Menghadapi Sang Penantang
Penulis: Nafisah Luthcu
"Ma, Allah masih tidur, ya?" tanya anakku.
"Allah tak pernah tidur, Nak," jawabku.
"Lalu kenapa tidak ada sinar matahari pagi ini?" ia bertanya lagi.
"Hari ini Allah mengatur langit mendung, bukan karena Allah tidur. Allah itu Maha Mengatur. Dia berkehendak atas apapun yang ada di alam raya ini. Manusia mempunyai teori ketika langit mendung, maka hujan akan turun. Sedangkan Allah tidak terbatas dengan teori. Pagi ini mendung, sebentar lagi bisa jadi cerah."
Ia manggut-manggut, tetapi sambil mengerutkan alis seperti masih ada yang mengganjal di benaknya.
"Ma, kenapa kita selalu mengatakan rindu kepada Nabi Muhammad? Kita kan belum pernah bertemu. Biasanya rindu itu dikatakan kepada orang yang pernah bertemu, kan?" ia bertanya lagi.
Aku agak bingung menjawab pertanyaan ini. Aku menyampaikan ketidaktahuanku dan akan mencari jawabannya terlebih dahulu.Â
Aku membaca berbagai sumber hingga aku menemukan jawabannya dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Ternyata, rindu mengandung arti keinginan yang sangat kuat dan berharap benar terhadap sesuatu. Dari contoh kalimatnya aku menyimpulkan bahwa rindu bersifat mutlak; memiliki keinginan yang kuat untuk bertemu baik dengan orang yang pernah bertemu ataupun tidak.