****

Ketika Bang Nur masih aktif menjalani profesi wartawan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan era 1980-an, punya pengalaman menulis berita kasus penistaan agama. 

Ceritanya, saat itu Bang Nur ikut Tim Penyidik Kejaksaan Negeri Ujungpandang (kini Makassar), meliput pengerebekan lokasi yang diduga "tempat peribadatan" aliran sesat satu agama tentu. 

Aliran yang diduga sesat itu, bernama "Children of God" alias anak-anak Tuhan. Penyebar paham aliran sesat ini, adalah seorang pria warga negara asing (WNA). Rumahnya dijadikan tempat kursus bahasa asing bagi pelajar. 

Ternyata tempat kursus ini hanya kedok belaka. Dari penyelidikan dan penyidikan petugas Kejaksaan Negeri setempat, ditemukan indikasi awal kalau lokasi tersebut tempat peribadatan aliran sesat mereka. 

Aliran sesat bagaimana? Ya, ceritanya beginj. Dengan berkedok tempat kursus bahasa asing, para penganut paham "Anak Tuhan" tersebut selain belajar bahasa, juga mempraktikkan aliran "cinta kasih". 

Bentuk "cinta kasih" mereka diwujudkan dalam hubungan intim (seks bebas) berlainan jenis secara bebas. Bahkan, boleh berganti pasangan. Baik murid dengan murid, atau murid dengan guru mereka. 

Bagaimana kelanjutan kisahnya para "Anak Tuhan" tersebut? Yang jelas, Tim Kejaksaan berhasil membawa kasus penistaan agama berkedok kursus bahasa asing ini hingga ke pengadilan. Bang Nur sendiri, hanya bisa mengikuti beritanya lewat mass media karena sudah hijerah ke Jakarta. 

*****

Lalu bagaimana kita bertoleransi dalam kehidupan beragama sehari-hari? 

Dari literatur yang Bang Nur pernah baca, ada beberapa contoh sikap toleransi itu dalam kehidupan bermasyarakat. Antara lain:

1. Menghargai dan menghormati T

teman. 

2. Membantu teman yang berbeda keyakinan atau suku. 

3. Menghindari perundungan (bully). 

4. Tidak membedakan teman. 

5. Menghargai perbedaan. 

6. Menjaga ketenangan saat waktu tidur. 

7. Tidak mengganggu atau berisik saat beribadah atau belajar. 

8. Menghargai keberagaman budaya.

Karena itu, toleransi adalah juga sikap saling menghargai, menghormati, dan menerima perbedaan antara individu atau kelompok dalam hal keyakinan, pendapat, atau kepercayaan.

Dengan demikian, tujuan utama dari diciptakannya toleransi adalah untuk saling membuat perbedaan menjadi saling melengkapi bukan bersaing.

Sikap toleransi yang benar adalah

tentunya dengan cara menghargai, menolong, serta menghormati. Bisa kita lihat contoh sikap toleransi, menghargai, dan menghormati perayaan hari besar keagamaan umat agama lain.

Berteman dengan siapa pun tanpa memandang agama, suku, atau ras. Sementara dalam kehidupan beragama di antaranya harus diwujudkan dalam bentuk : 

Melaksanakan ajaran agama dengan baik, menghormati agama yang diyakini oleh orang lain, tidak memaksakan keyakinan agama kita kepada orang yang berbeda agama. 

*****

Di balik toleransi yang harus sama-sama kita menjaganya, tentu ada pula yang faktor yang dapat merusak toleransi. Adapun sikap dan perilaku dapat yang merusak kebhinekaan, antara lain:

Menghina orang lain, mengutamakan kepentingan kelompok, berlaku diskriminatif terhadap kelompok tertentu, menonjolkan perbedaan suku, tidak menghormati adat daerah lain, menyebarkan berita bohong, memfitnah orang lain, dan melakukan tindakan makar.

Adapun contoh toleransi umat beragama, ya salah satunya adalah perayaan Hari Raya Idulfitri oleh umat Islam. Pada saat ini, umat Muslim membuka pintu rumah mereka bagi tetangga non-Muslim untuk merayakan bersama-sama. 

Mereka memberikan maaf kepada sesama manusia tanpa memandang latar belakang kepercayaan agamanya.

Karena itu, hikmah atau keuntungan yang bisa kita rasakan dari sikap toleran, antara lain dikutip dari cendikia.kemenag.go.id, website resmi Kementerian Agama sebagai berikut:

a. menciptakan ketenangan; 

b. menciptakan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat; 

c. menimbulkan persatuan dan saling menghormati; 

d. banyak memperoleh kemudahan; e. mempererat tali persaudaraan.

Semoga kita semua mendapatkan manfaat toleransi dalam kehidupan beragama. Dengan toleransi umat beragama, kita semua tidak memandang umat mayoritas maupun umat minoritas. 

Sebab toleransi umat beragama, tidak ada unsur keterpaksaan untuk semua golongan. Demikian "Cerita Toleransi" Bang Nur untuk 

Ramadan Bercerita 2024 Kompasiana hari ke-21. Terima kasih. 

Salam : Nur Terbit

Salat Tarawih Ramadan 2024 di musholah dekat rumah (foto Nur Terbit) 
Salat Tarawih Ramadan 2024 di musholah dekat rumah (foto Nur Terbit) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun