Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Artikel Utama

4 Hal Ini yang Menjadi Magnet Budaya Mudik di Masyarakat

27 April 2022   05:38 Diperbarui: 27 April 2022   14:11 1571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi arus mudik. Foto: Kristianto Purnomo/Kompas.com

Mudik telah menjadi fenomena bangsa kita. Sebagai fenomena, maka segenap dinamikanya selalu menyisakan cerita panjang baik secara sosial, budaya maupun ekonomi. Bahkan jika dicermati akhir-akhir ini mudik identik dengan "parade motor dan mobil". Sehingga setiap momen mudik selalu diwarnai kemacetan dan kesemrawutan arus lalu lintas.

Mudik menggunakan motor masih dianggap sebagai pilihan daripada naik kendaraan umum.(sumber. https://www.cnnindonesia.com)
Mudik menggunakan motor masih dianggap sebagai pilihan daripada naik kendaraan umum.(sumber. https://www.cnnindonesia.com)

Mudik akhirnya berhasil "memaksa" munculnya segenap kebijakan yang mengantisipasi mudik agar membawa maslahat bagi umat. Sebab kenyataannya fenomena mudik juga membawa dampak hilangnya nyawa para pemudik.

Pemandangan padat manusia di setiap momen mudik selalu kita lihat. Terutama di sentral-sentral tranportasi seperti stasiun Kereta Api, bandara, penyebrangan lintas pulau, jalan-jalan protokol. Bahkan dulu terminal bus pernah mengalami kejayaan dalam hal tumpah ruahnya manusia.  

Kemudian muncul pertanyaan, magnit apa saja yang dapat mendorong munculnya  fenomena mudik di tanah air? Hal inilah yang perlu didiskusikan.


Ilustrasi situasi jalan raya saat mudik padat merayap. (https://www.goodnewsfromindonesia.id)
Ilustrasi situasi jalan raya saat mudik padat merayap. (https://www.goodnewsfromindonesia.id)

4 Magnit Pendorong Mudik 

Ada beberapa hal yang menjadi magnit muncul dan berkembangnya mudik di tengah masyarakat. Berberapa hal tersebut ada yang bersifat emosional, sosial maupun budaya.

1) Idul Fitri

Mudik memang identik dengan hari raya idul fitri. Momen itu ditandai dengan temu keluarga (khususnya bertemunya orang tua dengan anak-anaknya) untuk saling memaaafkan. Anak "sungkem" kepada kedua orang tua dan yang muda meminta maaf kepada yang lebih tua. Jadi tradisi saling maaf-maafan sangat terasa pada momen idul fitri. Sampai-sampai muncul kesan bahwa maaf itu momen yang digunakan hanyalah idul fitri.

Ilustrasi sungkeman pada saat idul fitri. Haru dan selalu tak kuasa membendung air mata. (sumber. https://solo.tribunnews.com)
Ilustrasi sungkeman pada saat idul fitri. Haru dan selalu tak kuasa membendung air mata. (sumber. https://solo.tribunnews.com)

Terlepas dari kesan tersebut, idul fitri menjadi saat bertemunya keluarga. Maka kalau idul fitri tidak mudik ada yang dirasakan hilang dan kurang lengkap. Bisa saja bapak dan ibu yang merasa sedih. Dulu sebelum teknologi secanggih sekarang, ketika di tanah rantau sang anak tidak bisa mudik, pada saat hari idul fitri selalu ingat wajah kedua orang tuannya. Air mata mengalir tanpa dirasa sebagai ekspresi rasa rindunya pada kedua orang tua dan keluarga. Semangat bertemu orang tua dan keluarga inilah mungkin saja yang menjadi "magnit" sehingga mudik harus dilakukan.

2) Silaturahmi

Magnit ini masih terkait dengan idul fitri. Melengkapi tradisi sungkem dan saling memaafkan, mudik juga bisa dipacu oleh semangat silaturahmi terutama keluarga besar yang berada dalam satu keturunan. Kalau tradisi sungkem dan saling memaafkan terjadi pada saat hari idul fitri, namun silaturahmi bisa dilakukan setelah hari raya idul fitri.

Kita sering melihat adanya pertemuan "trah", "bani" yaitu orang-orang yang berasal dari garis keturunan. Jika di Jawa bisa berasal dari garis keturunan yang bersifat "bilateral" (dari garis ayah dan ibu). Jadi silaturahminya bersifat tahunan. Silaturahmi dilakukan pada keluarga yang bersifat "extended family" (keluarga luas). Pada momen silatuirahmi akan ditandai bertemunya keluarga yang ada dari perantauan dengan keluarga yang tidak merantau. Mungkin saja silaturahmi ini juga menjadi magnit seseorang untuk mudik.

3) Rindu Kampung Halaman

Hal lain yang juga menjadi magnit adanya mudik adalah hal yang bersifat emosional yaitu rasa rindu pada kampung halaman. Wilayah sosial-budaya yang menjadi tempat lahir dan mendapat nilai-nilai kehidupan sejak kecil. Maka sejauh apapun, seterpencil apapun bahkan sesulit apapun jangkauan,  kampung halaman tetap menjadi magnit bagi siapapun yang pernah lahir dan dibesarkan di kampung halaman.

Ilustrasi kampung halaman yang selalu dirindukan. (https://id.wikipedia.org)
Ilustrasi kampung halaman yang selalu dirindukan. (https://id.wikipedia.org)
Sehingga sejauh apapun seseorang merantau, kampung halaman menjadi kenangan sepanjang hayat untuk tidak dilupakan. Maka rasa rindu kampung halaman bisa saja menjadi magnit mudik tetap dilakukan.

4) Prestise

Hal lain yang bisa saja menjadi magnit mudik tetap dilakukan adalah prestise. Biasanya unsur ini ada pada seseorang yang merantau ke kota-kota besar atau keluar daerah yang berhasil. Selama merantau tentu seseorang ingin melakukan eksplorasi mendapatkan pekerjaan yang dapat menghasilkan uang yang dianggap bisa memenuhi tujuannya.

Ilustrasi perantau sukses (sumber. https://m.merdeka.com)
Ilustrasi perantau sukses (sumber. https://m.merdeka.com)

Penghasilan yang diperoleh selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ada yang disisihkan baik untuk membeli mobil atau simbol-simbol prestise lainnya. Bagi seseorang yang berhasil secara ekonomi (umumnya demikian) di perantauan, ingin mendapatkan pengakuan atas keberhasilannya. Maka prestise bisa saja menjadi salah satu magnit yang mendorong seseorang melakukan mudik.

Mudik telah menjadi fenomena nasional. Dinamikanya senantiasa mendapat perhatian banyak pihak dan selalu menarik untuk diulas. Betapapun mudik telah berdampak baik secara sosial, budaya serta ekonomi. Akhirnya harus diakui bahwa mudik sudah menjadi bagian budaya bangsa. Sehingga unsur-unsur positip yang ada di dalamnya juga perlu dipertahankan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun