Mohon tunggu...
Claudia Magany
Claudia Magany Mohon Tunggu... Lainnya - Freelance

Mantan lifter putri pertama Indonesia, merantau di Italia +15 tahun, pengamat yang suka seni dan kreatif!

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Belajar dari Cara Italia dalam Melestarikan Ekosistem Lingkungan

11 April 2021   06:00 Diperbarui: 11 April 2021   17:00 1173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Italia - Pemandangan Via dell Acquedotto di Jalan Via Appia di Perugia, Umbria, Italia.(SHUTTERSTOCK / ARTMEDIAFACTORY)

Beberapa minggu lalu, berturut-turut saya membahas tentang sampah-sampah di Italia. Mulai dari sampah basah (organik) rumah tangga, sampah kering dan sampah yang bisa didaur ulang, sampai sampah-sampah di tempat umum. 

Saya juga membahas sepintas tentang sampah ranting dari pohon pekarangan yang setiap kali dipungut biaya angkut. Sebab itu, banyak keluarga yang cenderung memilih tinggal di apartemen (condominium) sebab biaya ini bisa ditanggung bersama dengan penghuni lainnya.

Kondominium dengan jumlah rumah minimal 10 unit, biasanya membayar jasa administratur yang tugasnya mengatur anggaran penghuni untuk urusan bersama. Misalnya kalau ada kerusakan di bangunan seperti pagar tidak berfungsi, bohlam mati, kebersihan internal, seperti tangga, koridor dan perawatan taman (pekarangan), dan lain sebagainya. 

Jumlah biaya anggaran, diukur dari luas masing-masing rumah. Jadi tidak sama satu dengan yang lain. Dibayar bulanan, bisa juga diangsur 3-4 kali setahun.

Ukuran rumah kami termasuk kecil, jadi uang administrasi kami sekitar 450 Euro per tahun. Tetangga lain yang ukuran rumah agak besar, ada yang 650 Euro, 800 v, bahkan 1200-1500 Euro per tahun. 

Biaya ini termasuk membersihkan internal bangunan 2 lantai, seminggu sekali; total 48 kali setahun serta taman dalam lingkungan gedung, antara 2-4 kali setahun.

Seingat saya, setiap tahun mereka menebang pucuk pohon alloro (salam), magnolia dan beberapa pohon perdu lainnya. Sementara 2 pohon cemara dibiarkan menjulang tinggi. Hanya cabang di bagian bawah yang mereka tebang. 

Ah, cerita tebang pohon, saya jadi ingat pertanyaan teman di Jakarta yang baru-baru ini kesulitan mencari jasa penebang pohon.

Zaman dulu ayah saya juga menanam pohon mangga di pojok halaman. Saya sering sekali memanjat, apalagi kalau sudah musim buah. Karena pohon ini ikut menyangga tiang listrik, akhirnya ditebang karena cukup berbahaya. Sehabis hujan, banyak yang tersetrum saat menyentuh pohon basah ini secara tak sengaja.

Dulu tenaga penebang pohon dengan mudah bisa kita jumpai. Sama seperti penggali sumur, mereka keliling dari gang ke gang, kampung ke kampung. Kalau penebang biasanya membawa golok di pinggang, sementara penggali sumur memanggul cangkul di bahu. 

Keduanya sama-sama membawa tali. Ah, saya jadi ingat tukang-tukang penjual jasa lainnya yang pernah berjaya dan berjasa pada masa itu. Maka saat menebang pohon mangga, kami masih memakai jasa mereka.

Seiring berjalannya tempo, pohon tetap tumbuh bahkan bisa melewati ketinggian gedung bangunan perumahan berlantai 2 atau 3 di Jakarta. Tetapi jasa penebang pohon rupanya ikut tergusur oleh jaman dan teknologi. 

Alhasil, pertanyaan teman saya sampai hari ini belum terpecahkan, alias pohonnya tetap menjulang tinggi. Ternyata zaman dulu para kakek moyang Italiani juga punya keahlian menebang pohon secara manual.

Namun sekarang, semua serba listrik dan pakai tenaga profesional. Ada yang pakai "gru" dan ada pula yang pakai kendaraan model pemadam dengan tangga susun berlipat. Ada juga yang membayar pemanjat tebing profesional untuk menebang pohon. 

Hitung-hitung, sambil latihan naik turun dengan tambang, mereka dapat bayaran! Untuk pohon perdu, masih bisa pakai tangga lipat rumahan dan gergaji listrik, tapi sisanya harus pakai jasa profesional, lengkap dengan instrumen mereka.

Jasa penebang profesional, lokasi Oderzo (Foto dok. Pribadi 2021)
Jasa penebang profesional, lokasi Oderzo (Foto dok. Pribadi 2021)
Setiap rumah, setiap apartemen (kondominium) harus mempertanggung jawabkan pohon yang tumbuh di halaman rumah mereka. 

Cuaca ekstrem seperti angin puting beliung yang terjadi akhir-akhir ini, sering kali menumbangkan pohon, baik di pemukiman maupun tepi jalan raya. Tak jarang ikut memakan korban harta yang cukup besar bahkan korban nyawa. 

Untuk pohon-pohon peneduh di sepanjang jalan, semua adalah tanggung jawab comune (pemda) setempat. Mereka juga harus kontrol kondisi fisik setiap pohon. 

Kalau ada pohon yang sakit, biasanya mereka obati sebelum kronis. Tapi kalau sumbernya dari akar dan bisa menyebarkan parasit atau virus ke pohon lain, mereka langsung menebangnya. 

Tentu dengan selembar catatan terbuka kepada masyarakat. Dengan kata lain, pohon yang ditanam adalah milik masyarakat, sebab itu tidak sembarangan mereka menebang, jadi harus ada penjelasan akurat.

Setiap pohon yang ditanam di sepanjang tepi jalan, mempunyai nomor. Kalau ada proyek penanaman pohon seperti baru-baru ini program 100 pohon untuk Oderzo, maka nomor datanya ikut diperbaharui. 

Program tersebut merupakan usaha penghijauan kota walau secara lingkungan, Oderzo sudah termasuk kota hijau. Namun regenerasi pohon tetap diupayakan secara berkala agar tetap berkesinambungan.

Program 100 pohon untuk Oderzo (Foto dok. Pribadi 2021)
Program 100 pohon untuk Oderzo (Foto dok. Pribadi 2021)
Saat musim dingin, bisa terlihat sarang-sarang burung yang tersusun secara alami di antara cabang dan ranting pohon kering. Biasa juga terlihat wadah makanan burung tergantung di pohon-pohon "comune'"di tanam-taman kota. 

Atau beberapa pekarangan rumah ada juga yang menyediakan wadah makanan burung. Jadi pada pergantian musim, kami bisa menikmati kicau burung yang seolah menyampaikan terima kasih sebab mereka terpelihara dengan baik di alam bebas.

Pada lahan tak berpenghuni, Pemda menanam aneka bunga yang bisa mengundang lebah. Tanaman jenis ini tidak ditanam di taman bermain yang banyak anak-anak demi menjaga kenyamanan mereka; tanpa mengganggu atau diganggu lebah. 

Masyarakat juga dihimbau agar menanam bunga yang bisa mengundang lebah agar kehidupan mereka tetap terpelihara, tidak punah.

Bisa dikatakan bahwa burung dan lebah dipelihara secara alami. Tupai dibiarkan hidup liar sebab di beberapa ruas jalan ditanam pohon ek (quercia) yang bijinya sangat disukai tupai. 

Landak juga dibiarkan berkembang biak dan berkeliaran di kebun-kebun rumahan karena kehadiran mereka bisa membantu mengurangi serangga.

Di sungai, ikan trout beranak pinak tanpa pernah diganggu. Juga sesekali terlihat kura-kura menyembul dari balik alang-alang, keluar masuk menyusur tepian sungai. 

Bebek serta angsa juga bebas berenang. Bahkan beberapa nutria (berang-berang) terlihat asyik bermain air di sungai. 

Untuk berang-berang, Pemda selalu mengontrol habitat mereka secara ketat untuk menjaga keseimbangan ekosistem.

Angsa liar di sungai Monticano (Foto.dok pribadi)
Angsa liar di sungai Monticano (Foto.dok pribadi)
Di beberapa persimpangan jalan dan tepi pagar bangunan publik, mata saya menangkap plang merah dengan kotak hitam berlubang pintu kecil yang ternyata sarang tikus. 

Mungkin beberapa kota besar lain di Italia orang-orang masih sering melihat tikus (topo) berkeliaran. Tetapi selama saya tinggal di regione ini dan sempat berpindah-pindah rumah, saya hampir tak pernah melihat binatang ini berkeliaran.

Perangkap tikus yang dikontrol setiap hari (Foto dok. Pribadi 2021)
Perangkap tikus yang dikontrol setiap hari (Foto dok. Pribadi 2021)
Pemberantasan tikus adalah program yang ditangani langsung oleh pemerintah daerah. Baik di tempat umum, maupun di perumahan (atas permintaan warga) sebab rumah-rumah di pertanian, kadang terlihat hewan ini berkeliaran di antara ladang dan got. 

Sebelum menjadi hama dan menguasai kehidupan manusia, pemerintah berusaha mencegah berkembangnya hewan yang bisa menyebarkan penyakit pes. Mungkin hal ini tampak sepele, namun pengaruhnya cukup besar untuk kesehatan dan kenyamanan hidup bersama. 

Mudah-mudahan pengalaman yang bagus dan positif dari Italia, bisa diterapkan di Indonesia. Khususnya untuk membangun ibu kota baru dengan lingkungan yang bersih, sehat dan terawat. Walau Italia bukan negara terbaik nomor satu di Eropa, setidaknya masih ada hal-hal baik yang bisa kita petik!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun