Mohon tunggu...
Made Kusumadewi
Made Kusumadewi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

lagi belajar nulis.....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[seri Nuri] Pekat Malam Nuri

1 Februari 2011   17:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:59 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1296580015767067161

Nuri terlena. Dalam letih raga Nuri merebah. Dingin Nuri merasakan alasnya. Menari Nuri memikirnya. Terpejam Nuri dalam terawang malamnya. Nuri terus merapat. Menikmati aliran darah yang dirasa sekujur tubuhnya. Tanpa tangis, tanpa risau, tanpa dia tau apa yang sedang dia rasa.

Nuridalam malamnya. Hatinya terbawa dalam hanyutnya sebuah sunyi malam. Mematung, membasuh, tengadah. Nuri menikmati indahnya, dalam buai kasmaraan yang merekat. Menyengat dalam pekat hingga membawa dalam larutnya dan nikmat.

Nuri belum ingin berpaling. Nuri menggebu, meminta dan merengek dalam desahan lirihnya. Menggerakkan perlahan basuhan dan usapan pada wajah pucat dalam kantuk dalam lelah. Nuri terus merasakan nikmatnya, semakin memuncak. Menikmati getar-getar detakan jantungnya yang kian mengeras.

Kali ini Nuri bersamanya lagi. Di malam yang kesekian kalinya. Memadu, bercengkrama hingga puncak kepasrahan dirinya. Perlahan Nuri berdesah dalam ucap. Sesaat nikmat memuncak. Nikmat yang tidak bisa dirasakan setiap saat. Nuri terbangun. Melipat dan meletakan pd tempat tertinggi. Ya…amat tinggi. Dalam ribuan syahdu yang hanya bisa Nuri ucap. Untuk segala nikmatNya.

d-wee

*coretan menunggu datangnya kantuk

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun