Mohon tunggu...
Wahyu Tanoto
Wahyu Tanoto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, fasilitator, reviewer, editor

Terlibat Menulis buku panduan pencegahan Intoleransi, Radikalisme, ekstremisme dan Terorisme, Buku Bacaan HKSR Bagi Kader, Menyuarakan Kesunyian.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perempuan, Catatan Sebuah Buku

27 Agustus 2021   15:20 Diperbarui: 27 Agustus 2021   16:44 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.aksiku.com/

Misalnya, pada pembahasan topik bias pandangan lama terhadap perempuan, menurut M. Quraish Shihab, masih terbelah pendapatnya tentang asal muasal kejadian perempuan yang dianggap tidak sama dengan laki-laki. Pendapat tersebut biasanya bersumber dari sebuah hadis yang artinya; "Saling memesanlah untuk berbuat baik kepada perempuan karena mereka diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok". (HR. Bukhori, Muslim, dan at-Tirmidzi melalui Abu Hurairah).

Bagi M.Quraish Shihab, hadis di atas bermaksud memperingatkan laki-laki ketika "berhadapan" dengan perempuan agar bijaksana karena ada sifat dan kecenderungan mereka yang tidak sama dengan laki-laki. Menurutnya, tidak ada seorangpun yang dapat mengubah kodrat, termasuk kodrat perempuan. 

Jika ada yang memaksakan perubahan terhadap kodrat tersebut akibatnya bisa fatal sebagaimana fatalnya meluruskan tulang rusuk bengkok. Menurutnya, kata bengkok tidak perlu dianggap sebagai pelecehan terhadap perempuan karena hanya suatu ilustrasi yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW terhadap pandangan yang keliru dari sementara laki-laki menyangkut sifat perempuan sehingga kalangan laki-laki memaksa meluruskannya.

Dalam hal penciptaan perempuan, tidak ada petunjuk dari Al-Qur'an dan Sunnah yang menyatakan bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk. Atau bahwa unsur penciptaannya tidak sama dengan laki-laki, ungkap M. Quraish Shihab. Namun, dalam kesempatan yang sama, penulis buku ini juga merujuk pada kitab perjanjian lama ketika menggambarkan tentang unsur kejadian penciptaan perempuan, yaitu pada Kejadian 2: 21-22 yang berbunyi; (2:21). 

Lalu, TUHAN Allah mendatangkan tidur yang lelap atas manusia itu. Ketika dia tidur, TUHAN mengambil salah satu tulang rusuknya, lalu menutupnya dengan daging. (2:22). Tulang rusuk, yang telah TUHAN Allah ambil dari manusia itu, dibuat-Nya menjadi seorang perempuan dan dibawa-Nya kepada manusia itu.

Melalui buku ini, penulis ingin menegaskan bahwa dalam hal penciptaan, teks keagamaan mendukung persamaan unsur kejadian laki-laki dan perempuan. Kita bisa mencari dan menelusuri firman Allah di dalam surat Ali 'Imron ayat 195 yang artinya: "Sebagian kamu adalah bagian dari sebagian yang lain". 

Dalam pandangan M.Quraish Shihab, kalimat sebagian kamu (hai umat manusia, yakni laki-laki) berasal dari pertemuan ovum dan sperma laki-laki, dan kata sebagian yang lain (yakni perempuan) demikian juga halnya. Artinya, baik perempuan maupun laki-laki tidak ada perbedaan antara keduanya dari asal mula kejadian kemanusiaannya.

Menurut saya, yang membedakan perempuan dan laki-laki terletak pada tampilan biologis organ reproduksinya; sifatnya universal, dibawa sejak lahir dan tidak dapat berubah secara alamiah. Sedangkan untuk konteks lain, seperti peran di ranah domestik, public dan peran pekerjaan sifatnya bisa berubah seiring dengan kondisi dan budaya setempat yang menjadi tempat tinggalnya.

Persoalan di atas untuk saat ini saya pikir sudah mulai berkurang. Selain karena pandangan Sebagian besar masyarakat berubah, juga sudah ada peraturan perundang-undangan dan kebijakan dari negara yang sedikit banyak mengupas tema pengarusutamaan gender. 

Dalam pengalaman kehidupan saya, terkadang masih dijumpai perempuan yang menjadi korban stigma; sebagai penggoda akibat hasutan iblis yang menjadi penyebab Nabi Adam a.s dipaksa keluar dari surga. Meminjam istilah M.Quraish Shihab, "Perempuan adalah senjata setan memperdaya manusia".

Nahasnya, pandangan tersebut di produksi dan hampir selalu dinarasikan tanpa henti yang mengakibatkan posisi perempuan semakin "tidak berdaya". Penyebabnya adalah asal mula kejadiannya. Meskipun sudah ada "perlawanan" dari perempuan melalui kontra narasi, tampaknya anggapan tersebut masih lestari hingga saat ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun