"Suatu waktu dalam hidupnya, orang harus memilih, jika tidak ia tidak akan menjadi apa--apa" (Pramoedya Anata Toer)
Pada dasarnya setiap orang memiliki hak untuk memilih. Ia Bebas untuk memilih apa saja yang berguna bagi hidupnya. Kata Pramoedya Anata Toer, "Suatu waktu dalam hidupnya, orang harus memilih, jika tidak ia tidak akan menjadi apa--apa."
Mengekspresikan hobi, merupakan sebuah pilihan. Orang bebas memilih apa saja dan seperti apa ia mengembangkan bakatnya. Asal ekspresi diri, tidak merugikan orang lain.
Bila seorang perempuan memilih untuk mengembangkan hobinya, itu sah--sah saja, karena masalah berekspresi dan mengembangkan hobi, bukan masalah jenis kelamin, tetapi masalah pilihan.
Kita tidak bisa sepihak membatasi seseorang untuk berkembang, karena itu soal hak dan pilihannya. Bila statusnya adalah berkeluarga, tinggal dikomunikasikan dengan keluarga, (suami dan anak--anak).
Memang, dalam kebersamaan, tentu seseorang harus hormat pada aturan bersama, tetapi seorang seorang laki-laki, tidak boleh, membatasi, mengengkang istrinya karena, mereka juga berhak atas kehidupan.
Kewajiban kita kaum pria adalah memberi ruang pada perempuan, melindungi kaum hawa untuk menjalankan hobinya. Bukankah seseorang berhak hidup bebas mengembagkan hobi?
Sebagai pastor, saya sering mendengar curhat dari beberapa ibu yang sudah menikah. Mereka memiliki pengalaman tidak mengenakkan dalam keluarga. Setelah menikah, suami membatasi ruang geraknya. Akibatnya adalah ia mengalami tekanan, tidak bebas menjalani hidup.
Kita juga tidak bisa menyangkal, banyak rumah tangga terpaksa bubar karena suami tidak mendukung karier istri. Suami mengekang dan cenderung menguasai.