Dalam dunia kerja yang serba cepat dan penuh tekanan, seringkali kita merasa kewalahan. Deadline yang menumpuk, konflik dengan rekan kerja, atau target yang seolah tak terjangkau bisa membuat stres menumpuk. Nah, di sinilah stoikisme bisa menjadi "tameng" kita. Filosofi kuno ini mengajarkan kita untuk fokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan, dan melepaskan diri dari hal-hal yang di luar kendali. Bayangkan betapa leganya jika kita bisa mengurangi kekhawatiran yang sebenarnya tidak perlu?
Tapi, bagaimana cara menerapkan stoikisme di tempat kerja? Pertama, mulailah dengan membedakan antara apa yang bisa dan tidak bisa kita ubah. Misalnya, kita tidak bisa mengontrol sikap rekan kerja, tapi kita bisa mengontrol cara kita meresponsnya. Dengan fokus pada tindakan dan pikiran kita sendiri, kita bisa mengurangi stres dan meningkatkan produktivitas. Ingat, energi kita terbatas---gunakanlah untuk hal-hal yang benar-benar penting.
Selain itu, stoikisme juga mengajarkan kita untuk menerima kegagalan sebagai bagian dari proses. Alih-alih frustasi saat proyek tidak berjalan sesuai rencana, cobalah melihatnya sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh. Filosofi ini mengingatkan kita bahwa kegagalan bukanlah akhir, melainkan batu loncatan menuju kesuksesan. Dengan mindset ini, kita bisa lebih resilien dan siap menghadapi tantangan apa pun.
Terakhir, stoikisme mengajarkan kita untuk selalu bersyukur. Meski pekerjaan terasa berat, cobalah untuk melihat sisi positifnya. Apakah kita belajar hal baru? Apakah kita memiliki tim yang solid? Dengan mengapresiasi hal-hal kecil, kita bisa menemukan makna dan kebahagiaan dalam rutinitas sehari-hari. Jadi, siap mencoba stoikisme untuk work-life balance yang lebih baik? Yuk, mulai praktikkan hari ini!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI