Mohon tunggu...
Karyati
Karyati Mohon Tunggu... Administrasi - Belajar menjadi pembaca terbijak

ok

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sinergitas Bimbingan Belajar untuk Sekolah Formal

24 April 2018   09:42 Diperbarui: 6 Mei 2018   10:00 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bimbingan belajar merupakan pembelajaran tambahan yang didapatkan anak. Pembelajaran yang berlangsung dalam bimbingan belajar disebabkan adanya keniatan anak untuk mendapatkan ilmu tambahan (memperluas ilmu yang didapatkan di sekolah) serta sokongan kuat dari orang tua (bersedia mengeluarkan biaya tambahan demi kemudahan anak dalam menimba ilmu, meluangkan waktu untuk menjemput atau mengantarkan anak, dan menambahkan uang saku anak).

 Selain itu pula, pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara santai dan akrab antara anak dengan pengajar (tentor) tidak ada batas seperti di sekolah: peserta didik wajib menghormati guru (kewajiban). Meskipun tidak ada aturan baku yang diberlakukan, anak yang terlibat dalam bimbingan belajar tetap memiliki sikap menghargai pengajar. Sikap menghargai ini, anak dapatkan tak lain tak bukan dari didikan orang tua dan pendidikan formal yang mereka peroleh dari sekolah.

Berbagai macam materi dan tugas yang didapatkan anak di sekolah. Tidak membuat anak yang mengikuti bimbingan belajar usai sekolah formal terbebani apalagi memiliki niat bermalas-malasan. Sebaliknya, semangat mereka tetap berkibar dalam menjalani rutintas padat setiap harinya serta menjadikan aktivitas tersebut sebagai suatu budaya yang pantas dilestarikan. 

Aktivitas anak yang padat ini, menjadi cerminan bagi pola keluarga dalam mendidik anak secara sungguh-sungguh dengan menekankan bahwa belajar di waktu muda bagaikan mengukir di atas batu sedangkan belajar di waktu tua bagai menulis di atas air.

Peribahasa di atas sangat berpengaruh besar pada anak. Tentunya untuk membangun suatu motivasi pada diri anak agar senantiasa semangat menjalani rutinitas belajar. Apalagi akhir bulan November ini, peserta didik sekolah menengah atas/kejuruan/sederajat sudah akan melaksanakan ujian akhir semester sedangkan sekolah menengah pertama/sederajat melaksanakan ujian akhir semester di awal bulan. 

Pelaksaan ujian akhir semester ini bagian dari kesungguhan anak melaksanakan rutinitas belajar. Jadi, dapat mengukur seberapa kemampuan anak dalam memahami ilmu yang sudah didapatkan dari sekolah maupun pematangan di bimbingan belajar.

Kebanyakan anak yang melaksanakan bimbingan belajar. Rata-rata anak tersebut mendapatkan prestasi lebih di sekolah dan bisa masuk 10 besar di kelasnya. Kenyataan itu logis, mengingat anak yang mengikuti bimbingan belajar secara kontektual kognitifnya mereka belajar jauh lebih banyak dibandingkan dengan anak yang tidak mengikuti bimbingan belajar. Akan tetapi, bukan berarti anak yang tidak mengikuti bimbingan belajar tidak berprestasi.

 Anak yang tidak mengikuti bimbingan belajar pun berprestasi akan tetapi kadar pengetahuannya tidak begitu mendalam. Diibaratkan orang bersodaqoh setiap harinya akan memperoleh rejeki berlipat ganda dibandingan dengan orang yang bersodaqoh dengan intentitasnya yang kadang-kadang, mendapatkan rejekinya pun tertentu saja.

Ilustrasi tersebut sebagai gambaran pada anak yang mengikuti bimbingan belajar dengan anak yang tidak mengikuti bimbingan. Tidak hanya itu saja, guru pun ikut merasakan respon cepat anak ketika menangkap pelajaran yang disampaikan olehnya. Sebaliknya, teman-teman sejawat anak tersebut mendapatkan kemudahan dalam mempelajari pelajaran yang sukar untuk dipahami (anak mau berbagi cara-cara menyelesaikan soal-soal dan memahami materi). 

Terakhir, orang tua sebagai stimulus anak akan merasa bangga sebab memberikan fasilitas tepat demi kehidupan anak di masa yang akan datang (Karyati, S.Pd. Guru SMK Diponegoro Lebaksiu dan Tentor Bahasa Indonesia Ganesha Operation Tegal)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun