Mohon tunggu...
Ⓕⓔⓡ_ⓈⓊⓃ𝒹𝒶𝓂𝒶𝓃𝒾Ⓧ
Ⓕⓔⓡ_ⓈⓊⓃ𝒹𝒶𝓂𝒶𝓃𝒾Ⓧ Mohon Tunggu... Copywriter

Seorang pencinta ilmu dan penikmat cerita dari berbagai dimensi kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sabda Rasulullah tentang Negeri Shin dan Kesalahpahaman Sejarah: Saat Dunia Salah Baca Peta

23 April 2025   20:00 Diperbarui: 23 April 2025   19:35 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Negri Shin (Sumber:youtube.com/@ytclaim_history) 

Sejarah kita jauh lebih tua dan cemerlang daripada yang selama ini diajarkan. Salah satu bukti nyatanya adalah situs Gunung Padang di Jawa Barat sebuah struktur megalitikum yang usianya diperkirakan jauh lebih tua dari piramida Mesir. Struktur dan misteri yang terkandung di dalamnya menunjukkan bahwa nenek moyang kita bukan sekadar pelaut atau petani, melainkan arsitek, pemikir, dan ilmuwan masa lampau.

Dan bisa jadi, Gunung Padang hanyalah satu dari sekian banyak peninggalan peradaban besar yang belum kita ungkap. Maka benarlah sabda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam, yang menunjuk  sebagai "Negeri Shin" tempat menuntut ilmu sebuah referensi yang sangat mungkin merujuk pada Nusantara.

Kita adalah bangsa dengan DNA peradaban yang luar biasa. Inilah yang mungkin ditakuti oleh bangsa lain: jika Nusantara benar-benar tersadar dan bangkit mengenali jati dirinya, maka ia akan kembali menjadi pusat peradaban dunia.

Karena itu, sudah saatnya kita bersyukur, merenung, dan menyadari bahwa leluhur kita adalah bangsa yang hebat. Dan kini, waktunya telah tiba untuk membangun kembali kejayaan masa lalu, demi kemajuan hari ini, dan untuk kebesaran anak-cucu kita di masa depan.

Budayawan Ulil Abshar Abdalla pernah mengutip pandangan almarhum Nurcholish Madjid yang mencatat bahwa sejak zaman Nabi Sulaiman, terdapat indikasi bahwa wilayah Arab telah mengimpor kapur barus dari Barus sebuah daerah di Sumatera, tanah Melayu untuk dijadikan bahan campuran minuman tonik. Fakta ini menjadi isyarat menarik tentang adanya interaksi awal antara peradaban Timur Tengah dan wilayah Nusantara, jauh sebelum zaman Nabi Muhammad SAW.

Menariknya, hal ini juga dikaitkan dengan gambaran kehidupan surgawi dalam Al-Qur'an. Dalam salah satu ayat disebutkan bahwa "Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan akan minum dari gelas yang campurannya adalah air kafur..." (QS. Al-Insan: 5). Kapur barus atau kafur di sini digambarkan sebagai bagian dari kenikmatan surga, menunjukkan bahwa bahan ini telah dikenal dan dihargai tinggi bahkan dalam konteks spiritual.

Hal ini selaras dengan ayat lainnya dalam Surah Al-A'raf ayat 96:  

"Sekiranya penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan bukakan bagi mereka berkah dari langit dan bumi..." 

Menurut hemat saya, ayat ini seakan-akan tidak ditujukan kepada masyarakat Arab pada masa Nabi Muhammad SAW, yang saat itu masih didominasi oleh kehidupan nomaden. Meskipun Al-Qur'an diperuntukkan bagi seluruh umat manusia, namun ayat ini secara spesifik berbicara tentang suatu kaum yang telah memiliki tatanan peradaban, budaya, dan sistem pemerintahan yang mapan.

Pendapat ini diperkuat oleh almarhum KH. Maimun Zubair, salah satu sesepuh Nahdlatul Ulama. Beliau menekankan bahwa frasa "ahlul qura" dalam ayat tersebut berarti "penduduk desa" atau "masyarakat yang menetap di suatu negeri". Ini sangat menarik, karena pada masa itu, desa dalam pengertian komunitas yang menetap secara permanen hampir tidak ditemukan di Jazirah Arab. Yang ada hanyalah komunitas suku badui yang hidup nomaden berpindah-pindah mengikuti kepala sukunya, mirip seperti lebah mengikuti ratunya.

Dengan demikian, ayat ini lebih tepat jika diarahkan pada wilayah yang telah mengenal struktur desa, pemerintahan lokal, dan budaya bermasyarakat yang kuat seperti yang telah lama berkembang di Nusantara. Desa dalam konteks Nusantara adalah unit sosial dan administratif yang memiliki sistem hukum, struktur pemerintahan lokal, dan budaya gotong royong. Masyarakatnya menetap, bertani, dan membangun sistem hidup yang berkelanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun