Mohon tunggu...
Coach Pramudianto
Coach Pramudianto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Human Idea Practitioner

Mentransformasi cara berpikir untuk menemukan kebahagiaan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Joyful Learning Movement

22 Januari 2022   10:12 Diperbarui: 22 Januari 2022   10:21 2821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: image google di desain ulang dengan canva

JOYFUL LEARNING MOVEMENT

Dr. Pramudianto (Inspiring Coach)

Pada Sabtu, 15 Januari 2022 saya memimpin pembekalan para tenaga pendidik dan kependidikan di Tawangmangu. Saya bertanya kepada peserta, "apa yang Anda inginkan atau harapkan terhadap Kepala Sekolah?" Jawabannya beraneka raga, antara lain harus memberi teladan, disiplin, berani melakukan transformasi, tegas dan yang lain. Kepala Sekolah saat itu hadir dan tetap tersenyum. 

Saya yakin itu sebagai umpan balik yang positip bagi dirinya. Lantas saya kembali mengatakan kepada peserta, "jika hari ini Anda saya lantik menjadi Kepala Sekolah, apa yang Anda lakukan?" Seorang GURU milenial/zelenial mengatakan "Saya PENSIUNKAN guru generasi old". 

Sebagian terperanjat, sebagian tertawa dan pernyataan itu persis hasil survey lembaga international yang mengatakan "jika generasi old tidak mau menyelaraskan diri dengan generasi sekarang, lebih baik di PHK saja, karena akan menjadi beban perusahaan/lembaga".

Apa yang menjadi alasan secara spontan mengatakan PENSIUNKAN saja? Ada beberapa faktor yaitu antara lain selama pandemi mereka menjadi beban, selalu minta diajari teknologi dan pembelajarannya tidak beranjak (sangat merepotkan/menyebalkan), pembelajaran harusnya berkolaboratif sehingga siswa tidak perlu banyak tugas, namun mereka masih menerapkan pembelajaran "jadul", diajak untuk membangun ekosistem pembelajaran yang menyenangkan tidak bersedia, alasannnya begini saja sudah cukup ngapain berubah, toh bentar lagi pensiun. 

Mereka diajak aktif berkomunikasi susah, maunya jika ketemu hanya menasihati. Pembelajaran selalu menggunakan pola "punishment" bukan mengapresiasi apa yang sudah dikerjakan siswa dan melakukan pendekatan secara pribadi. 

Diajak berubah agar berperan sebagai "coach" katanya malas, sebuah proses penyelesaian masalah yang lama mending anak salah pindahkan sekolah saja. Pada intinya diajak berubah ke arah yang baru dan transformatif tidak bersedia.

Apa yang harus dilakukan selain mereka di PENSIUNKAN?

Joyful Learning menurut Alice Udvari-Solner and Paula M. Kluth dalam buku "Joyful Learning: Active and Collaborative Strategies for Inclusive Classrooms (2007)" mendefinisikan sebagai: "Pembelajaran yang menyenangkan berarti keadaan intelektual dan emosional siswa yang positif. Keadaan atau pengalaman ini adalah dicapai ketika individu atau kelompok memperoleh kesenangan dan kepuasan dari proses tersebut.

Pembelajaran yang menyenangkan adalah cara belajar di mana peserta didik diberi kesempatan untuk mengalami emosi kejutan yang menyenangkan, memupuk rasa ingin tahu mereka, sambil berinteraksi dengan konten yang bermakna melalui dukungan komunitas teman sekelas  dan guru. 

Kelas yang menyenangkan melibatkan peserta didik secara aktif, menanamkan semangat dan kegembiraan melalui kegiatan berupa permainan, cerita, permainan peran, teka-teki, kegiatan langsung, lagu dan tarian (harus disesuaikan dengan usianya, karena selingan apapun antara mata pelajaran satu ke mata pelajaran yang lain bisa berdampak siswa mengalami kesulitan fokus, karena pengembalian fokus pada obyek tertentu membutuhkan waktu antara 5-10 menit. 

Misalnya Anda sedang serius membaca atau belajar, tiba-tiba ada dering telpon atau suara chat masuk dan Anda meresponnya. Setelah selesai merespon, Anda membutuhkan waktu 5-10 menit kembali fokus pada bacaan/pembelajaran).

Pembelajaran yang unggul terjadi ketika pengalaman kelas menyenangkan dan relevan bagi siswa, dengan memastikan bahwa semua mata pelajaran terintegrasi dengan cara mendorong peserta didik untuk membangun koneksi dengan dunia nyata. 

Itu berarti, upaya untuk memicu keingintahuan peserta didik, memberikan ekspresi kreativitas mereka, dorongan mereka untuk menyerap nilai-nilai dan membangun karakter, bentuk hubungan yang bermakna melalui kolaborasi, sehingga membuat pembelajaran menjadi otentik dan bermakna. 

Namun, tujuan yang lebih luas dari semua inisiatif ini, efektif hanya jika mereka berhasil menenun unsur kegembiraan menjadi pengalaman belajar. Pembelajaran yang menyenangkan membawa kilau di mata siswa dan menggairahkan serta memberdayakan mereka untuk terlibat dengan pengalaman belajar yang menyenangkan. 

Hormon yang membuat manusia bahagia adalah "Dopamines". Dia lahir karena seseorang berprestasi dan diakui atau ada penghargaan oleh komunitasnya. Guru memiliki peran penting untuk mengapresiasi setiap peserta didik dengan segala keunikannya.

Sebagian besar generasi old sulit melakukan transformasi diri, padahal pembelajaran yang menyenangkan berawal dari cara berpikir guru. Cara berpikir yang fix tidak bisa membangun suasana pembelajaran yang menyenangkan karena fokusnya pada dirinya sendiri, padahal Joyful Learning pusatnya pada siswa, maka guru harus memiliki growth mindset. Generasi old masih mempunyai pilihan selain di PENSIUNKAN, yaitu melakukan tahapan perubahan sebagai berikut:

1. Awareness (membangun kesadaran)

Kesadaran bahwa dirinya berada dalam kondisi fix mindset, kesadaran bahwa lingkungannya berubah sehingga untuk bisa berselancar dalam perubahan harus menumbuhkan sikap heartset (sesuatu yang menggetarkan dan mendorong Anda berempati dan bertindak dengan antusias), mindset (berfokus bagaimana memahami, memandang, melihat dunia sekitar kita dan meresponnya), toolset (tindakan yang selalu diperbaharui berdasarkan pada pengetahuan dan pemahaman yang terbuka) dan skillset (sekelompok perangkat yang kita gunakan untuk menyelesaikan pekerjaan mencakup: sistem, model, teknik yang mampu menciptakan nilai tambah).

2. Transform Your Mind

Proses menumbuhkan kesadaran harus diawali dengan UNLEARN, yaitu menganggap diri kita "tak tahu semuanya". Survive dari disrupsi itu bukanlah  semata masalah teknologi digital atau inovasi model bisnis.  Yang terpenting justru adalah masalah mindset. Yaitu mindset yang menganggap bahwa kita telah "tahu semuanya". 

Ketika kita sudah merasa tahu semuanya maka semakin sulit pula kita menanggalkannya.  Mindset "tahu semuanya" telah membutakan mata, hati, dan pikiran kita mengenai hal baru yang tidak kita ketahui.  

Di tengah disrupsi, mindset yang diperlukan bukanlah "tahu semuanya", tapi justru sebaliknya "tak tahu semuanya". Kita tak cukup sebatas LEARNING tapi juga UNLEARNING yaitu mengosongkan hal-hal usang yang selama berpuluh tahun kita ketahui dan kita yakini kebenarannya. Unlearning akan mengosongkan isi pikiran kita sebersih mungkin sebersih kanvas kosong.

3. Goal/Desire

Pertanyaan Alice kepada Kucing, "aku harus memilih jalan yang mana?" jawab kucing "Alice kamu emangnya mau kemana?". Alice mengatakan "Nggak tahu, kemana aja". Maka kucing menjawabnya "jika kamu tidak memiliki tujuan, maka jalan mana pun yang akan kamu tempuh sama saja.". 

Ketika seseorang sudah memiliki kesadaran dan meninggalkan semua hal untuk berani belajar lagi, maka dalam pembelajaran tersebut harus tahu "tujuannya". 

Pertanyaan yang penting adalah "apa tujuanmu?" kemudian "apa yang membuat hal itu penting bagi hidupmu?" dan "apa ukuran keberhasilan yang kamu harapkan?". Hal ini penting, agar pikiran kita kembali menenun perjalanan hidup yang baru.

4. Change Your Habits

Tujuan menjadi tanda tercapainya suatu perjalanan, oleh karena itu diperlukan langkah tindakan. Langkah tindakan yang konsisten akan mengubah hidup dan mencapai tujuan. 

Mengubah habit, dimulai dari hal sederhana yaitu dengan "bertanya" pada diri sendiri (apa yang membuat diriku berubah lebih baik?). Bertanya dengan pertayaan yang memantik dan berdampak pada perubahan cara berpikir dan bertindak. 

Misalnya membangun kebiasaan baru membaca satu buku perbulan dengan tuntas, (ada ungkapan "keystone habit" yaitu Anda cukup memulai membangun one key habit; lalu pelan-pelan, maka habit baik ini akan membentuk habit lain dalam hidup Anda). 

Lakukan habit baru itu pada waktu yang sama, kemudian cantolkan pada habit lama Anda supaya mudah mengingatnya dan pilihlah teman yang good habit. Air melubangi saluran untuk dialiri, semakin lebar dan dalam, sampai alirannya terhenti. Ketika mengalir lagi, ditelusurinya kembali jalur yang ia telah buat sendiri (charles duhigg).

Orang fix mindset yaitu orang yang sudah tidak mau berpikir, hidupnya sekadar mengulang apa yang diingat, oleh karena itu untuk menjadi growth mindset maka pikirannya perlu dipantik lagi dengan pertanyaan yang berdaya (powerful questioning). 

Melalui pertanyaan-pertanyaan berdaya itulah maka orang tersebut akan terbiasa berpikir kembali, secara perlahan terus berpikir dan mengubah diri. Cara memantik hanya menggunakan teknik "COACHING".

Coaching merupakan elemen mendasar dalam proses perubahan. Coaching adalah jawaban atas evolusi learning masa depan, berbeda dengan training, mentoring, advisory, dan consulting yang bersifat outside-in alias menginduksi pengetahuan dari luar ke dalam, yang mana walaupun konsepnya keren, tapi sering konteksnya minim. 

Coaching sebaliknya, konsepnya sederhana tetapi sangat kontekstual dengan situasi klien. Karena coaching tidak bersifat induksi, tetapi edukasi alias inside-out, pembelajaran otonomi yang bertumbuh dari dalam ke luar, ada yang menyebutnya coaching adalah "the lost art of work and life".

Keempat tahapan itu saya sebut PASSION (passionem) atau Suffering (enduring) artinya tahan terhadap tekanan. Setelah orang menjalani ke empat tahap tersebut pasti SUCCESS, artinya generasi old masih memiliki kesempatan untuk tidak DIPENSIUNKAN oleh generasi milenial atau zelenial, jika mau berubah.  Perubahan itu akan berdampak pada JOYFUL LEARNING di setiap pembelajaran, di mana pun (online, onsite) dan kapan pun. Bahagia itu ada dalam pikiran kita.

JLM: https://www.youtube.com/watch?v=f8FqZzq4K3o&ab_channel=CoachPramudianto

DR. PRAMUDIANTO

Inspiring Coach & HR ExpertFounder & CVO Human Idea

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun