Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Begini Ketatnya Menjaga Ketersediaan Air Baku di Batam

6 Februari 2019   18:14 Diperbarui: 6 Februari 2019   18:27 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Waduk Duriangkang. | Dokumentasi ATB

Ketersediaan air baku yang cukup di Batam, Kepulauan Riau, menjadi konsen utama. Hal tersebut dikarenakan air baku alami di kota yang berbatasan langsung dengan Singapura tersebut sangat terbatas. Tidak ada air sungai yang melimpah seperti kota-kota di Pulau Jawa dan Sumatera, tak ada pula mata air yang mengalir deras seperti layaknya di kota lain.

Tak ada gunung di Batam, sungai juga (hampir) tiada. Air baku sepenuhnya hanya mengandalkan air tadah hujan yang ditampung di waduk yang dibangun oleh Otorita Batam/BP Batam. 

Saat ini ada lima waduk yang aktif digunakan, yakni Waduk Sei Harapan yang memiliki daya tampung 3.600.000 m3, Waduk Sei Nongsa dengan daya tampung 720.000 m3, Waduk Sei Ladi 9.490.000 m3, Waduk Mukakuning 12.270.000 m3, dan Waduk Duriangkang dengan daya tampung air baku mencapai 78.180.000 m3.

Begitu terbatasnya sumber air baku membuat pemerintah, melalui BP Batam, sangat menjaga ketersediaan air baku yang ditampung di lima waduk tersebut. BP Batam bahkan membentuk direktorat khusus yang konsen bertugas menangani pengelolaan air dan air limbah di Batam, yakni Direktorat Pengelolaan Air dan Air Limbah.

Tidak Digunakan untuk Kepentingan Lain
Lima waduk yang saat ini aktif digunakan sebagai sumber air baku di Pulau Batam sangat besar. Bentuknya seperti danau. Waduk Duriangkang selintas bahkan seperti laut --terlebih juga berbatasan langsung dengan laut, karena memang merupakan hasil desalinasi alami, membendung air laut yang menjorok ke daratan.

Waduk Sei Ladi. | Dokumentasi ATB
Waduk Sei Ladi. | Dokumentasi ATB
Sekeliling waduk juga umumnya rimbun ditumbuhi pohon. Bila berfoto di sekitar waduk, sangat instagramable. Bila dijadikan sebagai salah satu tempat wisata sangat cocok. Tempat wisata seperti halnya di Situ Ciburuy. Berkeliling dengan perahu sambil merasakan angin yang sepoi.

Namun tentu saja hal tersebut tidak akan pernah dilakukan. Pemenuhan air baku lebih penting dibandingkan dengan mengorbankan waduk-waduk tersebut sebagai objek wisata komersial. 

Jangankan menggunakan waduk tersebut untuk kepentingan lain diluar sebagai tempat untuk pemenuhan air baku, kegiatan di sekitar waduk yang sekiranya akan mengganggu keberlangsungan air baku juga akan ditertibkan.

Secara berkala BP Batam melakukan penertiban, mulai dari penertiban peternakan yang dilakukan di sekitar waduk, hingga penertiban penggundulan hutan. 

Penertiban illegal logging, kebakaran hutan, menjadi salah satu konsen utama, karena bila pohon ditebangi secara membabi buta, bukan tidak mungkin aliran air hujan akan langsung ke waduk, lengkap dengan aneka ranting dan serpihan tanah.

Serpihan tanah dan ranting pohon yang terbawa air tersebut --meskipun kecil dan hanya serpihan, bila terjadi bertahun-tahun, bukan tidak mungkin akan menyebabkan sedimentasi atau pendangkalan waduk yang akan berujung dengan berkurangnya kapasitas daya tampung waduk.

Selain melakukan penertiban, bila diperlukan juga dilakukan pembersihan eceng gondok, terutama di Waduk Duriangkang yang kerap ditumbuhi tanaman menjalar tersebut. Seperti yang kita tahu, eceng gondok dapat menyebabkan pendangkalan, yang membuat jumlah air baku dapat menurun secara drastis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun