Menyuarakan Hati Itu Butuh Latihan
Mengungkapkan isi pikiran bukan kemampuan bawaan, melainkan keterampilan yang bisa dilatih. Sama seperti otot yang perlu dibiasakan bergerak, kemampuan verbal pun butuh keberanian kecil-kecil yang konsisten.
Menulis jurnal harian, berbicara pada diri sendiri di depan cermin, atau mulai dengan percakapan ringan tanpa beban bisa menjadi cara membangun "kelancaran" emosional ini. Lambat laun, apa yang terasa berat di hati akan lebih mudah menemukan jalannya keluar.
Dalam Islam, ada ungkapan penting:
"Ucapan yang baik adalah sedekah."
(HR. Bukhari no. 6023 dan Muslim no. 1009)
Artinya, menyampaikan kebaikan, pikiran positif, atau perasaan tulus kepada sesama adalah bagian dari amal. Maka tidak ada alasan untuk merasa kecil ketika berusaha belajar bicara dengan jujur dan baik.
Penutup: Berani Salah, Berani Bicara
Tak perlu menunggu semua kata sempurna untuk mulai berbicara. Terkadang, menyuarakan isi hati itu seperti mengalirkan air di bendungan---begitu celah pertama dibuka, kata-kata lainnya akan menemukan jalannya sendiri.
Lebih baik bicara dengan sedikit keraguan, daripada menyimpan semuanya dan menyesal karena tidak pernah mencoba. Karena pada akhirnya, keberanian untuk berbicara adalah juga keberanian untuk menjadi manusia yang utuh---penuh dengan pikiran, perasaan, dan harapan.
Pikiran yang tidak diungkapkan adalah jembatan yang tak pernah dibangun. Dan kita semua, pada akhirnya, butuh jembatan untuk saling memahami.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI