Kisahnya menunjukkan bahwa menjadi ibu bukan berarti terkungkung di balik tirai rumah. Ia tampil dalam sejarah, mengambil bagian dalam peristiwa besar, dan mengukir makna keibuan yang tidak hanya lahir dari rahim, tapi juga dari kekuatan batin dan keberanian mengikhlaskan.
Penutup
Al-Khans' mengajarkan bahwa menjadi ibu adalah peran yang dalam dan kompleks. Ia adalah perempuan yang kehilangan semua anak lelakinya dalam satu hari perang, tetapi tidak menyerah pada kesedihan. Ia justru mengubah duka menjadi kekuatan spiritual. Ia menang, bukan di medan perang, tapi di medan batin.
Dalam al-Khansa', kita menemukan perempuan yang tak hanya menulis puisi, tetapi juga menjalani hidupnya sebagai puisi itu sendiri.
Referensi
Tammas, H. (Ed.). (n.d.). Diwan al-Khansa: Shar wa-ta'liq. Bayrut, Lubnan: Dar al-Ma'rifah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI