Mohon tunggu...
D Asikin
D Asikin Mohon Tunggu... Wiraswasta - hobi menulis

menulis sejak usia muda

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Banyak Jalan Menuju Baetullah, dari Haji Jongwah sampai Haji Jedah

31 Mei 2022   16:56 Diperbarui: 31 Mei 2022   17:02 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Semua orang muslim pasti berasa ingin menunaikan ibadah haji. Magnit dua kota Haramain  (Mekah dan Madinah) begitu kuat menggoda.

Banyak cara yang dilakukan. Ada yang berpuluh tahun menabung. Menyisihkan pendapatan sebagai pengayuh becak, tukang dagang gado gado, supir angkot atau ojeg dan lain lain. Orang yang penghasilannya pas pasan, akhirnya mereka bisa juga menunaikan ibadah rukun Islam yang ke 5.

Ada haji kosasih "ongkos dikasih". Salah satunya Muhammad Noor  seorang penabuh bedug sebuah mesjid di kota Malang. Menabuh bedug sebagai penanda waktu dirasanya sebuah kewajiban.  Itu harus dia lakukan.  Dia dengan permohonan maaf, akan meninggalkan penumpang siapa dan dimanapun jika waktu nabuh sudah tiba.

Berkali kali ia menarik seorang wartawan sebuah TV swasta. Beberapa kali terjadi Muhammad Noor  membungkuk bungkuk badan memohon maaf karena harus meninggalkan sang wartawan di tengah jalan  dan kembali ke masjid. Hanya untuk menabuh bedug . Tiada lain.

Didera penasaran, si wartawan menyelidiki tingkah polah tukang becak itu. Pengalaman itu diceritakannya kepada bossnya,  pimpinan TV. Subhanallah Muhammad Noor mendapat surprise diongkosi boss TV itu pergi naik haji ke Baetullah.

Ada lagi haji Nurdin yaitu naik haji sambil dinas sebagai petugas penyelenggaraan haji. Disebutlah mereka haji Nurdin. Tiap tahun Kementerian Agama menunjuk petugas haji lebih dari 3 ribu orang.

Ada lagi istilah Haji "jongwah". Berhaji dengan uang hasil menjual sawah.  Ada diantaranya  yang  menjual sawah warisan. Seorang teman, mertuanya meninggal dan istrinya dapat warisan. Ketimbang beak teu puguh,  bersepakat dengan istrinya untuk  "najong sawah", menjual  sawah warisan. Maka dia, secara kelakar mendekritkan diri sebagai haji "jongwah".

Seorang laki laki paruh baya penduduk kampung Ngrumek Desa Sumobito kabupaten Lumajang Jawa Timur, nekad menerobos naik pesawat haji dari Bandara Juanda Surabaya. Itu terjadi tahun 1992. Choirun Nascihien nama orang itu memang suka dipanggil pak atau mas haji oleh penduduk sekampung atau siapapun orang yang bertemu dengannya.  Pasalnya Choirun  suka mengenakan  topi haji berwarna putih.  Panggilan itu yang jadi motivasi dia ingin menunaikan ibadah haji. Ingin jadi haji beneran supaya tidak geer dan baper.  Ia mengaku ngebet jadi haji beneran itu sejak tahun 1990.

Maklum orang kampung yang lugu dan polos. Selama ini kalau bepergian dia suka nunut. Ikut truk atau mobil bak secara gratis.  Cukup matur ksuwun sambil bungkuk bungkuk badan sampai hampir mencium tanah. Dikiranya naik pesawat juga bisa nunut seperti naik truk atau mobil bak. Dasar ndeso.

Dengan uang Rp.45 ribu disaku, ia nekad naik bis ke Surabaya. Dari terminal Surabaya, ia naik angkot ke bandara Juanda. Waktu itu sudah lepas ashar. Dari orang orang di  bandara, ia dapat info,  katanya pesawat haji berangkat lepas magrib. Tentang uang 45 ribu yang ada disaku calon haji dari Ngrumek itu katanya itu hasil dari kupon berhadiah yang rajin ia isi.

Lepas  magrib sebuah bis masuk dan menurunkan penumpang Tak lain mereka adalah para JCH. Sambil komat kamit  bacain wirid kaya mbah dukun,   ia ikut menyelinap dengan antrean para JCH. Alhamdulillah selamat bisa masuk pesawat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun