Mohon tunggu...
Made Kusumadewi
Made Kusumadewi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

lagi belajar nulis.....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepucuk Surat dari.....

14 Januari 2012   14:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:54 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan wajah seadaanya, D-wee menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Aneh bin ajaib, otaknya buntu untuk menulis sejak perkataan seseorang yang membuat hati D-wee tidak nyaman. Kira-kira tiga empat bulan lalu, ada yang menegurnya, mengatakan bahwa tulisan hasil karyanya omongan kosong dan sok bijak. D-wee sadar, semua tulisannya itu mengalir begitu saja.

Tiba-tiba rasa tidak percaya diri muncul untuk kesekian kalinya.

“Ehm, kasih ide dong Tuhan. Aku memang amatir menulis tapi ingin juga bisa nulis.”

Beberapa saat kemudian,

D-wee mengambil pena biru kesayangannya dan kertas buram yang bertumpuk di bawah meja kerjanya. D-wee menorehkan pena ke atas kertas buram itu, garis, lingkaran, titik, koma, lengkung, segitiga, segiempat, bintang. Semua guratan ditorehkan pada kertas buram dengan pena biru ditangannya.

Tiba-tiba Refo datang,

“Neng, ngapain?” sapa Refo.

“Cari ilham nulis”, jawab D-wee sekenanya.

“Hahahaha..”, tawa bahak Refo terdengar melengking.

“Masih kesel banget dengan kejadian itu, Fo!” seru D-wee

“Jangan dipikir terus, baca surat aja nih. Tadi ada yang antar surat ini waktu aku sampe depan rumah” , lanjut Refo sambil menyerahkan sepucuk surat berwarna hijau muda.

“Dari siapa?” tanya D-wee

“Kurang tahu, gak ada nama pengirimnya juga”, jawab Refo.

D-wee membolak-balik surat ditangannya.

“Kok harum ya?”, D-wee mencium-cium surat ditangannya yang tanpa pengirim tapi harum nian.

“Buka, Wee!”, seru Refo yang sudah tidak sabar ingin mengetahui isinya.

“Iya, ini mau dibuka”, D-wee menimpali sambil membuka surat ditangannya itu.

Sebaris kata yang sudah tidak asing dalam beberapa hari ini “Maka disinilah aku sekarang menatap cakrawala, dan menitipkan sebuah doa yang penuh harapan untuk hari esok”

“Astagaaaa...........”, D-wee teriak.

Ternyata, surat “Tagihan RAMEN dari Desa Rangkat”

Kemudian,

D-wee menggaruk kembali kepalanya yang tidak gatal.

1326548021612191056
1326548021612191056
*D-wee

*pinjem foto dari Om Google

**RAMEN yang tertinggal hehehehe...........

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun