Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Sepucuk Surat dari.....

14 Januari 2012   14:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:54 162 5

Tiba-tiba rasa tidak percaya diri muncul untuk kesekian kalinya.

“Ehm, kasih ide dong Tuhan. Aku memang amatir menulis tapi ingin juga bisa nulis.”

Beberapa saat kemudian,

D-wee mengambil pena biru kesayangannya dan kertas buram yang bertumpuk di bawah meja kerjanya. D-wee menorehkan pena ke atas kertas buram itu, garis, lingkaran, titik, koma, lengkung, segitiga, segiempat, bintang. Semua guratan ditorehkan pada kertas buram dengan pena biru ditangannya.

Tiba-tiba Refo datang,

“Neng, ngapain?” sapa Refo.

“Cari ilham nulis”, jawab D-wee sekenanya.

“Hahahaha..”, tawa bahak Refo terdengar melengking.

“Masih kesel banget dengan kejadian itu, Fo!” seru D-wee

“Jangan dipikir terus, baca surat aja nih. Tadi ada yang antar surat ini waktu aku sampe depan rumah” , lanjut Refo sambil menyerahkan sepucuk surat berwarna hijau muda.

“Dari siapa?” tanya D-wee

“Kurang tahu, gak ada nama pengirimnya juga”, jawab Refo.

D-wee membolak-balik surat ditangannya.

“Kok harum ya?”, D-wee mencium-cium surat ditangannya yang tanpa pengirim tapi harum nian.

“Buka, Wee!”, seru Refo yang sudah tidak sabar ingin mengetahui isinya.

“Iya, ini mau dibuka”, D-wee menimpali sambil membuka surat ditangannya itu.

Sebaris kata yang sudah tidak asing dalam beberapa hari ini “Maka disinilah aku sekarang menatap cakrawala, dan menitipkan sebuah doa yang penuh harapan untuk hari esok”

“Astagaaaa...........”, D-wee teriak.

Ternyata, surat “Tagihan RAMEN dari Desa Rangkat”

Kemudian,

D-wee menggaruk kembali kepalanya yang tidak gatal.

*pinjem foto dari Om Google

**RAMEN yang tertinggal hehehehe...........

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun