Mohon tunggu...
Cornelia Putri
Cornelia Putri Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pengembangan Teknologi Daur Ulang untuk Ketahanan Energi Nasional

24 September 2017   21:36 Diperbarui: 24 September 2017   22:53 2036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penelitian dan pengembangan mengenai energi terbarukan semakin populer menyusul berkembangnya kesadaran mengenai ancaman kelangkaan bahan bakar fosil yang tidak bisa diregenerasi dalam waktu singkat. Beragam teknologi pun dikembangkan demi mendapatkan beragam alternatif sumber energi. Ini jelas terlihat dari beragam publikasi yang tersebar di berbagai media.

Saya termasuk pengguna aktif media sosial dan di sana saya melihat banyak unggahan yang menunjukkan berbagai penemuan dari luar negeri. Dari sekian banyak unggahan yang pernah saya lihat ada dua unggahan yang menurut saya sangat menarik dan sangat berkesan. Pertama adalah unggahan mengenai mobil berbahan bakar pakaian bekas dan yang kedua adalah rencana Cina memanfaatkan sampah daun sebagai bahan baku pembuatan superkapasitor untuk berbagai alat elektronik termasuk rencana terbesarnya adalah sebagai sumber daya utama dari mobil listrik.

Sebagai orang yang lulus dari jurusan ilmu sosial, saya bukan orang yang paham mengenai teknologi dan hal-hal teknis, tetapi dua penemuan yang sudah saya sebutkan di atas memancing imajinasi saya mengenai berbagai kemungkinan mengenai perkembangan masyarakat dan teknologi masa depan. Pertama mengenai mobil berbahan bakar pakaian daur ulang. Konsep umum dari teknologi ini adalah memfermentasikan bahan katun hingga menghasilkan bioethanol. 

Saya pertama kali melihat penemuan ini dari menonton tayangan dokumentasi di NHK. Saya luar biasa kagum dengan ide pengembangan teknologi daur ulang ini dan semakin takjub ketika melihat proses pameran produk. Dalam tayangan tersebut terlihat sang peraga memulai dengan memasukkan beberapa lembar pakaian dan beberapa saat kemudian mobil benar-benar bisa jalan menggunakan bahan bakar pakaian bekas.

Menurut saya itu ide yang sangat futuristik. Di berbagai belahan dunia pakaian bekas menumpuk begitu banyak sampai seingat saya pernah ada berita mengenai penyitaan pakaian bekas yang diimpor dari luar negeri, kemudian di Jogja (kota yang saya tahu karena saya kuliah di sana) dan di berbagai kota kecil lainnya banyak toko pakaian impor yang sebenarnya adalah pakaian bekas dari luar negeri. Saya tidak tahu ke mana pakaian impor bekas yang disita, namun jika teknologi seperti ini bisa dikembangkan di Indonesia maka pakaian-pakaian bekas hasil sitaan tersebut bisa jadi bahan percobaan dan jika berhasil ini jelas membantu menggerakkan roda ekonomi.

Saya tidak tahu kemungkinannya tetapi muncul suatu siklus di otak saya. Saat ini masyarakat Indonesia terutama kelas menengah yang menjadi kalangan mayoritas merupakan sasaran empuk produk-produk pasar fashion. Maraknya barang KW di pasaran membuat orang merasa bisa "bersaing gaya" dengan orang-orang yang menggunakan produk asli, namun hal ini tanpa sadar membuat mereka sangat konsumtif karena adanya "rasa haus" yang terus-menerus hingga mengakibatkan konsumsi yang tinggi.

Sementara keinginan mereka untuk terus memperbarui penampilan begitu tinggi, kebutuhan lain yang harus dipenuhi juga tinggi dan satu di antaranya adalah pengeluaran untuk bahan bakar minyak (BBM). Jika teknologi ini bisa dikembangkan maka warga kelas menengah bisa menghemat pengeluaran untuk bahan bakar dan bisa menggunakan pakaian-pakaian bekas untuk substitusi bahan bakar. Bukan berarti teknologinya dialihkan sepenuhnya karena jelas itu bisa mengakibatkan masalah baru ketika pengeluaran untuk pakaian lebih tinggi daripada membeli bahan bakar yang ada sekarang, tetapi saya berpikir itu bisa mengurangi tingkat stress masyarakat kelas menengah di tengah himpitan kebutuhan yang bagitu banyak dan keinginan yang begitu tinggi.

Bisa dikatakan ini semacam manipulasi psikologis, setidaknya mereka bisa merasa lebih sejahtera dengan meningkatnya jumlah keinginan yang bisa terpenuhi dan berkurangnya kewajiban yang harus dipenuhi. Selain itu, ini bisa menjadi solusi menyenangkan bagi konsumen dan produsen. Konsumen senang karena terbius efek manipulasi psikologis, produsen pakaian juga senang karena pembelian bisa meningkat, dan produsen BBM juga senang karena dengan terpecahnya fokus konsumen ke energi alternatif kemungkinan besar tingkat stress karena kenaikan harga BBM bisa menurun. Dengan menurunnya tingkat stress dan ketergantungan konsumen pada BBM maka produsen bisa menaikkan harga BBM sesuai dengan yang diharapkan. Bukankah pola pikir orang Indonesia pada umumnya seperti itu? Pilih yang murah dari pada yang bagus, yang penting ada dan bisa dipakai. Saya pikir karena itulah barang KW laris manis di pasaran.

Kedua adalah hasil penelitian terbaru dari Cina yang sedang mengembangkan pembuatan superkapasitor dari sampah daun Deciduous Phoenix. Secara teknis saya tidak tahu apa perbedaan daun tersebut dengan daun pada umumnya. Namun berdasar artikel yang saya baca, pengembangan teknologi yang dipimpin oleh Hongfang Ma dari Universitas Teknologi Qilu ini bermula dari banyaknya sampah daun pohon Phoenix di Cina. Sebelumnya sampah-sampah daun tersebut hanya dibakar seperti sampah daun pada umumnya, namun pembakaran daun tersebut hanya menghasilkan polusi yang dianggap tidak menguntungkan. Oleh karenanya para peneliti di Cina sedang mencoba memanfaatkan sampah daun Phoenix untuk dijadikan superkapasitor.

Artikel dari Wallstreetotc.com memberi penjelasan secara singkat mengenai proses pembuatannya. Pertama-tama sampah daun yang sudah kering dihancurkan hingga menjadi serbuk, kemudian dipanaskan dalam suhu 428 derajat Fahrenheit selama 12 jam. Setelahnya serbuk tersebut diolah dengan elektrolit, larutan potassium hidroksida dan kemudian dipanaskan bertahap hingga mencapai suhu 1472 derajat Fahrenheit. Namun kandungan organik yang terdapat didalamnya menyebabkan korosi di area permukaan karbon.

Meskipun hasil penelitian ini belum sempurna, tetapi para peneliti yakin bahwa ini akan berhasil. Mereka bahkan menargetkan superkapasitor ini dapat digunakan untuk berbagai produk teknologi maju seperti telepon pintar, vacuum cleaner, laptop, dan berbagai barang elektronik sehari-hari hingga mobil listrik masa depan.

Jika melihat dari bahan dasar yang digunakan yaitu sampah daun, saya pikir kemungkinan mendapatkan bahan baku untuk pengembangan teknologi ini di Indonesia tidaklah sulit, mengingat varietas tumbuhan yang begitu beragam dan masih banyaknya kawasan hutan di Indonesia. Meskipun sampai sekarang saya masih belum tahu perbedaan antara daun Phoenix di Cina dengan sampah daun kering yang ada di Indonesia.

Saya hanya berpikir bahwa ide mengenai pengembangan teknologi ini benar-benar menarik. Jika berbicara mengenai sampah daun, Indonesia bisa dikatakan memiliki sumber daya yang melimpah dan ini membuka peluang yang lebih besar untuk pengembangan penelitian ini di Indonesia. Saya rasa untuk jangka panjang pengembangan teknologi ini bisa memicu pemerataan pembangunan di daerah-daerah terpencil yang kemungkinan bisa memasok bahan baku dalam jumlah besar. Pada kenyataannya industri akan berdiri mendekati bahan baku dan ini akan sangat menguntungkan bagi penduduk daerah-daerah terpencil yang selama ini masih belum tersentuh industri.

Saya membayangkan jika dua ide besar ini bisa dikembangkan di Indonesia maka akan banyak keuntungan yang bisa didapatkan. Pertama, ketergantungan masyarakat terhadap BBM menurun. Hal ini jelas menguntungkan karena dengan demikian ketahanan energi nasional bisa terjaga dan produsen bisa menaikkan harga BBM tanpa memancing ketegangan yang tinggi di masyarakat.

Kedua, limbah dari industri tekstil berupa potongan-potongan pakaian bisa dimanfaatkan dan kalangan kelas menengah yang gemar update penampilan jelas sangat diuntungkan dengan hal ini. Sementara sampah daun yang menumpuk bisa memiliki nilai guna yang lebih dari sekedar dibakar dan menyebabkan polusi atau bahkan kebakaran.

Ketiga, Indonesia bisa mulai mengejar perkembangan teknologi dari negara-negara maju dengan memanfaatkan bahan baku dari limbah tekstil dan sampah yang melimpah. Keempat, dengan penelitian yang dapat berimbas secara masal maka penyerapan tenaga kerja dan ilmuwan atau peneliti muda akan meningkat, dengan demikian bakat-bakat muda Indonesia tidak kabur dibeli negara lain. Kelima, jika ini sukses maka rasa nasionalisme terhadap Indonesia akan meningkat karena masyarakat bisa berbangga dengan hasil karya cipta anak bangsa. Sebagai warga negara Indonesia, saya merasa bahwa negara ini butuh sesuatu yang bisa membuat rakyatnya mengangkat kepala di hadapan khalayak dunia. Prestasi-prestasi anak-anak bangsa yang genius dan berbakat memang sudah banyak diakui dunia, tetapi tidak banyak yang berimbas langsung pada perkembangan teknologi di Indonesia atau kemajuan program swasembada yang sampai saat ini masih terus-menerus diusahakan.

Saya tidak tahu berapa persen kemungkinan hal yang saya bayangkan ini bisa terrealisasi, mengingat rumitnya regulasi dan kebijakan di Indonesia. Selain itu saya sadar pengembangan ini membutuhkan dana yang begitu besar dan ketika ini berhasil belum tentu hasilnya bisa langsung dinikmati rakyat ekonomi kelas menengah dan memenuhi tujuan seperti yang sudah saya uraikan di atas. Ini persoalan yang cukup rumit, tetapi sejauh ini saya bahagia hanya dengan membayangkan jika kedua teknologi ini bisa dikembangkan maka saya optimis suatu saat nanti rakyat Indonesia bisa terlepas dari demo kenaikan BBM, antrian panjang di pom bensin, dan polemik kelangkaan BBM.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun