Pola pikir negatif adalah belenggu yang tak kasat mata. Dan film ini membongkar belenggu itu dengan lembut tapi tegas. Ia menyampaikan bahwa keberhasilan bukan milik orang-orang hebat, tapi milik mereka yang bersedia terus mencoba, meski berkali-kali jatuh.
Meski dibalut dalam konteks pesantren dan penuntut ilmu agama, Sang Motivator sebetulnya relevan untuk siapa pun. Pelajar, pekerja, orang tua, bahkan kita yang tengah berjuang diam-diam dari balik layar ponsel. Siapa saja yang pernah merasa lelah, ragu, dan ingin berhenti.
Dan meski film ini berdurasi pendek, dampaknya bisa panjang. Ia mengajak kita untuk bertanya ulang: “Apa yang menghalangi kita selama ini? Benarkah tantangannya terlalu besar, atau justru karena kita terlalu cepat menyerah?”
Di masa ketika motivasi sering terasa kosong atau sekadar jualan semangat, Sang Motivator hadir dengan cara yang jujur. Tidak menggertak, tidak menghakimi. Tapi juga tidak membiarkan kita tenggelam dalam keputusasaan.
Ia seperti teman lama yang datang membawa nasihat tanpa suara tinggi: Kamu bisa. Tapi kamu harus percaya dulu. Lalu jalanlah, walau pelan.
Dan di tengah dunia yang makin bising, sapaan seperti ini justru yang paling menenangkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI