LOMBA MENULIS
Akhirnya, satu hari sebelum deadline aku berhasil menyelesaikan naskah fiksi mini untuk ikut serta dalam lomba menulis; lomba yang penuh tantangan. Dua minggu adalah waktu yang panjang untuk menyelesaikan tiga judul tulisan. Namun, siapa sangka, sehari setelah mengikuti zoominar materi, Ibu mendadak memintaku untuk menjahit baju yang akan dipakai seminggu lagi. Tugas yang tidak bisa ditunda apalagi ditolak. Aku tipe orang yang tidak mudah mengerjakan beberapa macam pekerjaan dalam waktu yang sama. Alhasil, aku harus menjahit sebelum menulis.
Setelah selesai menjahit, aku kembali menyimak rekaman materi di youtobe dan membaca materi yang belum sempat kubaca saat itu. Tiga judul sudah aku siapkan, alur cerita sudah tersusun. Namun, aku merasa kesulitan saat menuliskannya. Mungkin karena seminggu sebelumnya aku fokus menjahit dan lupa men-charge pikiranku terlebih dahulu. Kuputuskan untuk beristirahat dulu, keesokan harinya aku mulai merangkai kata demi kata menjadi beberapa kalimat, beberapa paragraf dan selesai hari ini.
Aku bisa dikatakan peserta yang nekat mengikuti lomba menulis dengan pengalaman dan kosakata bahasa Indonesia yang sangat minim. Aku bolak-balik membuka kamus saat menulis. Aku teringat salah satu teman yang juga mengikuti lomba ini, Erna.
"Fiksi mini mah sekiceup ge anggeus atuh, tenang we, sapoe ge jadi." Katanya saat aku mengajaknya untuk ikut serta dalam lomba ini. Erna mengatakan bahwa baginya fiksi mini itu mudah, bisa selesai dalam satu hari, sekejap mata katanya.
Seminggu fokus menulis, aku belum sempat bertegur sapa dengan Erna. Apa kabar dia? Aku juga belum melihat namanya tertera di list pengiriman naskah. Jadi ikut lomba atau tidak, ya? Aku segera mengetik pesan WhatsApp:
Hai, Na. Apa kabar? Jadi ikutan lomba nulis, nggak?
Tidak menunggu lama, centang biru tergambar, kemudian Erna terpantau sedang mengetik. Aku menunggu sambil scrolling media sosial. Lima belas menit berlalu.
"Lama sekali Erna mengetik," pikirku. Hampir setengah jam, barulah pesan Erna masuk. Aku segera membacanya. Aku agak bingung dengan pesan dari Erna karena banyak typo. Aku membacanya sampai akhir kemudian aku ulangi lagi dari awal untuk memastikan maksud dari pesan Erna. Kusimpulkan, isi pesannya kurang lebih begini:
"Nis, tanganku kram sudah tiga hari. Nggak bisa lama-lama pegang hp atau mengetik. Aku jarang balas pesan yang masuk kecuali dari kamu, aku maksain. Maaf ya banyak typo . Nggak kuat Nis, hiks ... kalau ada waktu, kamu ke rumahku, ya. Aku pengin ngobrol"
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI