-- Refleksi dari Kajian Habib Segaf Baharun
Oleh: Cendekia Alazzam
"Al-Qur'an bukan hanya memberikan jawaban, tetapi juga menjadi "obat" bagi jiwa yang sakit, gundah, atau kehilangan arah."
    Dalam sebuah kajian daring yang penuh makna disampaikan oleh Al Habib Segaf Baharun, Rektor Universitas Islam Internasional Darullughah Wadda'wah (UII Dalwa), tersampaikan pesan penting yang menegaskan keagungan dan kekuatan Al-Qur'an sebagai kitab suci yang tidak pernah berubah dan dijaga keasliannya langsung oleh Allah SWT. Kajian ini membuka mata hati banyak pendengar bahwa Al-Qur'an bukan sekadar bacaan, melainkan fondasi hidup bagi seorang muslim sejati.
Habib Segaf menjelaskan bahwa Al-Qur'an memuat berbagai elemen kehidupan yang utuh: mulai dari cerita sejarah, hukum-hukum kehidupan, hingga hikmah dan nasihat yang dapat diterapkan untuk membentuk masyarakat yang adil dan individu yang bahagia. Kepatuhan terhadap isi Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah SAW dijelaskan sebagai jalan utama untuk meraih keberuntungan dalam kehidupan sosial maupun spiritual.
Al-Qur'an Sebagai Benteng Jiwa
Dalam kajian subuh tersebut, beliau menegaskan bahwa Al-Qur'an adalah benteng spiritual yang melindungi manusia dari malapetaka batin dan dunia. "Ia bukan hanya memberikan jawaban, tetapi juga menjadi "obat" bagi jiwa yang sakit, gundah, atau kehilangan arah." tutur Habib Segaf dihadapan jamaah subuh. - Membaca dan memahami Al-Qur'an bukan hanya kewajiban saat Ramadhan, tetapi harus menjadi amalan harian yang konsisten, agar cahayanya selalu menerangi kehidupan.
Dalam kajian tersebut, ditampilkan pula sebuah kisah nyata yang menggetarkan hati: seorang mualaf, mantan selebgram terkenal, menangis tersungkur karena terharu saat pertama kali membaca Al-Qur'an. Ia merasa seakan menemukan cahaya sejati dan jawaban hidup yang selama ini hilang. Kisah ini menjadi bukti kekuatan Al-Qur'an dalam menyentuh fitrah dan menggugah jiwa, betapa kalam Allah mampu mengubah seseorang secara total dari dalam.
Menyatu dengan Akhlak Al-Qur'an
Habib Segaf juga menekankan bahwa akhlak Rasulullah SAW adalah perwujudan nyata dari Al-Qur'an. Maka siapa pun yang ingin meneladani Nabi, harus mulai dengan menyatu dan hidup bersama Al-Qur'an. Dari sinilah lahir kepribadian yang mulia, kasih sayang, dan kearifan dalam bersikap - nilai-nilai yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan modern.
Dalam bagian lain kajian, Habib Segaf menyinggung tentang mukjizat keabadian Al-Qur'an, yang tetap relevan dari zaman ke zaman. Namun, menjelang akhir zaman, akan terjadi ujian besar berupa hilangnya tulisan Al-Qur'an dari mushaf dan hafalan. Peristiwa ini menjadi peringatan agar umat Islam memperkuat cintanya kepada Al-Qur'an sejak dini, bukan hanya sebagai bacaan, tapi sebagai gaya hidup dan prinsip utama dalam menghadapi tantangan zaman.
Kajian ini menyadarkan kita bahwa Al-Qur'an adalah cahaya hidup, pedoman yang tidak hanya dibaca tetapi harus dipahami, dicintai, dan diamalkan setiap saat. Dalam dunia yang penuh tantangan dan tipu daya, menyatu dengan Al-Qur'an adalah jalan menuju keselamatan dunia dan akhirat.
Habib Segaf Baharun, putra dari pendiri Pondok Pesantren Darullughah Wadda'wah (Dalwa) Bangil, Pasuruan, bukan hanya menyampaikan kajian yang dalam, tetapi juga menghidupkan kembali kesadaran pentingnya hubungan personal dan emosional seorang muslim dengan Al-Qur'an. Kini saatnya kita bertanya pada diri sendiri: sudahkah Al-Qur'an benar-benar menjadi teman setia kita dalam setiap langkah kehidupan?