Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

5 Hikmah dari Web Series "Layangan Putus"

11 Januari 2022   15:04 Diperbarui: 17 Januari 2022   14:13 3282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkap layar web series "Layangan Putus" We TV

Web series "Layangan Putus" yang ditayangkan WeTV setiap Jumat dan Sabtu sedang hangat dibicarakan. Nyaris setiap waktu lini masa media sosial penuh dengan pembahasan Kinan (Putri Marino), Aris (Reza Rahardian), dan Lydia (Anya Geraldine). Meme pun banyak bertebaran.

Lalu, apa sih hikmah yang bisa diambil dari cerita mengenai perselingkuhan yang cukup menyulut emosi tersebut?

Saat Tahu Pria yang Mendekati Sudah Beristri, Lebih Baik Mundur

Seperti kata pepatah, cinta itu buta. Ia bisa hinggap pada siapa saja, tidak peduli kita masih lajang atau sudah menikah. Namun, kita sebagai perempuan, saat didekati pria yang belakangan kita tahu ia sudah menikah, lebih baik mundur deh.

Jangan berlindung dibalik kata terlanjur cinta. Jangan juga membela diri dengan prinsip, cowoknya kok yang ngejar-ngejar, bukan saya yang menggoda --seperti yang Lydia sampaikan kepada Kinan saat mereka berdua bertemu.

Segimana jatuh cintanya pria itu dengan kita, segimana ngejar-ngejarnya dia, perselingkuhan tidak akan terjadi bila si perempuan tidak merespon.

Menjalin hubungan dengan pria beristri itu rumit. Coba lihat Lydia, ia harus selalu mengalah, mengorbankan perasaan, dan menjadi sosok yang tidak "terlihat". Pergi jalan-jalan berdua pun tidak tenang, khawatir ada istri atau teman/kerabat istri yang memergoki.

Apalagi sebenarnya Lydia bisa mendapatkan pria yang jauh lebih baik dari Aris, menjadi perempuan satu-satunya dari pria itu. Namun, karena sudah terjerat cinta Aris akhirnya pria yang justru lebih bersinar itu ia sisihkan.

Lagian pria itu terkadang jahat. Meski menjelekan istri dihadapan selingkuhan hingga ke tulang sum-sum istilahnya, terkadang ia tidak mau menceraikan si istri. Ia ingin menggenggam dua-duanya.

Lihat Aris, ia tidak mau menceraikan Kinan sebenarnya.

Selain itu, kalaupun nanti menang dibanding istri sah, yakin deh selama menjalani masa pernikahan kita tidak akan tenang. Kita pasti terus dihinggapi rasa was-was. Khawatir si suami hasil merebut dari perempuan lain direbut lagi oleh perempuan lain.

Ujung-ujungnya kita jadi curiga berlebihan kepada suami. Setiap suami pergi dinas keluar kota tidak percaya sepenuhnya. Semua teman suami dikirimi pesan, ditanya satu persatu.

Ada (banyak) yang seperti itu.

Tetap Jalin Hubungan Baik dengan Para Sahabat

Kinan beruntung memiliki tiga sahabat yang sangat mendukung. Ada di saat senang maupun susah. Mereka mau repot membantu mengurai masalah yang Kinan hadapi karena perselingkuhan sang suami.

Saat ada masalah dengan suami, termasuk perselingkuhan, kita umumnya cenderung lebih suka berbagi cerita dengan sahabat dibanding dengan orang tua maupun keluarga.

Mengapa demikian? Terkadang kita tidak mau membebani orangtua, membuat orangtua kepikiran.

Sahabat juga umumnya lebih objektif melihat permasalahan, lebih masuk akal memberi solusi. Kalau orangtua terkadang suka dibutakan cinta kepada sang anak. Jadi melihat permasalahan yang dihadapi menjadi kurang objektif.

Selain itu, terkadang masalah antara si anak dengan suami/istri sudah selesai, tetapi orangtua masih saja kepikiran dengan masalah itu. Ujung-ujungnya menjadi "batu sandungan" hubungan antara menantu dan mertua.

Oleh karena itu, meski sudah menikah, memiliki buah hati, sebaiknya tidak memutus tali silaturahmi dengan sahabat-sahabat yang dulu.

Saat Pasangan Selingkuh, Tidak Otomatis Harus Meminta Cerai

Banyak yang berprinsip, saat pasangan berselingkuh, semua selesai.

Namun, sebenarnya saat suami/istri membagi cinta kepada yang lain, kita tidak harus otomatis meminta cerai.

Coba lihat permasalahannya dulu lebih jernih. Apa alasan si suami/istri berselingkuh? Apakah ia menyesal dan menunjukan iktikad baik untuk tidak akan melakukan kesalahan yang sama? Apakah hubungan tersebut masih bisa diperbaiki? Sejauh mana perselingkuhan mereka?

Tidak sedikit pasangan suami-istri di sekitar saya yang memilih memaafkaan pasangan yang berselingkuh. Meski katanya awalnya sulit, kerap sakit hati setiap kali ingat pengkhianatan si pasangan, tetapi lambat laun mereka bisa menerima dan memaafkan. 

Kini mereka hidup seperti layaknya pasangan suami-istri yang tidak pernah ada masalah. Padahal bertahun-tahun lalu sempat heboh karena si salah satu pasangan berselingkuh.

Kinan juga kan tidak serta merta menuntut cerai. Ia tetap memberi kesempatan kepada Aris untuk meninggalkan perempuan itu.

Bila Terlanjur Sakit Hati Tidak Perlu Dilabrak, Pidanakan

Dulu ada salah satu kerabat saya yang suaminya berselingkuh. Ia lantas mendatangi rumah selingkuhannya. Melabrak, menggedor-gedor pintu rumah si pelakor, beteriak-teriak, hingga mengundang perhatian tetangga si pelakor tersebut.

Si perempuan itu ternyata tidak terima diperlakukan seperti itu. Ia melaporkan kerabat saya ke polisi. Akhirnya kasusnya menjadi lumayan panjang. Kerabat saya yang tadinya korban, berubah jadi (calon) tersangka perbuatan tidak menyenangkan. Beruntung akhirnya bisa diselesaikan dengan baik tanpa harus ke meja hijau.

Zaman now, saat pasangan berselingkuh, mending ikut cara Kinan di web series "Layangan Putus" yang lebih elegan. Beri pilihan tinggalkan si selingkuhan itu, atau perselingkuhan mereka dipidanakan, dilaporkan kepada kepolisian. Apalagi bila kita mengantongi cukup banyak bukti. Perkara nanti rujuk atau cerai, urusan belakangan.

Jangan Terlalu Dekat dengan Lawan Jenis

Kalau yang mengikuti serial "Layangan Putus" pasti gemas kan saat pengacara Aris menuduh balik Kinan berselingkuh dengan sahabatnya, dokter Andre. Meski dokter Andre diceritakan sempat naksir Kinan saat mereka co-as, tidak ada hubungan istimewa antara Kinan dan dokter Andre. Mereka hanya dekat sebagai sahabat.

Saat sudah menikah mungkin memang ada baiknya tidak terlalu dekat dengan lawan jenis, khawatir pasangan kita salah paham, atau dijadikan "senjata" untuk menyerang kita. Fitnah. Kalaupun bersahabat tidak harus sedekat hubungan kita dengan sahabat-sahabat yang sesama jenis kelamin.

Teman-teman Kompasianer, ada yang mau ditambahkan? Bisa ditulis di kolom komentar. Salam Kompasiana! (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun