Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Review Buku Blink: Memahami Kesan Pertama

24 November 2024   19:51 Diperbarui: 24 November 2024   19:54 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: arsip pribadi)

Buku Malcolm Gladwell, Blink, The Power of Thinking Without Thinking mengajari kita banyak hal sangat penting menilai dan memahami peristiwa berdasarkan kesan pertama, yang dikenal sebagai cuplikan tipis atau sayatan tipis (thin-slicing).

Menceritakan banyak kisah, dibuka dengan memeriksa keaslian patung kouros yang ternyata palsu, walaupun para ahli sudah turun tangan memeriksanya secara seksama berbulan-bulan. Yang aneh Museum Getty tetap membeli patung kouros itu. Sejarawan seni menyebutnya tidak  "memiliki mata yang jeli" dan penolakan intuitif yang sudah terlatih bersikap kritis dan tegas.

Ini terkait erat dengan makna kita sebagai manusia, bukan bakat yang langka. Istilah Gladwell untuk kemampuan membuat penilaian cepat pada sejumlah kecil data. Sistem ini menyaring situasi di hadapan kita, mengabaikan banyak hal yang tidak penting, kemudian memusatkan perhatian pada inti masalah (hlm. 38).  

Mengumpulkan dan mempelajari informarsi jauh lebih banyak dari yang sesungguhnya diperlukan karena itu membuat lebih percaya diri. Namun kita bisa terombang-ambing oleh informasi yang kelewat banyak. 

Agar menjadi pengambil keputusan yang sukses, kita harus terampil menyunting, tulis Malcolm.

Jika ada yang salah atau kurang sreg, perut terasa mulas, telinga terasa berdengung, tertekan, merasa gamang dan kehilangan keseimbangan. Asosiasi langsung (bawah sadar), otomatis yang muncul begitu saja bahkan sebelum kita berpikir. Kita tidak dengan sengaja memilih sikap-sikap bawah sadar ini. Kemampuan otomatis yang tidak diminta ini disebut "alam bawah sadar adaptif" oleh psikolog Timothy D Wilson.

Apakah penilaian cepat harus lebih diutamakan daripada penilaian terukur? Argumen Malcolm bahwa penilain cepat dapat dilatih. Jika demikian, implikasinya sangat luas, nyaris menjangkau semua bidang kegiatan manusia.

Malcolm meyakinkan kita dengan banyak eksperimen, dari laboratorium cinta Jhon Gottman yang akurat memprediksi langgengnya perwakinan dari rekaman video; penanganan pasien penyakit jantung oleh Brendan Riley di Chicago; kesalahan memilih presiden karena penampilannya yang ganteng tapi ternyata presiden sangat buruk; pendekatan emosional Bob Golomb menjual ribuan mobil kepada pelanggan; insting pemadam kebakaran; produser lagu Craig Kallman yang bisa memutuskan kualitas lagu dari satu-dua nada pertama; meramal kuda pacu mana yang akan menang; menguji rasa Coke atau Pepsi, hingga eksperimen duet Silvan dan Paul Ekman membaca wajah manusia.

Wajah adalah sumber informasi yang kaya sekali emosi, menurut riset Silvan dan Ekman terdapat 43 gerakan otot wajah dengan turunan ribuan kombinasi yang menciptakan ekpresi. Pada hakikatnya wajah mempunyai kemauan sendiri, walaupun kita juga bisa mengendalikan wajah.

Teman yang palsu tidak memiliki senyum yang mengencangkan otot-otot yang melingkari mata, misalnya. Pertemanan, persahabatan, kedekatan, perkawinan, tidak akan terjadi andaikata wajah kita tidak seperti yang ada sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun