Hati Cindelaras gembira karena diberi kesempatan bertemu raja dan bisa diajak untuk mencoba ayam jago kesayangannya diadu dengan ayam jago pilihan kerajaan. Namun sebelum adu jago dimulai, ada perbedaan "misi" dalam even kompetisi itu. Cindelaras membangun niatnya adu jago untuk menunjukkan rasa hormat seorang rakyat pada rajanya. Namun atas desakan Nitiningrum, adu jago ini harus ada taruhan. Akhirnya raja juga mengamini agar acara adu jago tersebut harus ada taruhan. Setelah Nitiningrum mendesak Cindelaras agar memberikan taruhan, maka ia memberanikan diri membuka dialog dengan sang raja.
"Paduka raja, hamba ingin mengatakan satu-satunya benda paling berharga yang hamba miliki untuk saya pertaruhkan, tapi..." kata Cindelaras.
"Tapi apa Cindelaras?" tanya Paduka Raja penasaran
"Hamba mohon Paduka raja juga mempertaruhkan benda berharga yang paduka raja miliki."
"Baiklah, aku setuju dengan keinginanmu. Apa yang akan kamu pertaruhkan?" desak Paduka Raja
"Nyawa hamba, paduka Raja."
Jawaban itu tentu membuat sang raja marah, apalagi permaisuri Nitiningrum. Â Namun akhirnya sang raja menyetujui syarat yang diajukan Cindelaras.
"Baiklah, aku kabulkan keinginanmu Cindelaras," jawab kesanggupan sang raja Pamekas.
Mendengar jawaban itu, Cindelaras dengan hati-hati memberikan penjelasan.
"Maaf paduka Raja, bukan begitu maksud hamba. Sekarang ini yang aku punya hanya nyawa, maka nyawaku aku pertaruhkan. Tetapi bagi paduka, paduka masih mempunyai benda yang paduka cintai yaitu Kerajaan Jenggala!"
"Jadi, kalau ayam Jago Jenggala kalah, maka aku harus menyerahkan kerajaanku? Tanya sang raja sambil memberikan penegasan sikapnya.