Terapi Gizi dan Genetik: Masa Depan Pengobatan?
Terapi gizi berbasis genetik atau nutrigenomik semakin berkembang. Di masa depan, kita mungkin akan melakukan cek DNA sebelum merancang pola makan. Misalnya, seseorang dengan varian gen tertentu mungkin butuh lebih banyak asam folat atau omega-3 daripada orang lain.
Sudah ada contoh nyata dari pendekatan ini: wanita hamil dengan risiko melahirkan bayi BBLR dapat diberikan suplemen DHA yang disesuaikan dengan kebutuhan genetik dan status gizinya. Intervensi ini bukan hanya meningkatkan berat badan lahir bayi, tetapi juga melindungi mereka dari risiko penyakit kronis di masa depan.
Mengapa Ini Penting bagi Masyarakat?
Menurut Survei Kesehatan Indonesia 2023, 6,2% bayi lahir dengan berat rendah dan sebagian besar disebabkan oleh gizi ibu yang kurang optimal. Jika tidak ditangani, BBLR bisa memicu stunting, gangguan kognitif, dan penyakit jantung di kemudian hari.
Dengan memahami bahwa makanan bisa memengaruhi ekspresi gen sejak dalam kandungan, kita dapat mencegah berbagai penyakit sejak awal kehidupan. Artinya, memperbaiki pola makan ibu hamil adalah investasi terbaik untuk generasi masa depan.
Â
Makan Sehat, Wariskan Gen Sehat
Makanan bukan hanya soal rasa, tetapi juga pesan biologis yang kita wariskan pada generasi selanjutnya. Pola makan sehat bukan hanya milik orang dewasa, tetapi dimulai sejak masa kehamilan. Dengan memahami keterkaitan antara terapi gizi dan genetik, kita semakin sadar bahwa perubahan kecil di piring makan hari ini bisa membawa dampak besar pada kualitas hidup anak cucu kita kelak.
Mari jaga gizi kita, dan mari "bicara" yang baik kepada gen kita, melalui makanan .
Referensi:
- Sundrani, D.P., et al. (2021). Systems Biology in Reproductive Medicine, 67:1, 24--41. DOI: 10.1080/19396368.2020.1858994
- Hayashi, I., et al. (2020). BMC Research Notes, 13:199. DOI: https://doi.org/10.1186/s13104-020-04961-2
- Kemenkes RI. Survei Kesehatan Indonesia (SKI), 2023.
- WHO. (2020). Global Nutrition Report.