Mohon tunggu...
CukLanang
CukLanang Mohon Tunggu... Freelancer - Happy Our Hunting

Pecinta semua, doyan makan segala, penggemar es teh, senior webmaster, desain gratis, dan copywritting (ngopi karo writting). Saat ini tinggal di novi.my.id

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Saat Sukabumi Kehilangan Air di Lumbungnya Sendiri, Bagaimana dengan Rembang?

4 Maret 2018   00:05 Diperbarui: 16 Maret 2018   06:13 2355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source: Jabarmedia.com

Beberapa waktu lalu viral di FB yang menggambarkan kondisi air di Sukabumi. Dalam video tersebut digambarkan realita pahit yang belum bisa dituntaskan di negeri ini dalam hal pegelolaan sumber air. Padahal kita tahu persis air menjadi sumber penghidupan apapun di bumi. Salah satu hak manusia di dunia adalah dapat mengakses air bersih dan air minum yang layak untuk keperluan kehidupan sehari-hari mereka. 

Namun tidak bagi warga Desa Babakan Pari, Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabami Jawa Barat ini, dari 1563 keluarga dapat dihitung dengan jari jumlah keluarga yang memiliki kamar mandi pribadi. Selebihnya mengandalkan kamar mandi umum dan empang-empang keruh untuk mandi, mencuci, hingga untuk air minum yang jauh dari kata layak.

Ironinya, desa ini terletak di antara gunung Pangrangu dan gunung Salak yang membuat desa ini menjadi sumber air terbesar di Kabupaten Sukabumi. Secara geografis, desa ini berada tepat di cekukan air tanah Sukabumi antara gunung-gunung tersebut yang seharusnya membuatnya kaya akan air tanah maupun air permukaan seperti mata air, danau, sungai. Lantas, apa yang mneyebabkan desa tersebut malah menjadi krisis air yang parah?

Menurut penuturan Ir. Dadang, MM selaku Kabid Air Tanah Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Sukabumi, karena banyaknya potensi yang dimiliki Kabupaten Sukabumi sendiri membuat banyak investor mendaur untung dengan mendirikan banyak industri di daerah ini. Air yang dihasilkan alam Sukabumi juga memiliki kualitas tinggi, serta ditinjau dari akses transportasi dapat dibilang mudah untuk dijangkau. Hal tersebut menjadikan Sukabumi seolah-olah bunga yang dikerubungi kumbang-kumbang.

Dinas Pertambangan dan Energi Kab Sukabumi pada 2010 mencatat total terdapat 102 perusahaan besar yang terdaftar memanfaatkan air tanah di kabupaten Sukabumi, dari perusahaan garment hingga perusahaan air minum dalam kemasan. Bahkan perusahaan-perusahaan tersebut merupakan perusahan dengan produk terkenal. Sebut saja produk Aqua Danone, Pocari Sweat, Kratinkden, UC1000, Indomilk, dan Yakult. 

Di kecamatan Cidahu sendiri terdapat tiga perusahaan raksasa yang menguras air tanah mereka, yaitu PT Aqua Danone, PT Amerta Indah Otsuka untuk produk Pocari Sweat dan PT Indolakto untuk produk susu Indomilk. Total dari tiga perusahaan tersebut mengambil 48% air tanah di kecamatan Cidahu yang dapat disedot. Artinya, sebagaian besar sumber air di kecamatan ini dialihkan dan dieksploitasi habis-habisan oleh industri-industri tersebut untuk meraup untung yang sangat besar.

Pada catatan Agustus 2009, Aqua Danone berhasil menyedot air tanah hingga 204.223 m3 dan dengan harga jual per meter perseginya mencapai Rp 2.000.000,00 yang artinya keuntungan perbulannya dapat mencapai 240 milyar rupiah dan pendapatan tahunan PT Aqua Danone sendiri mencapai 2,8 Triliyun rupiah. Sementara itu, pajak yang diberikan untuk per meter persegi air tanah yang disedot, hanya Rp 118,-. 

Bisa dibayangkan keuntungan besar-besaran yang dapat perusahaan ambil untuk air tanah yang berhasil dimanfaatkan. Sedangkan PT Amerta Indah Otsuka yang menghasilkan produk Pocari Sweat menyedot hingga 118.370 m3 . Pendapatan per bulannya mencapai 670 milyar rupiah dan 8 Triliyun untuk per tahunnya.

Bersama kawan-kawan Sukabumi membahas isu lingkungan
Bersama kawan-kawan Sukabumi membahas isu lingkungan
Di balik suksesnya perushaan-perusahaan tersebut meraup untung, ada sekitar 4800 penduduk sekitar lingkungan pabrik yang kesulitan air bersih. Padahal menurut warga, jauh sebelum perusahaan-perusahaan tersebut datang, di desa tersebut mudah sekali ditemui sungai, mata air, selokan yang berlimpah air. 

Bahkan desa Babakan Pari Kecamatan Cidahu pernah dinobatkan sebagai desa lumbung padi kabupaten Sukabumi. Namun sekarang, jangankan dapat mengolah persawahan lagi, air untuk keperluan sehari-hari pun susah didapatkan. Sumur yang dulu dapat dibuat hanya menggali 6-8 m kini harus mencapai 18 m untuk dapat mendapatkan air, itupun akan kering di musim kemarau.

Kekeringan air juga berdampak pada fasilitas-fasilitas publik yang lain. Seperti rusaknya jalan karena truk-truk besar muatan dari pabrik seringkali melintas dan membuat aspal rusak. Akses pendidikan anak-anak pun menjadi sulit. Mereka harus berjalan kaki sejauh 2 km untuk dapat mengenyam pendidikan yang kondisinya pun tidak layak. Akibatnya, kemiskinan pun menjadi keseharian mereka. Di balik suksesnya para investor mendaur untung, Kabupaten Sukabumi menjadi kabupaten tertinggal yang perlu dientaskan dari kemiskinan dan ketertinggalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun