Mohon tunggu...
Corry LauraJunita
Corry LauraJunita Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Tsundoku-Cat Slave

-

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Review Buku "Twenty-Four Eyes"

12 Mei 2022   11:33 Diperbarui: 12 Mei 2022   11:36 1830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover Buku Twenty-Four Eyes | Dokpri.

Murid-murid Bu Guru Oishi memiliki latar belakang ekonomi yang berbeda-beda. Meskipun kondisi keluarga pas-pasan dan murid-murid kecil ini juga harus membantu keluarga di luar sekolah, mereka sangat bersemangat mengikuti pelajaran yang diberikan oleh Bu Guru Oishi.

Sayang, Bu Guru tidak mengajar di Desa Tanjung untuk waktu yang lama. Sebuah kecelakaan menyebabkan kaki Bu Guru Oishi patah dan membuatnya tidak mampu mengendarai sepeda lagi. Ketidakhadiran Bu Guru Oishi ternyata membuat anak-anak kehilangan, terlebih saat pelajaran musik. 

Rasa rindu membuat 12 murid Bu Oishi diam-diam mengunjunginya dengan cara berjalan kaki. Anak-anak ini tidak tahu sejauh apa perjalanan yang harus mereka tempuh, dan hanya mengandalkan sebuah pohon pinus di seberang teluk sebagai penanda desa Bu Guru Oishi. Peristiwa hilangnya 12 anak ini membuat warga desa menyadari bahwa Bu Guru Oishi merupakan guru yang baik dan sangat dicintai oleh muridnya.

Kondisi kaki Bu Guru Oishi ternyata membuatnya harus berhenti mengajar di sekolah cabang, dan beralih menjadi guru di sekolah utama. Murid-muridnya kembali bertemu dengannya setelah mereka kelas lima, kecuali seorang murid bernama Nita yang menjadi informan di kelas tersebut. 

Banyak kejadian sedih yang terjadi menjelang akhir masa pendidikan 11 murid tersebut. Cita-cita yang tidak sejalan dengan kondisi ekonomi atau keinginan orang tua. Nasib anak-anak perempuan yang harus dikesampingkan karena ada anak laiki-laki yang harus didahuluan dan berbagai kisah lainnya.

Bertahun-tahun berlalu, saat Jepang (dan seluruh dunia) mengalami berbagai perubahan. Perang terjadi di mana-mana, gejolak politik, dan kesulitan ekonomi membuat Bu Guru dan murid-muridnya menghadapi banyak kesulitan dalam hidup. Bu Guru Oishi yang sudah semakin dewasa dan memiliki keluarga sendiri menyaksikan satu demi satu murid laki-laki dipanggil menjadi tentara dan kembali namanya saja. 

Bu Guru sendiri memutuskan untuk berhenti menjadi seorang guru karena suara hati yang tidak sesuai dengan propaganda masa tersebut, dan karena khawatir dianggap sebagai pengikut merah. Bu Guru yang meninggalkan sekolah harus berjuang menjaga Ibu dan tiga anaknya dan juga kehilangan suaminya. Perang mengambil banyak hal dari Bu Guru Oishi dan Desa Tanjung.

Novel karya Sakae Tsuboi ini menunjukkan bahwa kisah perang tidak perlu selalu ditunjukkan dengan hingar bingar suara tembakan dan bom yang meledak memusnahkan bangungan dan mengambil banyak nyawa. Hanya dengan menggambarkan kondisi perubahan yang dialami desa Tanjung, Bu Guru Oishi, dan 12 muridnya, kita bisa merasakan kengerian dan kehilangan yang diakibatkan oleh perang. 

Penggambaran masa tersebut dimulai dari sudut pandang anak-anak yang polos yang tidak mngerti kesulitan yang dihadapi para dewasa, hanya mengkhawatirkan masa awal masuk sekolah dan guru baru yang akan mereka hadapi. Secara beralih-alih masa-masa ceria dan beban yang dulu seakan sangat berat tergeser oleh berbagai kenyataan hidup di masyarakat.

Guru muda yang hanya mengkhawatirkan penampilan dan pandangan orang tua murid terhadapnya akhirnya bertumbuh menjadi orang dewasa yang mengkhawatirkan pandangan politiknya dianggap berseberangan dengan pemerintah. Keakraban dengan murid dianggap sebagai suatu yang mengancam. 

Keputusasaan melihat murid yang berbakat tidak mampu melanjutkan pendidikan karena kondisi keluarga. Kesedihan karena satu persatu murid laki-laki pergi berperang dengan polosnya karena merasa membela negara. Bu Guru Oishi yang berubah dari seorang guru muda menjadi orang dewasa penuh kelembutan yang membenci perang yang mengambil murid dan suaminya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun