Mohon tunggu...
PRIADARSINI (DESSY)
PRIADARSINI (DESSY) Mohon Tunggu... Buruh - Karyawan Biasa

penikmat jengQ, pemerhati jamban, penggila serial Supernatural, pengagum Jensen Ackles, penyuka novel John Grisham, pecinta lagu Iwan Fals, pendukung garis keras Manchester United ....................................................................................................................... member of @KoplakYoBand

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

[Lovina] Lumba-lumba yang Sulit Diabadikan

10 Januari 2014   12:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:57 1023
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah pernah ke Lovina, Bali belum? Wah kalau belum pernah layak di coba. Seruuuuw deeeh.  Obyek wisata yang ditawarkan disana adalah melihat atraksi ikan lumba-lumba di laut lepas secara alamiah tanpa rekayasa manusia.

[caption id="attachment_314966" align="aligncenter" width="640" caption="Menikmati matahari terbit di Lovina"][/caption]

Berhubung ini atraksi ikan lumba-lumba yang alamiah, maka kita hanya bisa menikmatinya dari jam 6 sampai jam 8 pagi. Itu pun tergantung keberuntungan, berapa banyak lumba-lumba yang bisa kita lihat. Tapi jangan khawatir, konon kabarnya 90% lah kira-kira peluangnya untuk melihat lumba-lumba.

Menurut pemandu disana, selama dia nganterin orang melihat lumba-lumba ini, belum pernah sampai nggak ketemu.  Hanya saja, ada yang ketemu hanya 2 ekor lumba-lumba, ada yang sampai 500an ekor lumba-lumba.

Karena jam 6 harus sudah sampai di pantai Lovina, berarti kalau kita dari Kuta, Sanur atau Denpasar kudu berangkat jam 3 pagi. Huaaaah masih ngantuk, kudu berangkat. Kasihan yang nyetir. Jadi kemarin pas saya jalan-jalan ke Bali, kita putusin malam pertama nginap di Lovina.

Perjalanan dari bandara Ngurah Rai menuju ke Lovina sekitar 90km. Kalau nggak pake bingung, nggak pake hujan dan nggak pake macet sih harusnya waktu tempuh sekitar 2,5 jam. Tapi kemarin saya dari bandara Ngurah Rai ke Lovina sekitar 4 jam, karena macet dari bandara sampai Denpasar, plus hujan dereeesss, plus udah malam, plus belum tau medan. Jalannya berliku-liku naik turun, udah kayak jalan di Sumatera, jadi harus ekstra hati-hati.

Padahal kata temen saya yang orang Bali, jalannya nggak nanjak dan lurus-lurus aja. Rrrgh… Huuuh… Itu ke Lovina lewat mana siih? Mungkin temen saya kayaknya orang Bali coret. Hahahaha.. (*sssttt* Mas Indra lagi meeting kaaan??!! Nggak baca kan yaa??!!).

Begitu sampai di hotel, kami langsung nanya-nanya sama pegawai hotelnya, kalau mau nyewa perahu buat lihat lumba-lumba kemana atau gimana caranya. Si Resepsionis hotel dengan tampang terkejut bertanya, “Oh mau lihat lumba-lumba?”. Saya jadi heran, emang ngapain lagi ke Lovina, kalau bukan tujuan utamanya lihat lumba-lumba?

Resepsionis itu melanjutkan, “Kayaknya nggak bisa deh Mbak, soalnya anginnya lagi kenceng. Tapi gini deh, besok pagi, saya tanya ke pemandunya, bisa nggak untuk lihat lumba-lumba. Kalau bisa, besok pagi jam 5, saya bel ke kamarnya.”

Wah terancam gagal nih kayaknya. Malam ini memang anginnya kenceng banget, dan hujannya dereeesss. Yah hanya bisa pasrah, semoga besok cuacanya mendukung. Kalau nggak, ketimbang menghadang bahaya, terpaksa harus diikhlasin nggak nge-lihat lumba-lumba.

Besoknya jam 5 pagi udah di bel. Mana bel nya berisik banget, bikin mata langsung melek, kepala cekot-cekot, untung bibir nggak pecah-pecah. Resepsionis bilang, “Menurut informasi dari pemandunya, bisa melihat lumba-lumba, anginnya pagi ini nggak kenceng. Cuaca lumayan cerah. Biayanya Rp. 90.000 per orang.”

[caption id="attachment_314963" align="aligncenter" width="640" caption="Ini dia perahu yang mau kami naiki.. Ngelihat nya kok jadi ngeri.."]

13893318521454531830
13893318521454531830
[/caption]

Ternyata tempat perahunya tak jauh dari hotel tempat kami menginap. Secara hotelnya emang deket sama pantai. Begitu nge-lihat perahu yang bakal membawa kami ke tengah lautan, hati kok jadi ndredeg, mengkeret. Ngeri juga naik perahu kayak gitu. Kalau jatuh gimana? Secara saya nggak bisa berenang. Emang sih dikasih pelampung, tapi ya tetep aja ngeri. Belum lagi pas kami sampai disana, kok kayaknya cuma kami saja yang mau lihat lumba-lumba. Kok nggak ada wisatawan lain. Makin ngeri.

Tapi sayang juga udah jauh-jauh nggak lihat si lumba-lumba. Akhirnya mencoba mengumpulkan semua keberanian yang tersisa untuk berlayar ke tengah lautan (lebay yo ben). Jam setengah 6 pagi, kami sudah mulai berlayar.  Dengan perahu yang modelnya kayak gitu, jadi kerasa banget terombang-ambing oleh ombak lautan.

Kata Pemandunya, “nanti sesudah kita melihat lumba-lumba, baliknya sebelum ke pantai, ada taman laut yang bisa kita lihat. Jadi nanti kita mampir dulu kesana.” Wah asik nih, ternyata nggak cuma nge-lihat lumba-lumba.

Setelah kami mulai menjauh dari bibir pantai, barulah terlihat ada 2 perahu lain yang juga sudah berlayar sepagi kami. Belum 15 menit ke tengah laut, Bli Gede, pemandu kami bilang, “itu di depan banyak lumba-lumbanya.”

Saya lihat ke depan, nggak ada apa-apa. Tapi tak berapa lama kemudian, lompatlah 2 lumba-lumba di dekat perahu kami. Kemudian lumba-lumba itu bergantian terlihat melompat di kiri, kanan dan depan perahu kami. Hanya saja sangkin banyaknya, jadi susah di foto. Konsentrasi pecah, kadang ngelihat kiri, kadang ngelihat kanan. Mau foto pakai HP nggak berani, taku HP nya nyemplung. Walhasil hanya dapet ke foto sirip nya aja. Lumayan lah daripada lumanyun.

[caption id="attachment_314964" align="aligncenter" width="640" caption="Cuma segini lah penampakan lumba-lumba yang sempet kejepret"]

13893319411141114136
13893319411141114136
[/caption]

Setelah lumba-lumba itu menjauh, baru banyak perahu-perahu lain berdatangan. Mereka telat, keburu lumba-lumbanya pergi. Padahal kami cukup lama melihat lumba-lumba itu, sekitar sejam lebih. Ternyata memang harus pagi banget kesananya. Kalau jadinya rada lumayan jauh ke tengah laut. Untuk nyari lumba-lumbanya.

[caption id="attachment_314965" align="aligncenter" width="640" caption="Perahu-perahu lain mulai berdatangan"]

1389332035590164909
1389332035590164909
[/caption]

Melihat lumba-lumba yang lompat bergantian dan lumanyan banyak itu, mungkin lebih dari seratusan lumb-lumba, rasanya terbayar sudah, segala perjuangan menuju ke Lovina.

Tapi sayangnya kami tidak bisa melihat taman laut, berhubung kata Bli Gede, sudah 4 hari berturut-turut hujan nggak berhenti-berhenti, jadi pas kami menuju taman laut, airnya keruh. Padahal biasanya bening. Ya sudah lah, berarti bukan rejeki buat melihat taman laut.

Di Lovina selain melihat atraksi lumba-lumba dan taman laut, kita juga bisa snorkeling dan scuba diving. Hanya saja kemarin kami tidak mencobanya, selain ngeri lihat angina semakin kencang, dan perjalanan hari itu masih panjang, juga kagak ada budgetnya. Jadi yaah.. Kami sudahi saja, balik ke hotel, mandi dan melanjutkan perjalanan lagi.

[caption id="attachment_314967" align="aligncenter" width="480" caption="Edisi narsis"]

1389332435137148377
1389332435137148377
[/caption]

Sekedar informasi, bagi anda yang berminat ke Lovina, harga Rp. 90.000 per orang itu, bila kita memesan melalui hotel, kalau langsung kepada pengelola perahunya, biayanya hanya Rp. 70.000. Saya ada info kontak pengelola perahunya. Bila anda berminat, silahkan inbox saya. *ngalesan modus*

____

Berlayar bareng @KoplakYoBand

____

Silahkan baca juga:

Bisa Ngirit Kok Liburan ke Bali

Tak Tau Arah?! Tanyakan pada GPS..

Dari Gitgit yang Sunyi Sampai Tanah Lot yang Eksotis

[Bali] Main Air di 3 Pantai dalam Sehari

[Bali] 2 Goa dari Abad XI Masehi

____

Sumber gambar : dokumen pribadi sepupu aku.. :p

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun