Ada sesuatu yang menenangkan dari aroma teh yang baru diseduh. Uapnya naik pelan, membawa wangi lembut yang seolah bisa meluruhkan penat.Â
Apalagi di tengah kesibukan dan riuhnya dunia, secangkir teh kerap menjadi jeda yang sederhana - cara paling tenang untuk berbicara dengan diri sendiri, atau sekadar menikmati waktu yang berjalan perlahan.
Minuman ini mungkin terlihat biasa, tapi di baliknya tersimpan begitu banyak cerita. Tentang keluarga, tentang kebiasaan, bahkan tentang cara kita memaknai kesederhanaan.Â
Setiap daerah punya kisahnya sendiri, dan setiap cangkir menyimpan kenangan yang berbeda. Dari teh serbuk yang harus disaring hingga teh celup yang tinggal seduh, semuanya punya pesona yang khas dan tak tergantikan.
Teh dan Kebiasaan yang Tak Pernah Usang
Di setiap rumah, selalu ada cerita tentang minuman yang menjadi teman setia kala pagi masih dingin, siang terasa panjang, atau malam yang tiba terlalu cepat.Â
Bagi sebagian orang, kopi menjadi pelarian paling ampuh untuk menepis kantuk dan lelah. Tapi bagi sebagian lainnya, teh adalah rumah bagi ketenangan. Minuman sederhana yang mengajarkan kita tentang waktu, kesabaran, dan keseimbangan.
Meski dunia kini dipenuhi ragam minuman modern, teh tetap punya tempat istimewa. Ia bukan sekadar cairan hangat dalam cangkir, tapi juga simbol keakraban dan kehangatan hubungan. Di banyak rumah, secangkir teh menjadi awal dari percakapan yang panjang, atau tanda kecil dari perhatian yang tulus.
Namun bicara soal teh lokal, mungkin banyak yang langsung menyebut teh Jawa Barat, seperti dari Puncak Bogor, Sukabumi, atau daerah pegunungan lainnya. Padahal, hampir di setiap daerah, orang punya cerita unik tentang teh yang mereka kenal dan minum setiap hari.
Di Lampung misalnya, daerah yang lebih terkenal dengan hamparan kebun kopinya - mencari teh lokal bukan perkara mudah. Sulit rasanya mencari teh khas Lampung.Â