Mohon tunggu...
Wahyu Tanoto
Wahyu Tanoto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, fasilitator, reviewer, editor

Terlibat Menulis buku panduan pencegahan Intoleransi, Radikalisme, ekstremisme dan Terorisme, Buku Bacaan HKSR Bagi Kader, Menyuarakan Kesunyian.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Karena Setiap Anak Itu Unik, maka Mendidiknya Butuh Kesabaran

21 Maret 2022   13:45 Diperbarui: 25 Maret 2022   23:54 1592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tidak pernah berhenti belajar | Sumber: pixabay.com

Atau karena saya juga masih mempertahankan pandangan tentang "batas" usia tertentu bahwa anak bisa mendapatkan keleluasan mengeksplorasi kegiatannya. 

Contoh sederhana yaitu ketika orang tua berusaha membantu anak menaiki sepeda. Mungkin saya bisa menarik atau mendorong sepedanya. Jika sepeda sudah jalan. barulah saya melepaskan dengan lega dan nyaman.

Masalahnya, membantu anak tidaklah semudah melatih ketrampilan naik sepeda. Ada saja "keluhan" anak terhadap saya. Dari yang bapaknya diminta pergi, sampai disuruh menunggu di suatu tempat oleh anak agar tidak terlibat membantu. Apakah saya salah ketika membantu anak? 

Dalam hal ini, saya akhirnya bisa belajar memahami bahwa anak juga memiliki hak menolak atau mengungkapkan protes terhadap bantuan saya jika merasa tidak nyaman. 

Umpan balik atau reaksi anak yang belum bersedia menerima bantuan tersebut perlu disikapi sebagai hal yang lumrah.

Sebagai orang tua, saya tidak perlu marah, tersinggung dan tidak perlu gengsi jika anak mengajukan komplain. 


Bersikaplah secara wajar dan bijaksana. Karena, jika menanggapinya tidak terukur saya agak khawatir anak akan merasa tidak dihargai atau bahkan meninggalkan "bekas" secara psikis. 

Eh, ternyata orang tua juga bisa melakukan "kesalahan" dalam proses-proses mendidik anak. Baik yang telah disadari maupun yang belum. Saya juga terbiasa tidak sabar ingin segera membantu anak ketika anak terlihat mengalami "kesulitan" melakukan sesuatu. 

Padahal sebenarnya saya bisa mengamati terlebih dahulu atau setidaknya meminta persetujuannya sebelum langsung membantu. Tapi ya itu tadi, namanya tidak sabaran ada saja alasannya.

Di momen seperti inilah hendaknya orang tua tidak memaksakan keinginannya. Anak juga memiliki imajinasi sendiri tentang apa yang akan dilakukan, dan apa yang akan terjadi setelahnya. 

Namun, tanpa disadari justru saya memberikan bantuan sesuai selera dan sesuai kemauan saya. Akibatnya kalian bisa tebak sendiri. Terjadilah "ketegangan" antara anak dan orang tua. Jadi permenungan saya begini, bahwa pengetahuan itu luas namun hidup itu singkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun