Mohon tunggu...
Jefri Suprapto Panjaitan
Jefri Suprapto Panjaitan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

pecandu kenangan, penikmat masalalu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Undangan Dua Pohon Beringin di Malam Minggu

17 Januari 2023   14:18 Diperbarui: 6 Maret 2024   11:53 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pohon beringin. (sumber: pixabay.com/Dona Omanoff)

Dua buah pohon beringin tegap bersanding bagaikan panglima perang istana yang menuju medan pertempuran. 

Tubuh kekar dan tinggi menjulang langit cukup memberikan keberanian kepada para prajuritnya untuk mengangkat pedang dan tameng baja di kedua tangannya. 

Rimbun daunnya yang sesekali bergoyang tertiup angin, seperti gemuruh prajurit mempersembahkan kemenangan kepada tuannya. Memang pantas menang, daunnya saja tidak mengijinkan sedikit pun cahaya menyentuh tanah berumput jarang tempat ia berpijak.

Dua pohon rindang yang hanya bejarak beberapa meter itu, membentangkan lorong yang tidak telalu panjang, namun cukup menjanjikan harapan yang meraup banyak kepercayaan orang-orang yang merindukan jodohnya. 

Sepasang kekasih dengan penutup mata yang berhasil melangkahkan kaki melewati lorong dari titik yang ditentukan ke titik satunya lagi, diyakini akan berjodoh dikemudian hari. 

Tak tau sudah berapa pasang kekasih yang dijodohkan oleh pohon itu. Namun yang pasti, daun pohon yang tak bercelah itu sudah menjadi kepercayaan sampai sekarang.

Malam pun tiba, tak butuh waktu lama lapangan dengan rumput jarang tempat 2 pohon gagah itu berpijak ramai diperebutkan orang-orang. Kerumunan yang membentuk kelompok kecil maupun sedang, terlihat menguasai lapangan kosong itu. 

Orang-orang yang terlambat datang terlihat celingak-celinguk dengan mata penuh harapan, berharap bisa mendapatkan tempat untuk kelompoknya bisa duduk mengikuti upacara yang setiap malam minggu itu dilaksanakan. 

Tentunya bukan dengan tangan kosong, masing-masing dari mereka membawa makanan yang mungkin akan diserahkan sebagai ucapan syukur karena panglima telah memenangkan perang. 

Mereka mengerumuni panglima perang itu, seakan ikut merayakan perang yang telah mereka menangkan, Meskipun dengan cara yang berbeda-beda.

Saya bersama satu teman pun ikut mencoba bergabung dengan kerumunan itu, tak lupa juga saya membawa makanan yang dihidangkan banyak pedagang di pintu gerbang sampai sekeliling lapangan. 

Duduk tanpa alas mengelilingi 2 pohon rindang beratapkan cahaya rembulan memang cukup menyenangkan. Seketika saya menyadari bahwa banyak dari kami datang bukan untuk mengikuti upacara kemenangan lagi, tetapi hanya ingin melihat upacara itu.

Tak lama setelah duduk, terlihat dari jauh seorang laki-laki dewasa mengenakan kaos oblong dan celana pendek yang sudah mulai memudar warnanya dengan gerobak dagangan nya menghampiri tetangga kelompok kami.

"Kalian kalau mau pulang dari sini, jangan lupa bawa sampah nya juga. Karena saya sudah sering pantau kelakuan kalian"

"Iya, Pak."  Dengan kepala tertunduk dan kelihatan sedikit malu

Setelah selesai menegur, langkah kaki laki-laki itu mulai mendekat kearah kami.

"Nanti kalian jangan lupa bawa sampah nya ya." Dengan nada lembut

"Iya pak." Sahut saya.

Kemudian saya sejenak berpikir, ternyata makanan yang mereka bawa tidak untuk dipersembahkan kepada sang panglima perang yang gagah itu. Sedikitpun mereka tidak menghargai panglima itu.

Tak berselang lama, seorang perempuan tua berpakaian lusuh dengan tongkat ditangan kanannya dan aqua gelas kosong yang berisi uang receh datang menghampiri aku dan teman ku. Sontak teman ku merogoh kantong celananya, mengambil uang 2 ribu dan memasukkannya kedalam aqua gelas kosong yang dipegangan si nenek.

"Terimakasih, Nak, semoga panjang umur dan sehat selalu. Semoga suatu saat sukses."

"Iya sama-sama Nek." ucap teman saya.

Saya berpikir kembali, ternyata kedua pohon beringin rindang ini bukan hanya tempat untuk sepasang kekasih yang berharap bisa berjodoh. Dengan modal 2 ribu kita bisa mendapatkan doa baik dari orang lain. 

Meskipun awalnya saya kasihan melihat perempuan berumur masih berkeliaran sampai larut malam ditengah-tengah penikmat malam minggu. Tapi itulah keistimewaan tempat yang berada di kota istimewa ini juga.

Setelah si nenek menjauhkan langkahnya dari kelompok kami menuju kelompok lain untuk sekedar memberikan doa baik ke semua kelompok di tempat istimewa itu, tak lama kemudian terdengar suara petikan gitar dari sebelah kanan kami. Mungkin itu sekelompok orang yang ingin menebarkan kebaikan juga seperti nenek tadi melalui musik. 

Lagu yang berbahasa Jawa dinyanyikan mengiringi obrolan kami yang sedikit harus mengeraskan suara agar terdengar satu sama lain selama beberapa menit. 

Setelah satu lagu selesai dikumandangkan, vokalis band keliling itu, menghampiri kami dan beberapa kelompok yang mungkin mendengarkan suara mereka. 

Dengan sopan, ia menjulurkan kantong plastik hitam dengan tangan kanannya. Beberapa orang langsung merogoh kantong dan memasukan bentuk terimakasih karena telah dihibur beberapa menit. 

Saya juga mengikuti orang-orang yang merogoh kantongnya, dan memasukkan 2 ribu ke kantong plastik hitam penuh harapan itu.

Kembali lagi saya berpikir, ternyata pohon ini tidak hanya untuk sepasang kekasih yang berharap berjodoh dan untuk mendapatkan doa baik dengan modal 2 ribu. 

Ternyata pohon ini juga memberikan keringanan kepada mereka yang butuh hiburan, dengan modal 2 ribu bisa mendengarkan musik yang cukup menghibur.

Sampai pada penghujung malam, tempat istimewa di kota istimewa ini bukan menjadi sepi, malah menjadi semakin ramai. Mungkin saja tamu undangan sesi kedua sudah mulai berdatangan. 

Kami bergegas pergi dari tempat itu dan tak lupa membawa sampah karena itu memang sebuah keharusan bukan karena pesan dari laki-laki tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun