Mohon tunggu...
Yulfani Akhmad Rizky
Yulfani Akhmad Rizky Mohon Tunggu... Pelayan rakyat yang kebetulan pernah belajar sedikit mengenai Teknik Industri, Manajemen, dan Hukum

Mencoba merangkai ulang pengalaman dan pertanyaan lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Sertifikat K3 Bisa 'Dibeli', Masihkah Nyawa Pekerja Berharga?

24 Agustus 2025   19:24 Diperbarui: 24 Agustus 2025   19:39 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pekerja risiko tinggi (Sumber: Gemini AI)

International Labour Organization (ILO) memperkirakan bahwa sebuah negara bisa kehilangan hingga 4% dari Produk Domestik Bruto (PDB) tahunannya akibat biaya yang terkait dengan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Ini adalah angka yang sangat signifikan, sebuah bentuk sabotase ekonomi yang lahir dari praktik korup.

Mengembalikan K3 pada Tujuan Mulianya

Kasus yang terungkap ini harus menjadi momentum untuk pembenahan total. Ini bukan lagi soal menghukum satu atau dua oknum. Ini soal memperbaiki sistem yang rusak.

Sertifikat K3 harus dikembalikan pada tujuan mulianya: sebagai jaminan, bukan sebagai komoditas. Caranya adalah dengan membangun sistem yang transparan, akuntabel, dan sulit untuk dimanipulasi. Digitalisasi proses audit, pengawasan independen yang ketat, dan sanksi yang tidak main-main bagi perusahaan maupun oknum yang berani memperjualbelikan keselamatan adalah langkah yang tidak bisa ditawar lagi.

Pada akhirnya, setiap kebijakan, setiap sertifikasi, dan setiap audit harus bermuara pada satu pertanyaan sederhana: apakah ini membuat pekerja kita lebih aman? Jika tidak, maka sistem itu telah gagal. Karena di ujung setiap proses birokrasi yang korup, ada nyawa manusia yang menjadi taruhannya-sebuah harga yang tidak akan pernah bisa kita bayar.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun