Pikiran Bergejolak, Tapi Lidah Membeku
Pernahkah kamu merasakan ini: banyak hal yang ingin disampaikan, tapi saat waktunya tiba, semua kata seakan menguap? Rasanya, isi kepala penuh sesak, tapi lidah justru kelu. Mau bercerita, mau berterus terang, mau menyampaikan ide, semuanya terasa rumit begitu harus keluar lewat mulut.
Saya sendiri sering mengalami itu. Ada kalanya dalam diskusi atau percakapan penting, pikiran saya berlomba-lomba membentuk kalimat, namun yang keluar justru hanya senyuman kaku atau jawaban pendek. Bukan karena tidak tahu apa yang ingin dikatakan, tetapi karena terlalu banyak yang ingin dikatakan---hingga akhirnya, tidak ada yang berhasil terucap.
Overthinking: Ketika Pikiran Menjadi Labirin
Salah satu penyebab sulitnya mengungkapkan isi pikiran adalah overthinking. Saat kita terlalu banyak mempertimbangkan kemungkinan, dampak, atau penerimaan lawan bicara, kita malah tersesat dalam labirin pikiran sendiri. Kita sibuk mengedit dalam kepala sebelum satu kata pun sempat keluar.
"Kalau aku bilang begini, nanti dia tersinggung nggak ya?"
"Kalau aku jujur, apa akan membuat suasana jadi canggung?"
"Bagaimana kalau aku salah ucap?"
Semua pertanyaan itu berputar dalam otak, membuat lidah kita kehilangan kepercayaan dirinya sendiri.
Underexpressing: Kebiasaan Menahan Diri
Di sisi lain, ada fenomena underexpressing---ketidakbiasaan atau ketidakberanian mengekspresikan pikiran. Ini bisa terbentuk dari pola hidup yang lama: mungkin dibesarkan dalam lingkungan yang tidak biasa mendengarkan pendapat, atau terlalu sering dipatahkan hingga akhirnya memilih diam.
Kebiasaan menahan ekspresi ini membuat kita merasa canggung, kikuk, bahkan malu untuk berkata jujur, meskipun hanya tentang hal sederhana. Bukan karena tidak punya ide, tapi karena tidak terbiasa mengartikulasikannya.