Mohon tunggu...
Wahyu Tanoto
Wahyu Tanoto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, fasilitator, reviewer, editor

Terlibat Menulis buku panduan pencegahan Intoleransi, Radikalisme, ekstremisme dan Terorisme, Buku Bacaan HKSR Bagi Kader, Menyuarakan Kesunyian.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memahami Keragaman Identitas Gender dan Seksual

2 Maret 2022   12:46 Diperbarui: 2 Maret 2022   13:11 2707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar:https://commons.wikimedia.org/

Sementara itu, transeksual adalah orang yang memiliki keinginan untuk hidup dan diterima sebagai anggota dari jenis kelamin yang berlawanan dengan jenis kelamin biologisnya. Transeksual juga menginginkan terapi hormonal dan pembedahan untuk membuat tubuhnya semirip mungkin dengan lawan jenis kelamin biologisnya dan sesuai dengan identitas gendernya. Kategori ini berlaku baik bagi yang sudah atau belum melakukan terapi dan/atau pembedahan.

Pada prakteknya, tidak mudah membedakan seorang transgender dan transeksual, bahkan bagi seseorang yang transgender dan transseksual. Biasanya, seorang transeksual memiliki keinginan mengubah jenis kelamin biologisnya sehingga sesuai dengan jenis kelamin yang dikehendaki. Hal ini dapat terjadi karena sangat dimungkinkan telah menjadi tujuan hidupnya.

Sementara, seorang transgender tidak menginginkan perubahan jenis kelamin. Kerancuan seringkali muncul ketika ada sebagian orang yang sebetulnya transeksual tetapi tidak bisa atau tidak bersedia melakukan operasi kelamin karena alasan nilai-nilai atau keterbatasan dana untuk melakukan operasi dan terapi. 

Orang lain kemudian secara sederhana akan menyimpulkan bahwa orang tersebut transgender. Sebaliknya, seorang transgender yang sebetulnya tidak "terganggu" dengan organ seksualnya, akan tetapi tetap melakukan terapi atau operasi. Transgender dan transeksual dapat dialami baik oleh perempuan maupun oleh laki-laki.

3.      Ekspresi gender

Ekspresi gender dapat diartikan sebagai cara seseorang berperilaku untuk mengkomunikasikan gendernya dalam budaya tertentu, misalnya dalam hal pakaian, pola komunikasi dan ketertarikan baik hal tersebut secara sengaja atau tidak. Ekspresi gender seseorang bisa saja tidak konsisten atau tidak selaras (linier) dengan peran gender secara sosial dan boleh jadi tidak mencerminkan identitas gendernya. Karena, ekspresi gender menyangkut sifat kemaskulinan dan kefeminiman. Nilai-nilai maskulin dan feminin ini biasanya ditentukan oleh budaya, akan tetapi prosesnya sendiri bisa jadi sangat subjektif.

4.      Ketertarikan (orientasi seksual)

Orientasi seksual mengacu pada jenis kelamin, yaitu seseorang tertarik secara emosional dan seksual. Ketertarikan ini bersifat tidak kasat mata. Artinya, hanya orang itu sendiri yang bisa merasakan kepada siapa dia lebih tertarik. Kategori-kategori ini meliputi ketertarikan pada jenis kelamin yang sama (homoseksual), pada lawan jenis (heteroseksual), keduanya (biseksual), dan tidak pada keduanya (aseksual). Sampai sekarang tidak ada yang mengetahui secara pasti aspek atau faktor yang menyebabkan homoseksualitas, heteroseksualitas, maupun biseksualitas.

Heteroseksual adalah kategori dengan jumlah paling banyak. Karena sifatnya yang mendominasi, kebanyakan orang berasumsi bahwa setiap individu heteroseksual. Jantan (laki-laki) hanya dan akan hanya tertarik pada betina (perempuan). 

Asumsi ini menyebabkan kategori lainnya, seperti homoseksual, biseksual dan aseksual, dianggap tidak normal atau dalam istilah lain lazim disebut sebagai heteronormativitas (keyakinan bahwa heteroseksualitas adalah orientasi seksual yang "normal" dan "sepatutnya" dimiliki oleh manusia). Bahkan meminjam istilah Masturiyah Sa'dan dalam buku "Santri Waria" orang yang memiliki orientasi selain hetero dianggap sebagai "liyan" (yang lain).

Sebagai catatan penutup, saya ingin menggaris bawahi bahwa identitas jenis kelamin biologis yang sifatnya kasat mata, dapat disentuh dan dirasakan ternyata tidak selalu berbanding lurus dengan orientasi seksual. Oleh karenanya, munculnya keragaman identitas gender dan seksual ini sebaiknya kita anggap sebagai fenomena alamiah. Sah-sah saja jika ada yang berpendapat berbeda dengan saya, akan tetapi keragaman identitas gender dan seksual ini ada di sekitar kita. Memahaminya tidak selalu berarti menyetujuinya. Wallahu a'lam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun