Hari raya menjadi momen bersama untuk keluarga, karena di waktu-waktu biasa terkadang sulit untuk duduk bersama, terlebih menikmati waktu makan bersama. Bahkan, di saat ramadan masih banyak yang tidak bisa menikmati kesempatan indah semacam ini. Oleh karenanya, di saat lebaran beragam makanan disajikan, memenuhi meja makan.
Biasanya, opor ayam menjadi makanan khas yang wajib berada di atas meja makan. Sebab, keluarga banyak yang tidak makan daging, itu pun ada beberapa anggota keluarga yang masih nggak makan ayam. Jadi, ketika hari raya mereka hanya menikmati kuah dari pada opor itu sendiri, untuk lauknya mereka masak sesuai dengan apa yang diminati. Meski begitu, kehangatan dan kebersamaan tetap terjalin dengan indah.
Namun, tahun ini sangat berbeda dengan lebaran yang sudah-sudah. Sajian opor ayam tidak tersedia di meja makan keluarga, justru yang terlihat hanyalah soto ayam. Padahal sudah jauh hari beli ayam dan tinggal diolah saja.Â
Saat kutanya mengapa tidak ada opor, rupanya karena waktu yang mepet. Sejak tiga hari menjelang hari raya, dapur rumah memang nggak pernah absen dengan keriuhannya sejak pagi hingga menjelang tengah malam. Ada saja gebrakan yang dilakukan orang-orang utuk menyajikan beragam menu hidangan lebaran.
Kendati demikian, soto ayam tetap menjadi pelengkap menu bersama keluarga tercinta. Makan bersama di hari raya terjalin penuh kerukunan dan kehangatan, momen yang sangat jarang terjadi ini memberi kesan mendalam.
Bahkan, ketika sanak saudara datang bersilaturahmi pun soto ayam menjadi teman santap ketupat dan sekubal (makanan khas Lampung yang terbuat dari ketan), apalagi dinikmati dengan sambal kentang balado, duh makin maknyus. Percakapan antar sesama tidak akan terasa membosankan jika ditemani oleh mereka sebagai pelengkapnya.
Baca juga: Tiga Hal yang Perlu Dihindari Agar Tidak Merusak Hari Rayamu
Momen lebaran adalah ruang untuk saling berduka cita, saling maaf dan memaafkan, merajut silaturahmi bersama. Oleh karenanya ia tidak boleh dikotori dengan pertengkaran, apalagi hanya karena berbeda hidangan. Tidak apa opor tak tersedia, masih ada soto yang menemani dan memberi kehangatan untuk sesama.
Kita sering lalai bahkan lupa, bahwa esensi hari raya bukan perihal hidangan apa yang disajikan, bukan pula tentang seberapa banyak jumlahnya dan seberapa mahal harganya. Melainkan, bersihnya hati untuk saling menerima dan memaafkan kesalahan antar sesama dan kembali menjaga hati agar tetap bersih sebagaimana fitrah yang telah kita dapatkan dari sepanjang perjalanan ramadan.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!