Mohon tunggu...
Disisi Saidi Fatah
Disisi Saidi Fatah Mohon Tunggu... Blogger

Cendekia Al Azzam - Suka mengabadikan perjalanan melalui tulisan untuk dikenang di kemudian hari | Suka Buku dan Film

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Siapa Bilang Jadi Bapak Rumah Tangga Itu Memalukan?

9 Oktober 2025   21:03 Diperbarui: 11 Oktober 2025   18:31 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebahagiaan sederhana seorang ayah yang menikmati waktu bersama anak di rumah. Simbol peran baru pria modern. (Sumber: Freepik.)

Yang penting, saya tetap harus punya penghasilan sendiri. Sekecil apa pun itu, yang penting halal dan cukup untuk menutupi kebutuhan pribadi. Bagi saya, bukan soal besar kecilnya uang, tapi soal kemandirian dan tanggung jawab terhadap diri sendiri.

Toh, dalam rumah tangga, semua tanggung jawab mestinya dibagi. Urusan rumah bukan tugas istri. Urusan nafkah bukan tugas suami semata. Itu semua adalah tugas bersama. Kalau suami dan istri bisa saling melengkapi, saling dukung, saling bantu, bukankah itu esensi dari pernikahan?

Bayangkan kalau di rumah, semua bisa dikerjakan bareng. Suami masak, istri nyetrika. Anak-anak ikut bantu beresin meja. Semua berperan, semua merasa punya andil. Rumah bukan sekadar tempat tinggal, tapi jadi ruang penuh cinta, kolaborasi, dan saling menghargai.

Masalahnya, kita sering terjebak pada pola pikir lama: laki-laki harus bekerja di luar rumah, perempuan harus mengurus rumah. Padahal, yang ideal itu adalah keseimbangan. Dunia tidak lagi sama seperti dulu. Banyak perempuan sekarang jadi tulang punggung keluarga, dan banyak laki-laki yang memilih bekerja dari rumah tanpa kehilangan rasa tanggung jawabnya.

Jadi, kalau suatu hari nanti saya harus resign dan jadi bapak rumah tangga, saya siap. Saya tidak akan merasa rendah diri atau malu. Saya tidak butuh validasi dari omongan orang. Karena yang tahu betul makna perjuangan dan kebahagiaan rumah tangga hanyalah orang-orang di dalam rumah itu sendiri, bukan mereka yang cuma bisa menilai dari luar pagar.

Bagi saya, keberanian sejati seorang laki-laki bukan diukur dari seberapa besar gajinya, tapi dari seberapa besar hatinya untuk menghadapi hidup dengan cara yang jujur, mandiri, dan penuh tanggung jawab. Termasuk ketika ia memilih jalan yang tidak biasa - menjadi bapak rumah tangga yang tetap produktif, tetap punya nilai, dan tetap berharga.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun