Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menitipkan Orang Tua di Panti Jompo, Ibarat "Habis Manis Sepah Dibuang"

9 November 2021   08:01 Diperbarui: 9 November 2021   08:03 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orangtua. Sumber: Pop Mama

Orang tua ketika sudah "lansia", keberadaannya telah menjadi fenomena di tengah masyarakat. Setiap lansia di tengah keluarganya menorehkan sejarah panjang. Sejarah paling berharga adalah kasih sayang yang tulus dan perjuangannya selama 24 jam terhadap anak-anak yang menjadi bagian dari kehidupannya. Siang-malam, pagi-sore terus berjuang untuk kebahagian semua anak-anaknya kini dan hari esoknya. Pendek kata jasanya tak terhitung jumlahnya.

Segenap harta yang dimiliki (baik jiwa raga maupun materi) secara ikhlas "diwakafkan" kepada semua anak-anaknya demi sukses yang diharapkan. Tak ada harapan yang diinginkan kecuali rasa hormat dan lantunan doa pengampunan atas dosa-dosanya ketika sudah meninggal dunia.

Menjadi "lansia" adalah takdir bagi setiap manusia yang dianugerahi umur panjang. Takdir tersebut mengharuskan keluarganya (khususnya anak-anaknya) tulus-ikhlas merawatnya. 

Sehingga sisa-sisa hidupnya dapat dilalui dengan nyaman dan senang hati sampai menghadap sang Illahi robbi.   

Fenomena menitipkan orang tua di Panti Jompo

Di sebagian keluarga ada yang menjadikan Panti Jompo sebagai langkah opsional bagi orang tuanya. Alasan yang mengemuka Setidaknya agar orang tua berada dalam komunitas sesama lansia. 

Sehingga orang tua diharapkan bisa menikmati hari tuanya dengan nyaman. Di lain pihak sang anak tetap bisa menjalankan tugas kedinasan atau kesibukan yang menjadi tanggungjawabnya.

Apakah alasan tersebut salah? Tentu tidak. Sebab selain masuk akal juga merupakan jalan tengah bagi anak untuk bisa tetap menjalankan tugas kedinasan atau kesibukan yang menjadi tanggungjawabnya. Namun hal yang perlu dingat bahwa semua pengasuh yang ada di Panti Jompo adalah orang lain yang hanya menjalankan tugas pengabdianya sebagai pengasuh.

Pertanyaannya, apakah pengasuh akan mampu memberikan pemenuhan jiwa dan raga semua lansia yang diasuh? Hemat saya, yang paling memungkinkan adalah pemenuhan kebutuhan jasmani (makan minum). 

Untuk pemenuhan kebutuhan kejiwaan, ruhiyah akan mengalami banyak kendala. Hal yang paling rumit adalah pendampingan kejiwaan, ruhiyah para lansia. 

Kendala paling besar adalah adanya perbedaan "keimanan" pengasuh dengan para lansia yang diasuh. Sebab semua anak pasti menginginkan agar kematian orang tuanya didampingi sesuai dengan keimanan yang diyakininya.

Oleh sebab itu menitipkan orang tua di Panti Jompo semestinya tidak menjadi langkah prioritas bagi anak-anaknya. Apabila masih terdapat celah yang memungkinkan, sangat ideal tetap diasuh oleh anak-anaknya. 

Kecuali karena kondisi tertentu, misalnya anak dalam kondisi sakit serius, anak mengalami gangguan kejiwaan yang justru akan membahayakan keselematan orang tua, kondisi ekonomi anak yang tidak memungkinkan, dll. Dalam kondisi demikian kiranya menitipkan orang tua di Panti Jompo masih bisa dimaklumi.

Tiga pilar penyangga surga orang tua

Ada tiga pilar penyangga surga orang tua yaitu anak yang shaleh, ilmu yang bermanfaat dan infaq/sadaqah untuk kemaslahatan umat. Ketiga pilar tersebut menjadi harapan bagi setiap orang tua ketika sudah menghadap sang pencipta.

Aliran pahala diharapkan mengalir dari ilmu yang pernah diajarkan kepada orang lain, infaq dan sadaqahnya di jalan kemaslahatan umat dan lantunan doa anaknya yang shaleh. Aliran pahala tersebut diharapkan dapat mengurangi dosa-dosa yang dibawa orang tua ketika masih  hidup di dunia.

Oleh sebab itu anak adalah investasi akhirat bagi setiap orang tua. Resonansi setiap aktivitas sang anak yang memberikan kemslahatan bagi orang lain, dijadikan harapan orang tua sebagai pahala yang yang terus mengalir setiap saat, sebagai bekal menuju hari perhitungan.

Dengan kata lain anak bagi orang tua adalah salah satu pilar penyangga surga. Oleh sebab itu, merawat orang tua merupakan jalan surga yang diberikan kepada sang anak. 

Rizki terindah dan terakhir orang tua di dunia adalah ketika sedang "sakaratul maut" sang anak dapat mendampingi dan membisikkan kalimat tauhid secara tulus ikhlas di telinga orang tuanya sampai ruh orang tua lepas dari jasadnya dengan tenag. Kondisi demikian akan terjadi apabila orang tua yang sudah lansia dirawat dan diasuh anaknya.

Demikian juga bagi anak, rizki terbesar anak di dunia ini adalah saatbisa mendampingi orang tua yang sedang berjuang dalam "sakaratul maut" dengan lantunan ayat-ayat suci dan kalimat tauhid dengan tulus ikhlas. Sebab tidak semua anak berkesempatan mendapat rizki besar tersebut.

Momen Indah Bakti Anak kepada Orang Tua

Bagi orang tua, anak adalah investasi terbesar dalam hidupnya di dunia sampai akhirat. Sebagai investasi, maka anak adalah harapan masa depan bagi orang tuanya. Tidak hanya masa depan dunia namun juga masa depan akhirat

Maka merawat orang tua di saat lansia adalah kebutuhan jiwa bagi anak. Sebab saat itulah momen yang indah dalam menunjukkan sikap bakti anak kepada orang tua. Saat itu adalah saat yang tepat bagi anak untuk "mengangsur hutang budinya" kepada orang tuanya.

Sikap tulus dan ikhlas anak menerima kondisi orang tua yang sudah lansia merupakan modal yang dibutuhkan oleh setiap orang tuanya.

Paparan di atas memberikan penegasan bahwa mengasuh orang tua adalah kebutuhan jiwa setiap anak. Orang tua sudah banyak memberikan mutiara kehidupan kepada anak-anaknya. 

Orang tua telah memberikan "madu kehidupan" kepada anak-anaknya. Dengan kata lain manisnya kehidupan anak tidak sedikit jasa orang tuanya.

Oleh sebab itu merawat orang tua di masa lansia hendaknya menjadi kebutuhan jiwa setiap anak. Menitipkan orang tua di Panti Jompo hendaknya menjadi opsi paling akhir. Apabila langkah tersebut menjadi opsi prioritas ibarat pepatah yang mengatakan "Habis Manis Sepah Dibuang". Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun