Mohon tunggu...
CLICKompasiana
CLICKompasiana Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas commuter Line

Akun Resmi CommuterLine Community of Kompasiana. Akun ClicK lainnya: https://www.instagram.com/clickompasiana/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kopi Lumbung Mataram dan Sejarah yang Terkait

22 Maret 2023   12:28 Diperbarui: 22 Maret 2023   20:46 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kopi Lumbung Mataram (dok.click)

Beberapa waktu lalu, Clickompasiana mengadakan event Click Goes to Jogja. Banyak pengalaman seru yang kami dapatkan. Tapi terutama kebahagiaan karena bertemu dan bersilaturahmi dengan teman-teman yang berasal dari berbagai kota.

Dari Jabodetabek empat orang, termasuk admin Muthiah Alhasany.  Bergabung pula teman-teman dari Semarang, Kudus, Jogjakarta dan Solo. Total ada 11 orang. Namun yang bisa tinggal di homestay hanya delapan orang, sesuai kapasitas. 

Tanggal 8 Maret semua sudah berkumpul di homestay yang letaknya sekitar 3 km dari Malioboro. Setelah silaturahmi dan melepas kangen, kami langsung memulai petualangan di Jogja.

Kopi Lumbung Mataram

Sore menjelang malam, kami meluncur ke kawasan Purbayan, Kotagede, Jogjakarta. Di sini ada kafe cozy, Kopi Lumbung Mataram yang luas dan bernuansa jadul. Nama Kopi Lumbung Mataram ini tentu bukan sembarang nama, tapi berkaitan dengan sejarah.

Untuk yang belum tahu atau kurang  mengenal sejarah, Kotagede adalah ibukota pertama kerajaan Mataram. Kerajaan Mataram didirikan oleh Panembahan Senopati. Di Kotagede ada peninggalan yang masih terawat dengan baik. 

Salah satunya adalah Masjid Gedhe Mataram, yang didirikan pada abad 15. Bangunan kuno dengan dominasi ornamen kayu yang masih kokoh hingga sekarang. Saat salat di masjid ini, terasa hati tenteram, adem ayem. Suasana yang melangut karena sekitar masjid banyak pohon besar yang rindang.

Di sebelah masjid ada area pemakaman raja-raja Mataram. Di sinilah terdapat makam Panembahan Senopati, yang dikelilingi dinding tinggi. Namun masuk ke tempat ini, harus menggunakan beskap atau baju tradisional Jawa. Perempuan harus menggunakan kemben atau kebaya. 

Selain itu ada pemandian, baik untuk putra dan putri dalam lingkungan keraton. Bahkan ada sumur yang dianggap keramat, pengunjung membasuh mukanya dengan air sumur tersebut. 

Gambar Ki Juru Martani (dok.nusantarajawa)
Gambar Ki Juru Martani (dok.nusantarajawa)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun