Mohon tunggu...
Citra Dwikasari
Citra Dwikasari Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Open-ended human.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Melirik Sebentar ke Pertemuan Kim Jong Un-Moon Jae In di Tahun 2018

20 Juni 2020   23:32 Diperbarui: 20 Juni 2020   23:37 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un dan Pemimpin Korea Selatan Moon Jae-in saat melaksanakan pertemuan di Panmunjom (sumber: AP)

Korea Utara dan Korea Selatan merupakan dua negara bertetangga di kawasan Asia Timur yang terletak di semenanjung Korea.

Pasca terjadinya Perang Korea pada tahun 1953 yang memisahkan wilayah Korea menjadi Korea Utara dan Korea Selatan, hubungan kedua negara tidak harmonis, hal ini dikarenakan adanya perbedaan kepentingan antara Korea Utara dengan ideologi sosialis atau Ideologi Juche  dengan Korea Selatan dengan  ideologi demokrasi liberal. Perbedaan kepentingan dan ideologi masing -- masing negara menimbulkan hubungan rumit yang mudah terprovokasi sehingga memengaruhi dinamika kestabilan keamanan kawasan di Semenanjung Korea, termasuk di dalamnya terdapat ancaman terhadap kepentingan kedua negara.

Secara historis, pertemuan antara pemimpin Korea Utara dan Korea Selatan terhitung sejak perang Korea tahun 1953 adalah dua kali, yakni pada tahun 2000 dan 2007.

Kemudian, untuk ketiga kalinya, terjadi peristiwa historis kembali diantara pemimpin Korea Utara dan Korea Selatan pada tahun 2018.

Tentunya, dengan didasarkan pada latar belakang hubungan yang tidak harmonis diantara kedua negara dan sedikitnya intensitas pertemuan antar-pemimpin kedua negara maka disetiap pertemuan memiliki urgensi yang mendesak, tidak terkecuali pertemuan ketiga ini.

Pertemuan Ketiga Pemimpin antar-Korea

Pada hari Jumat, pukul 9:30 pagi, Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un melewati garis demarkasi militer untuk melakukan pertemuan puncak pertama di Rumah Perdamaian Panmunjom, diantara Korea Utara dan Korea Selatan.

Pertemuan ini merupakan pertemuan ketiga kali sejak terjadinya Perang Korea tahun 1953 dan pertama kalinya pertemuan dilakukan di Korea Selatan (Aljazeera and New Agencies, 2018). Sebelumnya, pertemuan dua pertemuan Utara-Selatan oleh Kim Jong Il bertemu dengan Presiden Roh Moo-hyun di tahun 2007 dan Presiden Kim Dae Jung di tahun 2000, di Pyeongyang, Korea Utara (Meixler, 2018).

KTT inter-Korea ketiga dihadiri oleh Korea Utara dan Korea Selatan, dari pihak Korea Utara didampingi oleh sembilan pejabat termasuk di dalamnya adik Kim Joung Un yakni Kim Yo Jong, Kepala Negara Seremonial Kim Yong Nam,  Mantan Kepala Intelijen Kim Yong-Chol, Kepala Panel Olahraga Choe Hwi,   Anggota Politburo Korut Ri Su-Yong, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Rakyat Korea Ri Myong-Su, Menteri Pertahanan Pak Yong-sik, Menteri Luar Negeri Ri Yong-ho dan Pimpinan Pejabat Reunifikasi Kedua Negara Ri Son-gwon. Sedangkan, dari pihak Korea Selatan didampingi oleh tujuh pejabat termasuk di dalamnya Penasihat Keamanan Nasional Chung Eui-yong, Direktur Badan Intelijen Nasional Korsel Suh Hoon, Menteri Unifikasi Cho Myoung-gyon, Kepala Staf Kepresidenan Im Jong-seok, Menteri Pertahanan Song Young-moo, Menteri Luar Negeri Kang Kyung-wha dan Jeong Kyong-doo Kepala Staf Gabungan Korsel (Santi, 2018).

Pertemuan ini merupakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Inter-Korea. Agenda Utama KTT ketiga ini yakni upaya memastikan langsung oleh Korea Selatan terhadap perlucutan senjata nuklir Korea Utara, serta mengupayakan terciptanya suasana kondusif terkait KTT Amerika Serikat dan Korea Utara mengenai denuklirisasi sehingga dapat menghasilkan langkah konkret. Adapun diplomasi bilateral ini menghasilkan sejumlah kesepakatan, yaitu: pertama, Korea Selatan dan Korea Utara akan meningkatkan hubungan demi kesejahteraan bersama dan bersatu kembali secara mandiri; kedua, Korea Selatan dan Korea Utara akan bekerja sama mengurangi ketegangan militer; dan ketiga, Korea Selatan dan Korea Utara akan bekerja sama mewujudkan perdamaian abadi Semenanjung Korea (Muhamad, 2018). Adapun agenda dan motif keamanan (nuklir Korea) pada pelaksanaan KTT inter-Korea ketiga berbeda dengan dua KTT inter-Korea sebelumnya yang didasarkan pada motif Ekonomi.

Agenda pertemuan yakni pada sore hari, Kim dan Moon menanam pohon di garis demarkasi menggunakan tanah dari Korea Utara dan Korea Selatan yang kemudia disirami dengan air dari Sungai Taedong Utara dan Sungai Han Selatan. Pada makan malam disajikan menggunakan piring dengan rosti hidangan kentang Swiss,  sebagai anggukan untuk mengenang masa kecil Kim Jong Un saat bersekolah di negara Alpen dan Ikan John Dory panggang yang merupakan ikan popular di kota kelarian Moon Jae In di Busan. 

Berkaitan dengan diselenggarakannya KTT inter-Korea ketiga ini penulis berpendapat bahwa Isu Nuklir selain Isu Ekonomi merupakan isu yang ampuh dalam mempertemukan Korea Utara dan Korea Selatan secara langsung bertatapan muka, hal ini dikarenakan sejak Perang Korea 1953 hingga saat ini tahun 2020 dapat dilihat bagaimana pola hubungan yang terbangun diantara Korea Selatan dan Korea Utara. Selain itu, melihat bagaimana signifikansi hubungan di Semenanjung Korea ini mendapat perhatian dari seluruh negara di dunia, hal ini menunjukkan pergolakan yang terjadi apakah semakin erat atau sebaliknya meregangnya hubungan antara Korea Selatan dan Korea Utara akan memengaruhi pola stabilitas keamanan di kawasan Asia Timur, yang mana gejolak konflik ini tidak menutup kemungkinan dapat menyebar ke kawasan selain Asia Timur. Penulis juga berpendapat bahwa isu perdamaian atau reunifikasi hubungan antara dua negara merupakan hal yang sebenarnya layak untuk dibahas dalam KTT inter-Korea ini, tidak hanya sebatas membahas isu denuklirisasi saja.

Lebih lanjut, penulis berpendapat bahwa pertemuan ini merupakan bentuk diplomasi skala bilateral antara Korea Utara dan Korea Selatan yang didasarkan pada inisiatif untuk menciptakan perdamaian di Semenanjung Korea. Namun, implikasi dari diplomasi bilateral mencakup bidang keamanan ini tidak lepas dari pengaruh atau kepentingan asing diluar Korea Selatan dan Korea Utara yakni kepentingan Amerika Serikat dan China di kawasan Semenanjung Korea. Hal ini didasarkan pada ketegangan yang terjadi di Semenanjung Korea, terletak pada kecaman Korea Utara terhadap Korea Selatan yang di dalam kawasan Korea Selatan terdapat pangkalan militer Amerika Serikat yang merupakan 'musuh' Korea Utara yang kemudian berdampak pada peningkatan aktivitias uji coba rudal balistik oleh Korea Utara.

Kesimpulan

Penyelenggaran pertemuan antarpemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Korea Selatan Moon Jae In pada 27 April 2018 merupakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) inter-Korea ketiga sejak terjadinya perang korea pada tahun 1953. KTT ini merupakan bentuk diplomasi bilateral antara dua negara yakni Korea Selatan dan Korea Utara. Adapun pertemuan ini merupakan diplomasi bilateral di bidang keamanan dikarenakan agenda utamanya yakni membahas denulikrisasi Semenanjung Korea. Pertemuan ini dapat dikategorikan sebagai peristiwa politik bersejarah. Namun, meskipun Korea Selatan dan Korea Utara telah berkomitmen bersama -- sama, ke depannya tetap memerlukan langkah konkret sebagai jaminan dan realisasi kesepakatan tersebut. Diplomasi ini dapat dijadikan sebagai langkah awal terhadap pola hubungan yang baik diantara Korea Selatan dan Korea Utara, meskipun penulis berpendapat bahwa realisasi akan terjadi reunifikasi diantara keduanya merupakan hal yang sulit dilakukan mengingat historis dan 'ongkos' yang ditimbulkan.

Referensi

Aljazeera and New Agencies. (2018, April 27). Kim Jong Un and Moon Jae In Hold Historic Meeting. Diambil kembali dari Aljazeera: https://www.aljazeera.com/news/2018/04/kim-jong-moon-jae-set-historic-meeting-180426062816088.html

Meixler, E. (2018, April 27). Here's What Kim Jong Un and Moon Jae-In Said to Each Other in Their Historic First Meeting. Diambil kembali dari Time: https://time.com/5257125/kim-jong-un-moon-jae-in-meeting-transcript/

Muhamad, S. V. (2018, Mei). PERDAMAIAN DI SEMENANJUNG KOREA. Diambil kembali dari Berkas DPR: http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-X-9-I-P3DI-Mei-2018-183.pdf

Santi, N. (2018, April 27). Asa Pertemuan Kim Jong-un dan Moon Jae-in Akhiri Perang Korea. Diambil kembali dari CNN Indonesia: https://www.cnnindonesia.com/internasional/20180427040120-113-293985/asa-pertemuan-kim-jong-un-dan-moon-jae-in-akhiri-perang-korea

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun